Anda di halaman 1dari 46

CASE REPORT

Perceptor :
dr. Rani Himayani, Sp.M

Noviyanti Choirunnisa Hasibuan


1618012038

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA


RSUD DR. H. ABDOEL MOELOEK BANDAR
LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. H
• Usia : 51 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Buruh
• Alamat : Dusun Budi Jaya
B Kec. Tanjung Sari, Lampung
Selatan
• Masuk RSUAM : 25 Januari 2018
• mata kanan tidak dapat
melihat dan mata kiri
Keluhan buram disertai mata
merah dan nyeri bila
Utama terkena cahaya sejak ±
1 minggu yang lalu

• Mata sering berair

Keluhan
tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan tidak dapat
melihat sejak 3 bulan yang lalu dan mata kiri buram sejak
± 1 minggu sebelum datang ke rumah sakit. Keluhan
tersebut mulai dirasakan ± 3 bulan yang lalu dan semakin
memberat. Keluhan juga disertai dengan mata merah dan
terasa nyeri terutama bila melihat cahaya. Pasien juga
mengatakan matanya sering berair.

Mata kanan pasien satu tahun yang lalu terkena getah


karet dan membuat mata kanan pasien menjadi buram
dan terasa nyeri, merah serta berair. Pasien rutin berobat
ke RS Imanuel namun tidak ada perbaikan. Sekitar 3 bulan
terakhir mata kanan pasien tidak dapat melihat sama
sekali dan keluhan pada mata kiri mulai dirasakan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh juga sering gemetaran dan jantung
terasa berdebar sejak beberapa bulan yang lalu. Keluarga
pasien juga sering mengatakan mata pasien tampak
melotot sejak 1 tahun yang lalu dan mata tidak dapat
menutup sempurna ketika tidur. Penurunan berat badan
disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi,
diabetes dan asma. Riwayat trauma disangkal. Pasien
tidak memiliki riwayat penggunaan kacamata dan
penglihatan ganda disangkal.
Riwayat
• Pasien tidak pernah mengalami keluhan
Penyakit seperti ini sebelumnya
Dahulu

Riwayat • Anggota keluarga tidak ada yang


mengalami penyakit mata dengan gelaja
Penyakit yang sama.
Keluarga • Riwayat hipertensi (-), diabetes (-)

• Merokok (+)
Riwayat • alkohol (-)
Kebiasaan • konsumsi obat-obatan tertentu (-).
Pemeriksaan Fisik

Status Present Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit Kepala : dbn


sedang
Kesadaran : Compos mentis Leher : dbn
Tekanan darah : 160/90 mmHg Thorax : dbn
Nadi : 92x/menit
Pernapasan : 20x/menit Abdomen : dbn
Suhu : 36,5 oC Ekstremitas : dbn
Oculus Dextra (OD) Oculus Sinistra (OS)

0 Visus 1/60

Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Skiaskopi Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Sensus coloris Tidak dilakukan

Exoftalmus (+), strabismus (-) Bulbus okuli Exoftalmus (+), hipotropia (+)

Tidak ada kelainan Supersilia Tidak ada kelainan

Tidak ada Parese/paralise Tidak ada

Edema (+), hiperemis (-), Ptosis Palpebra superior Edema (+), hiperemis (+), Ptosis (-
(-), trikiasis (-), ektropion (-), ), trikiasis (-), ektropion (-),
entropion (-), lagoftalmus (+) entropion (-), lagoftalmus (+)
Trikiasis (-) Palpebra inferior Trikiasis (-)

Hiperemis (+) Conjungtiva palpebra Hiperemis (+)

Hiperemis (+) Conjungtiva fornix Hiperemis (+)

Injeksi siliar (+) Conjungtiva bulbi Injeksi siliar (+), sekret (+)
Oculus Dekstra (OD) Oculus Sinistra (OS)

Anikterik Sklera Anikterik

Keruh (+), edema (+), Kornea Ulkus kornea ± 4x4mm, berbatas


keratopati (+), tampak tegas, warna putih
bayangan iris di kornea,
buldging (+), thinning (+)
Tidak dapat dinilai Camera Oculi Dangkal
Anterior

Sulit dinilai Iris Bombe (-), sinekia posterior (+)

Sulit dinilai Pupil Sulit dinilai

Sulit dinilai Lensa Sulit dinilai

Negatif Fundus Refleks Negatif

Tidak dilakukan pemeriksaan Corpus vitreum Tidak dilakukan pemeriksaan

Meningkat (palpasi) Tensio okuli Meningkat (palpasi)

Normal Sistem Canalis Normal


Lakrimalis
OD OS
Tes konfrontasi tidak dpt dinilai tidak dapat dinilai
Gerakan Mononocular terbatas terbatas
Gerakan Binocular terbatas terbatas

Oculi dextra sinistra


-4 -4 -4 -4

-4 -4 -4 -4

-4 -4 -4 -4
Okuli dextra

Okuli sinistra
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah tanggal 25 januari 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 15,6 g/dL 14-18 g/dL

Leukosit 9.000 /uL 4.800-10.800 /uL

Trombosit 168.000 /uL 150.000-450.000 /uL

CT 10’ 9-15 menit

BT 2’ 1-3 menit

Gula Darah Sewaktu 192 mg/dL < 140 mg/dL

Ureum 29 mg/dL 13-43 mg/dL

Creatinine 0,50 mg/dL 0,72-1,18 mg/dL


Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah tanggal 26 Januari 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

T3 5,15 nmol/L 0,92-2,33


Hipertiroid >3
T4 214,44 nmol/L L : 59,0-135,00
P : 71,00-142,00
TSH <0,05 uUI/mL 0,25-5,00
Hipotiroid >7
Hipertiroid <0,15
Konsul ke bagian penyakit dalam
• Grave’s disease dengan oftalmopati.
• Keratitis bilateral (ulkus kornea ODS)
• DM tipe 2 dd reaksi DM ec metil prednisolon
Saran :
• Metil prednisolon sesuai dokter spesialis mata
• Thiamazole 1x10mg
• Metformin 2x500mg
• Kurva gula darah jam 6.00, 11.00 dan 16.00
• Propanolol 3x10mg
Pemeriksaan Anjuran
• CT scan orbita dengan kontras
DIAGNOSIS BANDING
Ulkus kornea exposure ODS +
eksoftalmus e.c. thyroid eye DIAGNOSIS KERJA
disease
Ulkus kornea exposure ODS + eksoftalmus
Glaukoma sekunder ODS e.c. thyroid eye disease (late) +
Tumor orbita glaukoma sekunder ODS + compressive
optic neuropathy ODS
Penatalaksanaan

Medikamentosa:
Moksifloksasin 1 tetes / 1 jam ODS
C-Lyteers 1 tetes / 1 jam ODS
Timolol Maleat 0,5% 2 x 1 tetes ODS
Natamycin 1 tetes / 1 jam OS Advice dari penyakit dalam :
Asetazolamid tab 3 x 250 mg Metformin 2x500mg
Aspar K tab 2x1 tab Thiamazole 1x10mg
Ceftriaxon 2x1gr IV Propanolol 3x10mg
Ketorolac drip
Metil prednison 250mg/6 jam IV
Ranitidin 2x50 mg
Amlodipin 1x10 mg PO
Quo ad
functionam:
ad malam
Quo ad vitam: Quo ad
dubia ad sanationam:
bonam ad malam

Prognosa
Tinjauan Pustaka
Definisi
• Thyroid eye diseases (TED) dapat juga disebut
sebagai TED, thyroid associated orbitopathy
(TAO), atau orbitopathy dystyroid. Penyakit ini
didefinisikan sebagai suatu kondisi autoimun
yang dihubungkan dengan status kadar tiroid
yang tidak normal, dimana terdapat inflamasi
berat yang menyebabkan remodelling
jaringan orbita, termasuk akumulasi
makromolekul ekstraseluler dan lemak
Beberapa keadaan yang dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit
oftalmopati tiroid antara lain :
• Keadaan hipertiroidisme yang berat
dan lama.
• Pengobatan dengan I131.
• Merokok
• Pengobatan kelainan mata yang
terlambat atau tidak tepat.
• Polimorfisme genetik.
• Anatomi orbita yang sempit.
Klasifikasi
American Thyroid Association (ATA) mengklasifikasikan TED menjadi enam
kelas (Bartalena, 2009).
• Kelas 0 : Tidak ada gejala dan tanda
• Kelas 1 : Hanya terdapat tanda, tanpa ada gejala (tanda yang ditemukan
terbatas pada retraksi kelopak mata, dengan atau tanpa kelopak mata
yang tertinggal dan proptosis ringan)
• Kelas 2 : Keterlibatan jaringan lunak dengan tanda (sebagaimana yang
terdapat pada Kelas-1) dan gejala pada produksi air mata, fotophobia,
pembengkakan kelopak mata atau konjungtiva
• Kelas 3 : Proptosis yang cukup terlihat
• Kelas 4 : Keterlibatan otot ekstraokular (pembatasan gerak dan diplopia)
• Kelas 5 : Keterlibatan kornea (keratitis exposure)
• Kelas 6 : Penglihatan yang berkurang akibat keterlibatan saraf penglihatan
dengan diskus yang pucat atau papil yang edem dan defek dari lapang
pandang

Demi kepraktisan mendiagnosis, TED dibagi menjadi dua bagian yaitu early
(meliputi kelas 1 dan 2) dan late (kelas 3 sampai 6).
Patogenesis
• Patogenesis penyakit Graves masih belum
diketahui secara pasti. Meski demikian,
patogenesis diperkirakan berkaitan dengan
gangguan imunologik, baik humoral maupun
seluler.
• Pada penyakit mata tiroid, dapat terjadi
perubahan-perubahan :
– Hipertropi otot ekstraokuler
– Infiltrasi seluler
– Proliferasi lemak orbita
Gejala Klinis
• Gelaja : mata kering, mata merah, diplopia, nyeri pada gerakan
mata dan perubahan kosmetik
• Tanda-tanda : proptosis (exophthalmos), retraksi kelopak, kemosis,
injeksi konjungtiva, prolaps lemak orbital, keratopati,
pembengkakan periorbital, miopati restriktif dan neuropati optik.
• Tanda klinis yang paling umum adalah retraksi kelopak mata (terjadi
pada 90% pasien dengan TED), diikuti oleh exophthalmos (60%) dan
pembatasan gerakan mata (40%).
• Tanda paling serius adalah neuropati optik dan keratopati paparan
(exposure)
• Retraksi palpebra pada oftalmopati tiroid sering pula disertai
dengan miopati restriktif, yang menyebabkan gangguan atau adanya
hambatan pada pergerakan bola mata.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan jika ditemukan dua dari tiga tanda
berikut: (American Academy Of Ophthalmology, 2016).
1. Sedang dalam perawatan imun karena disfungsi tiroid
akibat satu atau lebih penyakit dibawah ini:
a. Graves hipertiroidisme
b. Hashimoto tiroiditis
c. Terdapatnya antibodi tiroid tanpa keadaan distiroid
yang bersamaan (pertimbangan parsial diberikan):
antibodi reseptor TSH (TSH-R), imunoglobulin
penghambat pengikatan tiroid (TBll), immuno-globulin
stimulasi tiroid (TSI), antibodi antimikrosomal
2. Tanda-tanda khas orbital (satu atau lebih dari tanda-tanda berikut):
a. Retraksi kelopak mata unilateral atau bilateral dengan khas kemerahan di
sebelah temporal (dengan atau tanpa lagoftalmus).
b. Proptosis unilateral atau bilateral
c. Strabismus restriktif dengan pola yang khas
d. Neuropati optik kompresif
e. Edema/eritema kelopak mata flukuatif
f. Kemosis

3. Bukti radiografi (pembesaran fusiform unilateral/ bilateral dari satu atau


lebih otot berikut):
a. Otot rektus inferior
b. Otot rektus medial
c. Otot rektus/levator kompleks superior
d. Otot rektus lateral
Pemeriksaan Penunjang
• Tes fungsi tiroid
• Pemeriksaan visual
• Ultrasonografi
• CT Scan
Penatalaksanaan
European Group on Graves Orbitopathy (EUGOGO)
merekomendasikan terapi sebagai berikut :
• Secara umum untuk meringankan gejala:
– Mencapai eutiroid
– Berhenti merokok
– Penggunaan tetes mata dan salep mata pada malam
hari untuk gejala akibat pajanan kornea
– Penggunaan kacamata untuk diplopia simtomatik
– Untuk mengurangi retraksi palpebra, dapat diberikan
injeksi botulinum toxin tipe A oleh dokter yang
berpengalaman.
• Terapi untuk exopthalmus ringan
– Terapi secara umum dan kontrol adanya perubahan gejala

• Terapi untuk exopthalmus sedang – berat


– Steroid IV secara Pulse Therapy dimana total dosis
metilprednisolone tidak melebihi 8 g
– Pemeriksaan adanya disfungsi hepar, hipertensi, ulkus
peptik, diabetes, infeksi saluran kemih, dan glaukoma
sebelum memulai terapi steroid dosis tinggi.
– Apabila terapi steroid > 3 bulan, maka pertimbangkan
pemberian biphosphonate.
– Radiasi orbita dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
diplopia atau adanya restriksi pergerakan bola mata dengan
dosis kumulatif 10 Gy namun metode ini dihindari pada
pasien dengan retinopati diabetik dan hipertensi berat dan
hati- hati pada pasien < 35 tahun. Radiasi orbita dapat
diberikan bersamaan dengan terapi steroid
– Analog somatostatin, azathioprine dan IVIG tidak disarankan
– Pemberian siklosporin akan menurunkan kebutuhan akan
steroid
• Terapi untuk exopthalmus berat
– Steroid IV dosis tinggi adalah terapi utama untuk
neuropati optik distiroid
– Pertimbangkan dekompresi orbita pada pasien
dengan neuropati optik distiroid yang tidak respon
dengan terapi steroid dosis tinggi 1-2 minggu, dengan
kerusakan kornea, ataupun pada pasien yang tidak
mampu mentoleransi steroid.
– Terapi rehabilitatif dilakukan pada pasien dengan
penyakit inaktif > 6 bulan dengan urutan
• Dekompresi orbita
• Pembedahan strabismus
• Pemanjangan palpebra
• Blepharoplasty
American Thyroid Association / American
Association of Clinical Endocrinologists
(ATA/AACE)
Pada pasien hipertiroid dengan oftalmopati Grave ataupun terdapat faktor
resiko terjadinya oftalmopati, maka harus dilakukan tindakan untuk mencapai
keadaan eutiroid secepatnya
• Pada pasien non-perokok tanpa gejala klinis oftalmopati, dapat dipikirkan
terapi radioiodine tanpa steroid, methimazole ataupun tiroidektomi.
• Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
• Terapi methimazole, radioiodine, dan tiroidektomi merupakan terapi yang
bermanfaat pada pasien dengan hipertiroid grave dengan oftalmopati aktif
yang ringan tanpa resiko perburukan penyakit mata ataupun pasien
dengan oftalmopati yang inaktif.
• Apabila pasien Grave dengan oftalmopati aktif ringan memilih untuk terapi
radioiodine maka diberikan terapi steroid secara bersamaan
• Pasien dengan Grave dan oftalmopati sedang hingga berat ataupun
oftalmopati yang mengancam jiwa, maka diberikan terapi dengan
methimazole ataupun pembedahan.
Steroid
• Terapi dengan steroid digunakan pada pasien dengan inflamasi berat
ataupun adanya neuropati optik akibat kompresi.
• Steroid dapat menurukan produksi mukopolisakarida oleh fibroblas.
Steroid diberikan melalui intravena secara pulse therapy (mis.
Metilprednisolone 1 g 2 hari sekali selama 3-6 kali pemberian).
• Dosis untuk neuropati optik dapat lebih besar. Apabila setelah 48 jam
tidak terdapat perbaikan, maka perlu dilakukan dekompresi dan
pemberian steroid tetap dilanjutkan. Apabila perlu dapat diberikan
penambahan siklosporin, ocreotide dan IVIG untuk kompresi optik.
Apabila respon terhadap steroid baik, maka dapat dipertimbangkan radiasi
orbita. Pada kasus yang berat, terapi kombinasi steroid, radiasi dan
pembedahan dapat dilakukan.
Radiasi Orbita
• Radiasi orbita dilakukan pada pasien dengan gejala sedang
hingga berat, adanya diplopia, dan kehilangan penglihatan.
Radiasi 1500-2000 cGy dalam 10 fraksinasi diberikan dari
lateral dengan angulasi posterior. Radiasi akan merukak
fibroblas orbita dan mungkin juga limfosit.
• Terapi radiasi yang dikombinasi dengan steroid memberikan
hasil yang lebih baik.
• Radiasi dapat menyebabkan katarak, retinopati radiasi, dan
neuropati optik apabila terapi radiasi tidak diberikan secara
benar
• Diabetes mellitus merupakan kontraindikasi relatif pada
karena dapat terjadi perburukan retinopati.
Pembedahan
• Pembedahan dilakukan selama masa penyakit
tenang, kecuali bila terdapat neuropati optik
kompresi ataupun adanya pajanan kornea yang
berat.
• Dekompresi orbita
• Pembedahan strabismus
• Pemanjangan palpebra
• Blepharoplasty
• Urutan pembedahan juga penting, apabila
terdapat proptosis, strabismus dan kelainan
palpebra, maka pembedahan dilakukan dengan
urutan
Analisa kasus

1. Apakah diagnosis pada kasus


sudah benar?
2. Apakah terapi pada kasus sudah
tepat?
Apakah diagnosis pada kasus sudah benar?

Ulkus kornea exposure ODS + eksoftalmus e.c. thyroid


eye disease

Keluhan pada pasien

• Mata kanan tidak dapat melihat sejak 3 bulan yang lalu


dan mata kiri buram sejak ± 1 minggu yang lalu
• Mata merah, nyeri dan sering berair
• Keluhan sering gemetaran dan jantung terasa
berdebar
• Mata pasien tampak melotot sejak 1 tahun yang lalu
dan mata tidak dapat menutup sempurna ketika tidur
Pemeriksaan Fisik
Status Oftalmologis
Status Present Pemeriksaan Penunjang
Pada bulbus okuli didapatkan
Keadaan Umum : Tampak sakit eksoftalmus, palpebra superior
didapatkan edema dan Pemeriksaan penunjang berupa
sedang
lagoftalmus, pada konjungtiva pemeriksaan darah pada
Kesadaran : Compos mentis palpebra dan forniks terdapat tanggal 25 Januari 2018
Tekanan darah : 160/90 mmHg hiperemis, pada konjungtiva didapatkan kesan adanya
bulbi terdapat injeksi siliar, peningkatan gula darah dan
Nadi : 92x/menit pada kornea OS terdapat Ulkus pada pemeriksaan tanggal 26
Pernapasan : 20x/menit kornea ± 4x4mm, berbatas Januari 2018 didapatkan kesan
Suhu : 36,5 oC tegas, warna putih, pada iris OS hipertiroid.
terdapat sinekia posterior, TIO
meningkat (palpasi)
Berdasarkan Literatur

Thyroid Eye Disease

• Gelaja : mata kering, mata merah, diplopia, nyeri pada


gerakan mata dan perubahan kosmetik
• Tanda-tanda : proptosis (exophthalmos), retraksi kelopak,
kemosis, injeksi konjungtiva, prolaps lemak orbital,
keratopati, pembengkakan periorbital, miopati restriktif dan
neuropati optik.
• Tanda klinis yang paling umum adalah retraksi kelopak mata
(terjadi pada 90% pasien dengan TED), diikuti oleh
exophthalmos (60%) dan pembatasan gerakan mata (40%).
• Tanda paling serius adalah neuropati optik dan keratopati
paparan (exposure)
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan jika ditemukan dua dari tiga tanda
berikut: (American Academy Of Ophthalmology, 2016).
1. Sedang dalam perawatan imun karena disfungsi
tiroid akibat satu atau lebih penyakit dibawah ini:
a. Graves hipertiroidisme
b. Hashimoto tiroiditis
c. Terdapatnya antibodi tiroid tanpa keadaan distiroid
yang bersamaan (pertimbangan parsial diberikan):
antibodi reseptor TSH (TSH-R), imunoglobulin
penghambat pengikatan tiroid (TBll), immuno-globulin
stimulasi tiroid (TSI), antibodi antimikrosomal
2. Tanda-tanda khas orbital (satu atau lebih dari tanda-tanda berikut):
a. Retraksi kelopak mata unilateral atau bilateral dengan khas kemerahan di
sebelah temporal (dengan atau tanpa lagoftalmus).
b. Proptosis unilateral atau bilateral
c. Strabismus restriktif dengan pola yang khas
d. Neuropati optik kompresif
e. Edema/eritema kelopak mata flukuatif
f. Kemosis

3. Bukti radiografi (pembesaran fusiform unilateral/ bilateral dari satu atau


lebih otot berikut):
a. Otot rektus inferior
b. Otot rektus medial
c. Otot rektus/levator kompleks superior
d. Otot rektus lateral
Apakah terapi pada kasus sudah tepat?
Medikamentosa :

Moksifloksasin 1 tetes / 1 jam ODS


C-Lyteers 1 tetes / 1 jam ODS
Timolol Maleat 0,5% 2 x 1 tetes ODS
Natamycin 1 tetes / 1 jam OS
Asetazolamid tab 3 x 250 mg
Aspar K tab 2x1 tab
Ceftriaxon 2x1gr IV
Ketorolac drip
Metil prednison 250mg/6 jam IV
Ranitidin 2x50 mg
Amlodipin 1x10 mg PO
Metformin 2x500mg
Thiamazole 1x10mg
Propanolol 3x10mg
• Mengatasi infeksi pada ulkus kornea
• Antibiotik spektrum luas karena pada pasien ini belum dilakukan kultur
Moksifloksasin untuk mengetahui kuman apa yang menyebabkan terjadinya ulkus
Ceftriaxon

• Untuk mengatasi infeksi pada ulkus bila penyebab ulkus tersebut adalah
jamur.
Natamycin

• mengandung Sodium Chloride, Kalium Chloride merupakan obat untuk


membantu melumasi dan menyejukan mata kering akibat kekurangan
cairan mata, iritasi, penggunaan lensa kontak, gangguan penglihatan
Cendo lyteers serta membantu melindungi mata terhadap iritasi lebih lanjut.
• golongan dari Beta-blocker (penghambat beta) yang bekerja dengan cara menghambat
produksi humor aquaeus. Timolol dapat diberikan 1-2 tetes sehari.
Timolol Maleat • Efek samping yang dapat timbul antara lain hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi,
kambuhnya asma, payah jantung kongestif.
0,5%

• menghambat enzim karbonat anhidrase yang berakibat terjadinya reduksi ion hidrogen
pada tubulus ginjal dan meningkatkan Na, K, bikarbonat dan air.
• Efek samping dari asetazolamid adalah hipokalemi yang dapat berakibat tetani,
parestesia, batu ginjal, dan depresi sehingga diberikan suplemen aspar K untuk
Asetazolamide menghindari hipokalemi.

• Asupan kalium untuk mengkompensasi efek hipokalemi yang dapat ditimbulkan oleh
asetazolamide
Aspar K
• Steroid dapat menurukan produksi mukopolisakarida oleh fibroblas.
Steroid diberikan melalui intravena secara pulse therapy (mis.
Metil Metilprednisolone 1g 2 hari sekali selama 3-6 kali pemberian)
Prednisolon

• Obat golongan calcium channel blockers untuk menurunkan tekanan


darah tinggi. Amlodipine bekerja melebarkan pembuluh darah
Amlodipine sehingga darah dapat mengalir lebih mudah.

• menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat konversi


perifer tiroksin (T4) menjadi triiodothyronine (T3)
Thiamazole
• Obat beta blocker yang bekerja menghambat kerja adrenalin
sehingga mengurangi gejala denyut jantung cepat, berkeringat,
Propranolol tremor, gelisah, dan lain-lain pada grave’s disease
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai