Anda di halaman 1dari 12

Aspek Hukum, Psikologi, dan

Psikiatri Kekerasan Terhadap


Anak
Alfonsus Zeus S - 1310027
Traxie Tanzil – 1310xxx
Aspek Hukum
Kekerasan Terhadap Anak
Diatur oleh UU 23/ 2002
Direvisi oleh UU 35/ 2014
Pasal 26
(1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak;
b. menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;
c . mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan
d. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada Anak.

(2) Dalam hal Orang Tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu
sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, kewajiban dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih kepada Keluarga, yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 76 C-E
Pasal 76C
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.
Pasal 76D
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan
memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 76E
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan,
atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul.
Pasal 81
Pasal 81
(1) Setiap orang yang melangggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi
Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga
kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Aspek Psikologi
Kekerasan Terhadap Anak
Psikologi Perkembangan
• Bijou Baer - Psikologi perkembangan sebagai lapangan khusus yang
mempelajari “peningkatan-peningkatan yang terjadi oleh interaksi antara
tingkah laku dengan hal-hal yang timbul di lingkungan”
• Berikut ini faktor” yang mempengaruhi perkembangan:
• Fisik: meliputi keadaan-keadaan alam yang bebas seperti : pegunungan dan
pepohonan, serta benda buatan manusia seperti : meja, kursi, rumah dan
sebagainya.
• Kimiawi: gas dan larutan yang mempengaruhi jarak tertentu seperti bau panggang
ayam, parfum, asap dan yang langsung mengena pada permukaan tubuh seperti
sabun, obat-obatan antiseptik, asam belerang.
• Organismik: struktur biologis dan fungsi-fungsi kefaalan pada organisme seperti
rangsangan dari alat-alat pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, kelenjar buntu,
persyarafan dan system otot-otot.
• Sosial: penampilan, perbuatan dan interaksi antar orang
Dampak Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Mulyadi (Sinar Harapan, 2003)
Diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut
menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski
kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi
seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai
penyebab keterlibatan dalam prostitusi.
Nadia 1991
Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk
yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi
mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak
beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah
kulit, dll.
Nucombe (2000) menuliskan hubungan yang erat antara koban
kekerasan dan pelaku kekerasan, hal ini dihubungkan dengan
perjalanan psikologis pelaku kekerasan, dimana pelaku pedofil adalah
rendah empati, ketergantungan dengan bentuk perilaku seksual
menyimpang, dan rendahnya kemampuan membina relasi sosial
dengan lawan jenis, seluruhnya berperan besar dalam terbentuknya
siklus ini.
Nurcombe mengindikasikan bahwa korban kekerasan seksual memiliki
kecenderungan rendahnya self eseteem, rendahnya mengendalikan
emosi, dan pengendalian diri, masalah dalam relasi sosial, distress
emosional kronis. Seluruh hal ini sangat mirip dengan profil psikologis
terbetnuknya profil pedofilia.
Aspek Psikiatri
Kekerasan Terhadap Anak
Kekerasan Seksual Terhadap Anak
• Kapplan & Saddock dalam Hand Book of Psychiatry menuliskan
diperkirakan korban anak laki-laki adalah 3%- 31%, dan wanita adalah 6%-
62%
• Kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah atau ayah tiri 7%-8%, paman
atau saudara yang lebih tua adalah sekitar 16-42%, teman 32-60% dan
dilakukan oleh orang yang tidak dikenal yaitu 1 %.
• Bentuk kekerasan atau pelecehan seksual tertinggi adalah dalam bentuk
sentuhan pada alat kelamin, atau bagian tubuh yang sensitif lainnya yaitu
13-33%. Bentuk kekerasan seksual tertinggi lainnya adalah hubungan
seksual yaitu 16-29%.
• Prevalensi usia tertinggi korban kekerasan seksual adalah antara 9 – 12
tahun.
Tahapan
1.Engagement : Pelaku mempengaruhi korban dalam hubungan khusus. Sebagai contoh antara
anak dan ayah, anak perempuan seringkali telah memiliki hubungan yang sangat dekat dengan
ayahnya sejak masa kanak-kanak dan telah melakukan pendekatan secara seksual sejak awal.
2. Sexual interaction : Perilaku seksual berkembang dari ringan hingga bentuk yang berat. Anak
akan mengalami kebingungan dan ketakutan
3.Secrecy : Pelaku mengancam korban untuk tidak memberitahukan pengalamannya kepada
siapapun.
4. Disclosure : Tindakan kekerasan seksual tersebut pada akhirnya diketahui oleh orang lain.
5. Suppresion : Anak seringkali menarik kembali pernyataan tentang kekerasan seksual yang
dialamnya dan beranggapan tindakan kekerasan yang dialaminya tersebut adalah suatu
bentuk kasih sayang.

Anda mungkin juga menyukai