Anda di halaman 1dari 37

SEMINAR 3

KELOMPOK 11
Kelompok 11
 Fitria antar
 Heni wahyuningtyas
 Herwinda taufani jenie
 Indra azis rasyid
 Irzalina zhafirah
 Jessica febriani
 Merry kartika
 Nur alim
 Ria septi harmia
Skenario kasus
Seorang mahasiswa yang memiliki waktu yang sempit untuk
berolahraga, pada waktu jogging ia merasakan napasnya cepat
dan dangkal dan detak jantungnya juga lebih cepat dan jika ia
melakukan jogging lebih cepat dia harus bernapas lebih dalam
dan cepat.
Klarifikasi istilah
 Proses respirasi : proses pembebasan energi yang tersimpan
dalam zat sebagai sumber energi melalui proses kimia dengan
menggunakan O2.
 Mekanika pernapasan : terjadi karena terdapat selisih tekanan
atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot.
 Tekanan parsial (P) : tekanan yang ditimbulkan oleh masing-
masing gas dalam suatu campuran gas.
 Ph darah : derajat keasaman darah, Ph darah normal 7,35-
7,45.
Penetapan Masalah

pernapasan

Aktifitas Aktifitas
biasa olahraga
Hipotesis
 Pernapasan dipengaruhi oleh aktivitas, umur, jenis kelamin,
bentuk tubuh, dll
 Terdapat perbedaan proses respirasi pada aktifitas biasa dan
aktifitas berat
Solusi Sementara
 Proses respirasi
1. ventilasi
2. Difusi kapiler paru
3. Perfusi
4. Difusi kapiler jaringan
1. Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru
sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (ling.
Eksternal) dan kantung udara (alveolus).
2. O2 dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah
dalam kapiler paru secara difusi.
3. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
4. O2 dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah secara difusi.
Mekanika Pernapasan
 Inspirasi
proses aktif
kontraksi otot pernapasan (diafragma dan m. interkostalis
eksterna)

 Ekspirasi
proses pasif
relaksasi otot pernapasan dan gaya recoil paru dan toraks.
 Inspirasi
Inspirasi
Saat mana diafragma turun karena berkontraksi,
meningkatkan ventrikel rongga thoraks. Kontraksi otot
interkostal eksternal mengangkat iga dan kemudian sternum
untuk memperbesar ukuran depan belakang kanan kiri
rongga thoraks.
 Ekspirasi
Ekspirasi
Saat diafragma melemas, mengurangi volume rongga thoraks
dari ukuran inpirasi puncaknya. Sewaktu otot interkostalis
eksterna melemas, sangkar iga yang tadinya terangkat turun
karena gaya gravitasi. Hal ini juga mengurangi volume rongga
thoraks.
Tekanan parsial O2 dan CO2
 Alveolus
PO2 : 100 mmHg
PCO2 : 40 mmHg
 Darah
PO2 : 40 mmHg
PCO2 : 46 mmHg
 Sel jaringan
PO2 : <40 mmHg
PCO2 : >46mmHg
 Menembus kapiler paru
- gradien tekanan parsial o2 dari alveolus ke darah = 60
mmHg (100 – 40)
- gradien tekanan parsial co2 dari darah ke alveolus = 6
mmHg (46 – 40)
 Menembus kapiler sistemik :
- gradien tekanan parsial o2 dari darah ke sel jaringan = 60
mmHg (100 – 40)
- gradien tekanan parsial co2 dari sel jaringan ke darah = 6
mmHg (46 – 40)
Learning Objective
 Mengetahui mekanisme dan proses respirasi
 Mengetahui faktor yang terjadi pada proses respirasi
 Mengetahui pusat pernapasan pada aktivitas biasa & pada saat
berolahraga
 Mengetahui PH darah, po2 dan pco2
 Mengetahui fungsi alveolus
 Mengetahui batas respirasi internal dan eksternal
 Mengetahui pusat pengendalian pernapasan (kimia dan non-
kimia)
Learning Issue
1.Perbedaan pernapasan biasa dan aktivitas berat ditinjau dari
mekanisme, pusat pernapasan, serta kadar PO2 dan PCO2
2.Faktor-faktor pusat pernapasan dari faktor kimia dan non
kimia
3.Terminologi PH darah
Pernapasan Aktivitas Berat
 Mekanisme
- inspirasi : perlu otot otot tambahan (m.
sternokleidomastoideus dan m. pektoralis minor).

- ekspirasi : perlu kontraksi otot (m. interkostalis internus


dan m. rektus abdominis).
 Pusat Pernapasan
medulla oblongata dan pons
 Medulla oblongata
1. Pusat respirasi ( Kelompok Repiratorik Dorsal)
 Terdiri dari neuron inspiratorik, yang serat
desendesnnya berakhir di neuron motorik yang
mensarapi otot inspirasi
 Ketika neuron KRD melepaskan muatan maka
terjadi inspirasi, dan ketika KRD tidak
menghasilkan sinyal terjadilah ekspirasi
 KRD memiliki hubungan penting dengan
kelompok respiratorik ventral
2. Pusat respirasi ( Kelompok Repiratorik Ventral)
 Terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron
ekspiratorik
 N I dan N E tetap inaktif selama bernapas tenang
 Jika kebutuhan Ventilasi meningkat DRG akan
mengaktifkan N I dan N E, N I dan N E
impuls melalui N IX dan N X ke otot inspirasi dan
ekspirasi tambahan.
 Pons
Pons terdiri dari :
1. Pusat apneutik
 Pons bagian bawah pengaruh tonik kepada pusat pernapasan
 Apneusis : henti napas pada fase inspirasi
2. Pusat pneumotaksik
 pons bagian atas
 Menghambat pusat apneustik bersama dengan N X

Fungsi pons :
Mengatur irama respirasi spontan menjadi halus dan teratur
 Kadar PCO2 dan PO2
1. PO2 turun  difusi O2 ke jaringan ↑
Kurve disosiasi Hb-O2 bergeser ke kanan
2. Kapiler otot vasodilatasi  PO2 drh turun
3. PO2 drh < 60 mmHg  ikatan Hb-O2 lemah  O2 mudah
dilepas ke jar  kurve terjal
4. PCO2 drh ↑, pH turun, PO2 drh turun, suhu tbh ↑, Kurve
bergeser ke kanan
5. aliran drh ke otot meningkat 30 x , metabo-
lisme meningkat 100 x.
 Meskipun terjadi peningatan mencolok pemakaian O2 saat
aktivitas berat, PO2 arteri tidak berkurang tetapi tetap
normal atau bahkan sedikit meningkat karena peningkatan
ventilasi alveolus mengimbangi atau bahkan sedikit melebihi
kecepatan konsumsi O2. begitu pula dengan PCO2 karena
co2 tambahan dikeluarkan sama atau bahkan lebih cepat
daripada produksinya yang meningkat melalui peningkatan
ventilasi.
Pengendalian Pusat Pernapasan
A. Rangsang kimia 
Kemoreseptor perifer dan pusat
Peningkatan PCO2
Penurunan PO2
Peningkatan ion H

B. Pengaturan bukan kimiawi


Korteks serebri  tahan napas
Sistem limbik  emosi, nyeri
Proprioseptor otot, tendon dan sendi
Pengaturan Secara Kimiawi
1. Kemoreseptor Perifer
Jika PCO2 tinggi akan meransang glomus Aorticus &
glomus Karoticus kemudian rangsangan diteruskan ke
glomus aoricus melalui N. X & glomus karoticus N.IX,
kemudian impuls diteruskan ke MO (Pusat pernapasan)
kemudian Mo mengirimkan instruksi pada otot-otot
pernapasan agar ventilasi ditingkatkan dengan tujuan agar
PCO2 keluar sehingga PO2 di Arteri akan turun.
2. Kemoreseptor Sentral
CO2 masuk keluar sawar darah otak(blood brain barrier)
yang terdapat H2O, kemudian CO2 bereaksi dengan
H2O→H2CO3 kemudian keluar menjadi H+ & HCO3⁻
kemudian H+ akan merangsang kemoreseptor di sentral,
diteruskan sehingga ventilasi meningkat dan PCO2
menurun.
Pengaturan nonkimiawi
1. Korteks serebri→tahan panas, misalnya saat menyelam
ada perintah & isyarat dari korteks serebri ke pusat
pernapasan sehinga pusat pernapasan mengirimkan impuls ke
otot-otot pernapasan.
2. Sistem limbik mengatur emosi dan nyeri, misalnya saat
marah dan nyeri yang tidak terlalu hebat pernapasan akan
cepat, tetapi jika nyerinya sangat hebat maka pernapasan
lambat.
3. Proprioseptor di otot, tendon dan sendi
menghasilkan impuls aferen ke Medulla Oblongata,misalnya
pada saat olahraga di ruang terbuka loncat-loncat
mengakibatkan napasnya menjadi cepat.
Ph Darah
Kesimpulan
 Terjadi perbedaan respirasi dari segi mekanisme, tekanan
parsial gas, dan pusat pengendali ketika kita dalam keadaan
tenang dengan saat kita melakukan aktivitas berat.
REFERENSI
 Sherwood, lauralee. 2012 “fisiologi manusia dari sel ke
sistem”. Jakarta :EGC ;alih bahasa, bram u
 Ganoong, w, f. 1998 “buku ajar fisiologi kedokteran ed. 17”
jakarta : EGC ;alih bahasa, M. Djauhari Wijayakusumah
 Diktat biokimia – pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Penyusun dr kusumahastuti wahjudi, SpBkm

Anda mungkin juga menyukai