Anestesi Pasien Resiko Tinggi
Anestesi Pasien Resiko Tinggi
Tinggi
SURVEY PRIMER
Airway
• Prioritas utama mempertahankan airway
Tanda obstruksii: mendengkur, stridor & gerakan dada paradoksal.
• Intubasi endotrakheal, krikotirotomi, dan trakheostomi
• hindari hiperektensi leher :manuver jaw thurst.
• Pasien tdk sadar dengan trauma mayor : resiko aspirasi ,
endotrakheostomi/ trakheostomi.
• Nasal intubasi tidak boleh dilakukan pada fraktur basis cranii dan
fraktur midface.
• Trauma laring : komplikasi yang lebih buruk pada
cedera terbuka krn pecahnya pembuluh darah leher.
• Cedera tertutup pada laring : krepitasi di leher,
hematoma, disfagi, hemoptisis, atau fonasi yang
jelek.
• Intubasi sadar :ET ukuran kecil (6,0 dws) dg
laringoskop direct atau bronkoskopi fiber optic,
anestesi topikal.
• Obstruksi akut pd trauma saluran pernapasan atas→
krikotirotomi emergensi/perkutaneus/ trakeostomi
surgical.
BREATHING
Penilaian ventilasi :
- Melihat : tanda sianosis, penggunaan otot-otot napas
tambahan, flail chest, trauma toraks.
- Mendengar: suara napas tambahan.
- Meraba: emfisema subkutis, defiasi trakhea,& patah
tulang iga.
• Gangguan pernapasan : hematotoraks / pneumothoraks.
• Pasien trauma berat → ventilasi.
intubasi → ventilasi adekuat dg kantung napas katup
nonrebreathing.
• Oksigenasi dengan O2 100% analisa gas darah.
Circulation
• Sirkulasi adekuat : denyut nadi, kuatnya denyutan,
tekanan darah dan tanda perfusi perifer.
• Tindakan prioritas : hentikan pendarahan, isi volume
intravaskular.
• Cardiac arrest saat transportasi setelah cedera tajam dan
tumpul rongga dada indikasi untuk ERT (Emergency
Room Thoracotomy).
• Torakotomi resusitatif : kontrol pendarahan yang
massif, membuka pericardium, mengklem (cross
clamping) aorta diatas diafragma.
Sirkulasi- perdarahan
EXPOSURE
• Pasien harus dilepas pakaiannya untuk dilakukan
penilaian adanya cedera.
• In line mobilization bila ada trauma leher atau ada
kecurigaan cedera spina
Survey sekunder
PERTIMBANGAN UMUM
• Regional anestesi biasanya tidak praktis dan kurang
layak pada hemodinamik yang tidak stabil
• Pasien yg diduga trauma kepala hiperventilasi utk
mengurangi tekanai intrakranial. Ventilasi dapat
berbahaya karena pneumothorak, flail chest, obstruksi
ET, cedera pulmo direct.
• Jika belum terintubasi manajemen airway dilakukan,
koreksi hipovolemi sebelum induksi, resusitasi cairan
dan trasfusi terus dilanjutkan selama induksi dan
anestesi,
• Obat anest yang umum digunakan ketamin & etomidate. resusitasi sdh
adekuat induksi dgn profofol dikurangi 80-90% pada pasien dgn trauma
mayor.
• ketamin dan N2O tidak secara langsung menstimulasi fungsi kardiak,
menunjukkan ada depresi cardia pada pasien syok
• Maintenance anest pada pasien tidak stabil terutama MR dgn GA, obat
dititrasi u/ menghasilkan minimal amnesia (MAP >50-60mmhg).
• Intemitten ketamin (25mg/15mnt) dapat mengurangi insiden
recall/bangun, terutama saat menggunakan dosis rendah agent inhalasi
(<0,5 Mac)
• Midazolam intermiten 1 mg atau scopolamine 0,3 mg.
• N2O dilarang krn ada kemungkinan pneumotorak atau terbatasnya
inspirasi konsentrasi O2.
• Obat yg menurunkan tek darah ( histamine release dari atrcurium dan
mivacurium ) harus dihindari pada pasien hipovolemik syok.
• Kunci dari managemen anest yg aman pada px syok : menggunakan dosis
tambahan yang kecil.
TERIMA KASIH