Anda di halaman 1dari 18

AKPER MAKASSAR 2010

KONSEP MENUA
Proses menua adalah sebuah proses yang
mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh
disertai dengan menurunya cadangan hampir semua
sistem fisiologis dan disertai pula dengan
meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan
kematian. Proses menua normalnya merupakan suatu
proses yang ringan (benign), ditandai dengan turunya
fungsi secara bertahap tetapi tidak ada penyakit sama
sekali sehingga kesehatan tetap terjaga baik.
Sebaliknya proses menua patologis ditandai dengan
kemunduran fungsi organ sejalan dengan umur tetapi
bukan akibat umur tua, melainkan akibat penyakit
yang muncul pada umur tua. Lanjut................
Dari berbagai teori yang dikemukakan untuk
menjelaskan proses menua, sebagian besar dapat
dikelompokan ke dalam 2 kelompok, yakni, teori
genetik dan teori akumulasi kerusakan. Teori
genetika mengasumsikan bahwa rentang hidup (life
span) dan laju proses menua dikontrol oleh
informasi di dalam meolekul DNA di dalam gen.
Teori akumulasi kerusakan menyatakan bahwa laju
proses menua ditentukan oleh kerusakan dalam
molekul DNA, RNA, dan sintesis protein spesifik,
enzim, dan juga mutasi somatik akibat terpajan
terhadap berbagai pengaruh yang merusak seperti
radiasi ion.
PERBAHAN BERAGAI ORGAN
AKIBAT PROSES MENUA NORMAL
Perubahan yang berhubungan dengan
proses menua normal sebagian besar
merupakan akibat kehilangan atau
penurunan secara bertahap. Kehilangan
tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak
awal usia muda, tetapi pada sebagian besar
system organ, kehilangan tersebut baru
bermakna secara fungsional setelah terjadi
kehilangan yang besar.
Anatomi fisiologi
• Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat
darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan
nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-
sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar
serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap
organisme sebagai suatu keseluruhan dan khususnya
terhadap darahnya sendiri.
• Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), beberapa jenis sel darah putih (leukosit),
dan pecahan sel yang disebut trombosit.
DEFINISI
• Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume
eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang
nilai yang berlaku untuk orang sehat
(Nelson,1999).
• Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin turun
dibawah normal. (Wong, 2003).
• Anemia adalah penurunan dibawah normal
dadam jumlah eritrosit, banyaknya hemoglobin,
atau volume sel darah merah, sistem berbagai
jenis penyakit dan kelainan (Dorlan, 1998).
PATOFISIOLOGI
 Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah
O2 ke jaringan berkurang
 Kehilangan darah yang mendadak (> 30%)
mengakibatkan pendarahan menimbulkan
simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
 Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan)
sampai dengan 50% terdapat kompensasi adalah:
• Peningkatan curah jantung dan pernafasan
• Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
• Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan
dari sela-sela jaringan
• Redistribusi aliran darah ke organ vital
Manifestasi klinik
• Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan
Hb, vasokontriksi
• Takikardi dan bising jantung (peningkatan
kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
• Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas
(pengiriman O2 berkurang)
• Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga
berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
• Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia,
nausea, akonstipsi)
Klasifikasi anemia
 Anemia pasca-pendarahan (post
hemorrhagi)
 Anemia defisiensi besi
 Anemia Megaloblastik
 Anemia Hemolitik
 Anemia Aplastik
KOMPLIKASI ANEMIA
Gagal jantung
Kejang
Perestesia
KONSEP KEPERAWATAN
• Pengkajian
 Lakukan pengkajian fisik
 Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk
riwayat diet
 Observasi adanya manifestasi anemia
 Syok (anemia kehilangan darah)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigenasi ke
sel/hipoksia.
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan
dengan sistem pertahanan tubuh.
4. Resiko perdarahan b/d penurunan faktor
pembekuan darah.
Intervensi Ndx 1
• Observasi perubahan status mental
R/ Gelisah, bingung, disorientasi atau perubahan sensori atau motor
dapatmenunjukkan aliran darah, hipoksia atau cidera faskuler
serebral (CSV) sebagai akibat emboli sistemik.
• Observasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa.
R/ Kulit pucat/sianosis, kaku membrane bibir atau lidah menunjukkan
vasokontriksi/ syok dan gangguan aliran sistemik.
• Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/ Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
• Tinggikan kaki atau telapak bila di tempat tidur atau kursi.
R/ Menurunkan status vena di kaki dan pengumpulan darah pada
vena pelvis untuk menurunkan resiko pembentukan thrombus.
• Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, bingung.
R/ Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia
atau defisiensi vitamin B12.
Intervensi Ndx2
• Observasi adanya tanda kerja fisik (dispnea, sesak nafas,
kunang-kunang, keletihan.
R/ Untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat.
• Antisipasi dan bantu dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
R/ Untuk mencegah kelelahan
• Pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan minat
yang sama.
R/ Meningkatkan istirahat dengan tenang serta mencegah
kebosanan dan menarik diri.
• Pertahankan posisi fowler tinggi.
R/ Untuk pertukaran udara yang optimal.
• Ukur tanda vital selama istirahat.
R/ Untuk menentukan nilai dasar perbandingan selama
periode aktifitas.
Intervensi Ndx3
• Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi
perawatan dan klien.
R/ Mencegah terjadinya kontaminasi bakterial.
• Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur
perawatan.
R/Menurunkan resiko infeksi bakteri.
• Berikan perawatan kulit.
R/ Menurunkan resiko kerusakan kulit atau jaringan.
• Pantau suhu.
R/Adanya bukti infeksi dan membutuhkan
pengobatan.
Intervensi Ndx3
• Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada.
R/ Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan
kehilangan volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut.
• Catat perubahan mental atau tngkat kesadaran
R/ Perubahan dapat menunjukkan perbahan perfusi jaringan serebral
sekunder terhadap hipoolemia, hipoksemia.
• Dorong menggunakan sikat gigi halus.
R/ Meminimalkan kerusakan jaringan, menurunkan resiko
perdarahan/hematoma
• Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan
R/ Pada adanya gangguan faktor pembekuan, trauma minimal dapat
menyebabkan perdarahan mukosa
• Berikan obat sesuai indikasi. Vitamin tambahan (contoh: vit K, D, C)
R/ Indikator anemia, perdarahan aktif/ terjadinya komplikasi
Evaluasi
• Evaluasi merupakan proses keperawatan yang
mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kearah
pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi
apakah perilaku atau respon klien
mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau
pemeliharaan status yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai