Anda di halaman 1dari 58

PERPAJAKAN II

SAP 11
OLEH :

Ana Dwiyanti Candra 1607531034

Trianny Putri 1607531133

2
POKOK bahasan

KONSEP DASAR PPN DAN PPn bm

Dasar hukum ppn dan ppn bm

SYARAT SUATU PENYERAHAN


BARANG ATAU JASA TERUTANG PPN

SUBYEK DAN OBYEK PPN & PPN BM

3
POKOK bahasan

Mekanisme pemungutan ppn dan ppn


bm

Pengertian pengusaha kena pajak


(pkp)

PENGERTIAN FAKTUR PAJAK

TARIF DAN DASAR PENGENAAN


PAJAK PPN & PPN BM

4
POKOK bahasan

PENGERTIAN PPN KELUARAN DAN


PPN MASUKAN

Pengertian WAPU PPN

TATA CARA PERHITUNGAN,


PENYETORAN, PELAPORAN PPN &
PPN BM

5
KONSEP DASAR PPN DAN PPn bm
SAP 11
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak
yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.PPN termasuk jenis
pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang)
yang bukan penanggung pajak atau dengan
kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)
tidak menyetorkan langsung pajak yang ia
tanggung.

7
Karakteristik PPN

Multitahap (multi stage), maksudnya pajak dikenakan


1
di tiap mata rantai jalur produksidan jalur distribusi
dari pabrikan.

Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan


2 pada objek pajak tanpa melihat kondisi subjek pajak.

3
Bersifat netral. yaitu PPN tidak hanya dikenakan pada
barang tetapi juga jasa.
Menghindari pengenaan pajak berganda (double tax).
karena PPN hanya dikenakan pada pertambahan
4
nilainya saja.

5
Dipungut menggunakan faktur.

8
Karakteristik PPn

PPN dikenakan sebagai pajak atas konsumsi dalam


1 negeri (domestic consumptions).

Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung


2 (indirect subtraction), yaitu dengan memperhitungkan
besaran pajak masukan dan pajak keluaran.
Pajak tidak langsung (indirect tax), maksudnya pemikul
3 beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran
pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang
berbeda.
4

9
Minyak mentah, Gas bumi, Panas

Barang Tidak Kena bumi, Pasir dan kerikil.

PPn Batu bara sebelum diproses


menjadi briket batu bara.

Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih


tembaga, bijih nikel, bijih perak, dan bijih
bauksit.
Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, meliputi: Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih,
beras merah, beras ketan hitam, atau beras ketan putih , Segala jenis
jagung putih, jagung kuning, jagung kuning kemerahan, atau berondong
jagung

10
PPn BM

PPnBM merupakan jenis pajak yang Atas impor dan Penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh PKP yang
menghasilkan BKP yang tergolong Mewah tersebut disamping dikenakan PPN juga
1
merupakan satu paket dalam dikenakan PPnBM.

Undang-undang Pajak Pertambahan PPnBM hanya dipungut satu kali, yaitu pada waktu Impor atau pada waktu
Nilai. Mekanisme PPnBM diatur 2 menyerahkan BKP yang tergolong Mewah tersebut oleh pabrikan.

dalam pasal 5, Pasal 8 dan Pasal 10


UU PPN, yang sama secara garis PPnBM tidak dapat dikreditkan baik terhadap PPN maupun terhadap PPnBM;
3

besar adalah sebagai berikut:


Tarif PPnBM yang berdasarkan UU No. 8 Tahun 1983 berkisar antara 10% sampai dengan
35% dengan UU No. 11 Tahun 1994 diubah menjadi setinggi-tingginya 50% dan dengan UIJ
4
No. 18 Tahun 2000 diubah lagi menjadi setinggi-tingginya 75%.

Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPnBM
5 yangtelah dibayar pada waktu perolehan BKP yang tergolong mewah yang
diekspor tersebut.
11
Karakteristik PPnBM sebagai berikut:

1. PPnBM merupakan pungutan tambahan BKP Pengertian Tarif BKP Mewah

Mewah selain PPN Berdasarkan Pasal 8 Undang-undang PPN, ditentukan :


1. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10%
2. PPnBM hanya dikenakan sekali yaitu pada (sepuluh persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).

saat impor atau pada saat penyerahan BKP 2. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan
pajak dengan tarif 0% (nol persen).
Mewah oleh PKP Pabrikan.
3. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas
3. PPnBM tidak dapat dikreditkan sehingga Barang Mewah.
diperlakukan sebagai biaya
Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas
Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan Keputusan
4. Dalam hal BKP Mewah diekspor, maka Menteri Keuangan.”
PPnBM yang dibayar pada saat perolehannya
dapat diminta kembali (restitusi).

The Power of PowerPoint | thepopp.com 12


Dasar Hukum PPN dan PPnBM
Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009.
UU PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April
1985 dan merupakan pengganti UU Darurat No 19 Tahun
1951 tentang Pajak Penjualan. Untuk lebih rincinya akan
dijelaskan sebagai berikut :

14
Undang-undang Nomor 8
Peraturan Pemerintah Nomor
Tahun 1983 tentang Pajak
143 Tahun 2000 jo. Peraturan
Pertambahan Nilai Barang
Pemerintah Nomor 24 Tahun
dan Jasa dan Pajak
2002 tentang Pelaksanaan
Penjualan atas Barang
Undang-undang Nomor 8
Mewah sebagaimana telah
Tahun 1983 tentang Pajak
beberapa kali diubah terakhir
Pertambahan Nilai Barang
dengan Undang-undang
dan Jasa dan Pajak
Nomor 18 Tahun 2000 yang
Penjualan atas Barang
tetap dinamakan Undang-
Mewah sebagaimana telah
undang Pajak Pertambahan
beberapa kali diubah terakhir
Nilai 1984.
dengan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2000.

Peraturan Pemerintah Nomor


Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang
Peraturan Pemerintah 145 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan
Nomor 144 Tahun 2000 Kelompok Barang Kena Pajak Barang Kena Pajak Tertentu
tentang Jenis Barang dan yang Tergolong Mewah yang dan atau Penyerahan Jasa
Jasa yang Tidak Dikenakan Dikenakan Pajak Penjualan Kena Pajak Tertentu yang
Pajak Pertambahan Nilai. atas Barang Mewah Dibebaskan dari Pengenaan
sebagaimana telah beberapa Pajak Pertambahan Nilai
kali diubah terakhir dengan sebagaimana telah beberapa
Peraturan Pemerintah Nomor kali diubah terakhir dengan
12 Tahun 2006. Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2003.

15
Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 2001 tentang Impor
dan atau Penyerahan Barang
Kena Pajak Tertentu yang
Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2007.

16
Syarat Penyerahan Barang Atau Jasa
Terutang PPN
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP atau JKP meliputi baik
pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3A ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP , tetapi
belum dikukuhkan. Dengan demikian jika ada pengusaha yang seharusnya dikukuhkan
sebagai PKP namun tidak melaporkan usahanya maka dapat dikukuhkan secara
jabatan
Penyerahan yang dikenai PPN harus memenuhi syarat BKP adalah barang berwujud , yang menurut sifat atau
syarat sebagai berikut ( Penjelasan Pasal 4 ayat (1) hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak
huruf a dan c ) bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenai pajak
berdasarkan Undang undang
1. Yang diserahkan merupakan BKP atau JKP
JKP adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
2. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean ,dan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan
3. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai , termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
atau pekerjaannya
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahann
Syarat tersebut sifatnya kumulatif sehingga bila ada satu atau dan atas petunjuk dari pemesanan yang dikenai pajak
lebih syarat tersebut tidak terpenuhi maka atas penyerahan berdasarkan Undang undang
tersebut tidak dikenai PPN.

19
Termasuk dalam pengertian penyerahan barang Kena
Pajak sesuai dengan Undang-undang PPN adalah :

Pengalihan Barang Kena Pajak karena satu Penyerahan Barang Kena Pajak kepada
perjanjian sewa beli dan atau perjanjian sewa guna pedagang perantara atau melalui juru
1 Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak 2 usaha (leasing).
3
karena suatu perjanjian. lelang.
Karena penguassan atas Barang Kena Pajak telah
Perjanjian yang dimaksudkan meliputi jual berpindah dari penjual kepada pembeli atau Pedagang perantara adalah orang pribadi
beli, tukar-menukar, jual beli dengan dari lessorkepada lessee, maka penyerahan Barang Kena atau badan yang dalam lingkungan
angsuran, atau perjanjian lain yang Pajak dianggap telah terjadi pada saat perjanjian perusahaan atau pekerjaannya dengan
mengakibatkan penyerahan hak atas ditandatangani, kecuali apabila saatnya berpindahnya nama sendiri .Sedangkan yang dimaksud
barang. pengusaan secara nyata atas Barang Kena Pajak dengan juru lelang adalah juru lelang
tersebut terjadi lebIh dahulu daripada saat pemerintah atau yang ditunjuk oleh
ditandatanganinya perjanjian. Pemerintah.
Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke
Pemakaian sendiri dan atau pemberian Barang Kena Pajak berupa persediaan yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, cabang atau sebaliknya dan atau penyerahan
cuma-cuma atas Barang Kena Pajak.
4 5 yang masih tersisa pada saat pembubaran 6 Barang Kena Pajak antarcabang.
perusahaan.

Pemakaian sendiri diartikan sebagai Persediaan Barang Kena Pajak dan asset Apabila suatu perusahaan mempunyai
pemakaian untuk kepentingan yang menurut tujuan semula tidak untuk lebih dari satu tempat pajak terutang, yaitu
pengusaha sendiri, pengurus, atau diperjualbelikan, yang masih tersisa pada tempat melakukan penyerahan Barang
saat pembubaran perusahaan disamakan Kena Pajak kepada pihak lain, baik
karyawannya. Sedangkan pemberian
dengan pemakaian sendiri sehingga sebagai pusat maupun sebagai cabang
cuma-cuma diartikan sebagai pemberian
dianggap sebagai penyerahan Barang Kena perusahaan, maka undang-undang ini
yang diberikan tanpa pembayaran,
Pajak. Khusus untuk asset yang menurut menganggap bahwa pemindahan Barang
antara lain pemberian contoh barang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
Kena Pajak antartempat tersebut
untuk promosi kepada relasi atau hanya dikenakan PPN apabila memenuhi
merupakan penyerahan Barang Kena
pembeli. persyaratan, yaitu bahwa PPN yang dibayar
pada saat perolehanya dapat dikreditkan.
Pajak 20
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh
Penyerahan Barang Kena Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
1 Pajak secara konsinyasi. 2 perjanjian pembiayaan 3

Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Penyerahan Barang Kena Pajak oleh
PPN yang sudah dibayar pada waktu Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
Barang Kena Pajak bersangkutan perjanjian pembiayaan yang dilakukan
diserahkan untuk dititipkan dapat berdasarkan prinsip syariah yang
dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada penyerahannya dianggap langsung dari
Masa Pajak terjadinya penyerahan Barang Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
Kena Pajak yang dititipkan tersebut. membutuhkan Barang Kena Pajak.

4 5 6

21
Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum
Tidak termasuk dalam Dagang.

penyerahan Barang kena Pajak


adalah : Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang.

Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau


sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antarcabang,
dalam hal Pengusaha Kena Pajak tersebut telah memperoleh
izin pemusatan tempat pajak terutang

Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,


peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak.

22
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
Tidak termasuk dalam pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan.
penyerahan Barang kena Pajak
adalah :

23
Subjek dan Objek PPN & PPnBM
Subjek pajak PPN dan PPn-BM adalah pengusaha Kena Pajak yang
disingkat PKP. Walaupun demikian, karena PPn dan PPN-BM
merupakan pajak yang tidak langsung maka prinsipnya beban pajak bisa
digeser kepada pihak lain (Text Shifting). Untuk subjek PPN dan PPn-BM
ada dua kategori yaitu :

Subjek Pajak 1. Pengusaha kena pajak (PKP) yang meliputi Pabrikan/Produsen,


Pengusaha real estate, Importir, Indentor. Pengusaha yang mempunyai

PPN dan hubungan yang istimewa dengan pabrikan dan/importer. Agen utama
dan Penyalur utama dari Pabrikan dan atau importir, pemegang hak
paten dan merek dagang, Pemborong / Kontraktor / Sub Kontraktor

PPn-BM Bangunan dan harta tetap lainnya.


2. Pengusaha yang memilih menjadi pengusaha kena pajak yang
meliputi eksportir dan Pedagang yang merupakan Barang Kena Pajak
kepada Pengusaha Kena Pajak.

25
Objek PPN dan PPN-BM

Secara umum dapat dikatakan yang menjadi objek PPN dan PPn-BM adalah “Penyerahan Barang dan Jasa” yang perinciannya adalah
sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan, sedangakan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak
Penyerahan Barang kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak
adalah orang atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannnya menghasilkan barang,
dimanapun juga dimana dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah harga jual. mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan atau melakukan usaha jasa.

Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha yang memilih menjadi Yang dimaksud dengan pengusaha yang memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pengusaha Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dasar (PMPKP) adalah para eksportir dan pedagang Yang menjual Barang Kena Pajak kepada
pengenaan pajaknya adalah pada jumlah harga jual. Pengusaha Kena Pajak.

Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN hanyalah jasa bangunan/
Penyerahan jasa pembuatan, pemugaran, perbaikan bangunan / kontraktor/subkontraktor termasuk didalamnya pengertian penyerahan jasa
kontruksi dan barang tidak begerak lainnya yang dilakukan oleh untuk kepentingan sendiri.
pemborong atau kontraktor atau subkontraktor kepada pihak manapun

Penyerahan barang mewah pada waktu impor maupun


Impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh siapapun pada tingkat pabrikan, selain dikenakan PPN juga akan
dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-BM).
yang dasar pengenaan pajaknya adalah nilai impor.
Objek PPN dan PPN-BM

Penyerahan lain-lain seperti “masih direncanakan” akan


adanya PPN atas tanah yang termasuk dalam kategori tanah
terlantar (lahan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan
usaha atau ekonomi).

Yang dimaksud dengan Pedagang besar adalah pengusaha dengan nama dan Bentuk apapun dalam usaha
Penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan didaerah perdagangan yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena
pabean Republik Indonesia dalam lingkungan perusahaan Pajak kepada pihak manapun kecuali semata-mata melakukan penyerahan sebagai pedagang eceran seperti
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1998.
atau pekerjaannya termasuk pedagang besar.

jasa pelayanan dan peraturan kesehatan, jasa pelayanan social, jasa pelayanan pos dan
Penyerahan Jasa Kena Pajak dilingkungan giro, jasa perbankan, asuransi, lembaga keuangan bukan bank, jasa dibidang keagamaan,
perusahaan atau pekerjaannya oleh Pengusaha jasa dibidang pendidikan, jasa bidang kesenian yang tidak komersial, jasa penyiaran rdio
dan televise, jasa angkutan udar luar negri, jasa tenaga kerja dan penyediaan tenaga kerja,
Kena Pajak kecuali jasa perhotelan dan rumah penginapan, jasa telepon umum/ koin box seperti yang diatur
dalam PP No. 28 tahun 1988.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 27


Mekanisme Pemungutan PPN dan PPnBM
Mekanisme pemungutan PPN untuk masing-
masing Pemungut

PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti
Pajak dan SSP pada saat menyampaikan pemungutan dan penyetoran PPN dan
tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah atau atau PPnBM.
KPKN baik untuk sebagian maupun seluruh
pembayaran.

Bendaharawan Pemerintah
dan Kantor Perbendaharaan Apabila penyerahan BKP tersebut terutang
Rekanan menerbitkan faktur pajak dan Kas Negara. Mekanisme PPnBM maka PKP rekanan Pemerintah
pemungutan PPN untuk mencantumkan jumlah PPnBM yang terutang
denan kode transaksi “02”. Bendaharawan Pemerintah pada Faktur Pajak.
dan KPPN adalah sebagai
berikut:

– Faktur Pajak dibuat dalam rangkap


Apabila pembayaran diterima sebelum tiga :
penagihan atau sebelum penyerahan BKP • Lembar ke-1 (Untuk Bendahara),
dan/atau JKP, Faktur Pajak wajib diterbitkan • Lembar ke-2 (Untuk arsip PKP
Rekanan Pemerintah),
pada saat pembayaran diterima.
• Lembar ke-3 (Untuk KPP melalui
Bendahara Pemerintah)
Mekanisme pemungutan PPN untuk masing-
masing Pemungut

Rekanan mengisi SSP dengan membubuhkan


NPWP dan identitas PKP Rekanan Pemerintah
yang bersangkutan, tetapi penandatanganan
Apabila pemungutan oleh KPKN, SSP dibuat
SSP dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah
atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP dalam rangkap 4 (empat)
Rekanan Pemerintah.

– Pada lembar Faktur Pajak oleh Bendaharawan Pemerintah


Bendaharawan Pemerintah yang dan Kantor Perbendaharaan – KPPN membubuhkan cap “TELAH
melakukan pemungut wajib dan Kas Negara. Mekanisme DIBUKUKAN” pada SSP lembar
dibubuhi cap “Disetor tanggal pemungutan PPN untuk ke-1 dan lembar ke-2.
……………” dan ditandatangani Bendaharawan Pemerintah
oleh Bendaharawan Pemerintah. dan KPPN adalah sebagai
berikut:

– KPPN yang melakukan pemungutan


Apabila pemungutan oleh Bendaharawan mencantumkan nomor dan tanggal
Pemerintah, SSP dibuat dalam rangka 5 advis SPM pada setiap lembar
Faktur Pajak dan SSP.
(lima). Setelah PPN dan atau PPn BM disetor
– Untuk Jenis Pajak PPN Dalam
di Bank Persepsi atau Kantor Pos, Negeri, pengisian SSP
menggunakan Kode Akun Pajak
411211 dengan Kode Jenis Setoran
900.
Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual
tersebut merupakan pembayaran pajak di muka dan disebut dengan Pajak Masukan.
1
Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.

Pada saat menual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN.
Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran sebagai bukti telah memungut
2
Adapun mekanisme pengenaan PPN PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.

dapat digambarkan sebagai berikut:


Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu
3
bulan takwim) jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada Jumlah Pajak Masukan.
Selisihnya harus disetorkan ke kas negara.

Apabila dalam suatu masa pajak jumlah Pajak Keluaran lrbih kecil dari pada jumlah
4
Pajak Masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau dikompensasikan
ke kas negara.

31
Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat
1 Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan NIlai (SPT Masa PPN)

2
Adapun mekanisme pengenaan PPN
dapat digambarkan sebagai berikut:
3

32
Contoh:

Sepanjang bulan Mei 2012, PT Jedun mempunyai transaksi sebagagai berikut:

Membeli bahan baku seharga Rp 100.000.000,- dipungut ppn sebesar Rp 10.000.000,-)

Membeli bahan penolong seharga Rp 40.000.000,- (dipungut PPN sebesar RP


4.000.000,-)

Menjual produknya seharga Rp 200.000.000,- (memmungut PPN sebesar Rp


20.000.000,-)

Contoh Perhitungan PPN:

Jumlah pajak keluaran Rp


20.000.000,-

Jumlah pajak masukan Rp 14.000.000,-

PPN kurang bayar Rp


6.000.000,-

Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp 6.000.000,- ini harus dsetorkan ke kas negara

33
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Di dalam Pasal 1 UU PPN, Pengusaha Kena Pajak adalah
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil
yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Sedangkan Pengusaha dapat didefinisikan sebagai
orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
PENGERTIAN PKP perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor BKP, JKP,
dan/atau ekspor BKP Tidak Berwujud diwajibkan melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Faktur Pajak
Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) Faktur Pajak sendiri harus dibuat oleh PKP untuk setiap penyerahan BKP
atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Atau dengan kata lain, ketika PKP dan/ atau JKP, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP. Jika tejadi
menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan pembetulan
Pajak sebagai tanda bukti bahwa ia telah memungut pajak dari orang yang faktur pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali, maka
telah membeli barang atau jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa hal ini akan merugikan PKP yakni pada saat Audit datang ke PKP dan
barang atau jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak melakukan pemeriksaan pajak.
selain daripada harga pokoknya itu sendiri.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 37


Peran penting Faktur Pajak sangat lah berguna bagi
PKP. Dengan adanya faktur pajak maka PKP memiliki
bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran,
pemungutan hingga pelaporan SPT Masa PPN sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Faktur pajak dibuat
pada:

FUNGSI FAKTUR – Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau


penyerahan Jasa Kena Pajak
– Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
PAJAK pembayaran terjadi sebelum penerahan Barang Kena
Pajak dan/atau sebeum penyerahan Jasa Kena Pajak
– Saat penerimaan pemabayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan
– Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan

38
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak PPN&
PPnBM
Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen)
Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh
persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima
persen)
Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor BKP adalah 0%
Tarif dan (nol persen).

Dasar Tarif PPN sebesar 0% ditetapkan atas:


– Ekspor BKP Berwujud
– Ekspor BKP Toidak Berwujud
Pengenaan – Ekspor JKP
Pengenaan tarif 0% tidak berarti pembebasan dari
Pajak pengenaan pajak pertambahan nilai. Dengan
demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar untuk
PPN& perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan
tersebut dapat dikreditkan.
PPnBM Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau
peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan,
pemerintah diberi wewenang mengubah tarif Pajak
Pertambahan Nilai menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi
15% dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan
1 Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena
2 penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
3 berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-undang PPN.

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
4

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
5
PPnBM

PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun
demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-
undang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :

Impor Barang Kena Pajak Yang


Penyerahan Barang Kena Pajak
Tergolong Mewah.
Yang Tergolong Mewah yang dilakukan Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan
oleh Pengusaha yang menghasilkan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh
pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan
Barang Kena Pajak Yang Tergolong
pada saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak
Mewah di dalam Daerah Pabean dalam
dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah
kegiatan usaha atau pekerjaannya; itu.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 42


Dasar Pertimbangan Pengenaan Pengertian BKP Mewah
PPnBM
1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen 1. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang
yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang kebutuhan pokok; atau
berpenghasilan tinggi;
2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang atau
Kena Pajak Yang Tergolong Mewah;
3. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
tradisional;
4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status;
4. perlu untuk mengamankan penerimaan negara; atau
5. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral
masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat,
seperti minuman beralkohol.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 43


PPN Keluaran dan PPN Masukan
PENGERTIAN

Pajak Masukan Pajak Keluaran


Pajak masukan adalah PPN yang telah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang yang
dipungut oleh PKP pada saat pembelian barang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak
atau jasa kena pajak dalam masa pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang
tertentu. Pajak masukan dijadikan kredit pajak Kena Pajak (BKP), penyerahan Jasa Kena
oleh PKP untuk memperhitungkan sisa pajak Pajak (JKP), ekspor Barang Kena Pajak
yang terutang.
Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Contoh : Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
PT. Acabi membeli komputer sebanyak 200 unit PT. Acio menjual komputer sebanyak 200 unit
@ 4.400.000 ( Sudah termasuk PPN 10% )Dari
@ 4.400.000 ( sudah termasuk PPN 10 %)
PT. Karya.
kepada PT. Sentosa.
Dimana disini PPN Masukannya adalah
8.000.000 Dimana disini PPN Keluarannya adalah :
8.000.000
KARAKTERISTIK

PPN MASUKAN PPN KELUARAN


Tata cara umum PPN adalah PKP mengkreditkan Yang pertama dikenakan adalah tarif pada setiap barang
pajak masukan dalam suatu masa dengan pajak tersebut. Kemudian wajib pajak pengonsumsi barang
keluaran dalam masa pajak yang sama. Apabila tersebut yang dikenai beban pajaknya sehingga wajib pajak
masa pajak tersebut lebih besar pajak keluaran tersebut disebut sebagai subjek pajak.
maka kelebihan pajak keluaran harus disetorkan ke PKP melakukan transaksi jual beli barang artinya, PKP
kas negara. Sebaliknya, apabila dalam masa pajak mengambil atau memungut rupiah yang dihasilkan dari
tersebut pajak masukan lebih besar dari pajak
penjualan barang kena pajak (BKP) miliknya yang dibeli
keluaran, kelebihan pajak masukan dapat
konsumen kemudian nantinya dapat berfungsi menjadi kredit
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Dalam
pajak.
tata cara umum tersebut, jumlah yang harus
dibayarkan oleh PKP berubah-ubah sesuai dengan Adapun batas waktu untuk melakukan pengkreditan pajak
pajak masukan yang dibayar dan pajak keluaran keluaran tersebut adalah tiga bulan setelah masa pajak
yang dipungut dalam suatu masa pajak. berakhir sehingga PKP memiliki waktu yang cukup leluasa
untuk melakukan pengkreditan pajaknya.

The Power of PowerPoint | thepopp.com 46


Wapu PPN
Pemungut PPN (Wapu PPN) yang dimaksud di sini adalah Bendaharawan
Wapu PPN adalah istilah yang
Pemerintah (Pusat maupun Daerah) dan Kantor Pelayanan Perbendaraan
digunakan oleh praktisi pajak untuk Kontraktor Pertambangan Migas dan Panas Bumi (lihat PMK
menyebut badan atau instansi tertentu 73/PMK.03/2010). Badan/instansi ini ditunjuk menjadi Wapu PPN/PPn-BM
dan wajib memungut, menyetor dan melaporkan Pajak Masukan atas
yang ditunjuk sebagai Pemungut
pembelian/perolehan BKP maupun JKP dari para rekanan atau supplier
PPN/PPn-BM. mereka.

pengertian

Kontraktor Kontrak Kerjasama


Pengusaha Minyak dan Gas Bumi dan
Bendaharawan Pemerintah dan
kontraktor/ pemegang kuasa/ pemegang
Kantor Perbendaharaan dan Kas
izin pengusahaan sumber daya panas
Negara (KPKN) sebagai Pemungut
bumi sebagai Pemungut PPN dan PPn
PPN dan PPn BM BM
(Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor PMK-
(Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
73/PMK.03/2010 Tentang
KMK-563/KMK.03/2003 Tentang
penunjukkan Kontraktor Kontrak Kerjasama
Penunjukkan Bendaharawan Pemerintah dan
Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi dan
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
kontraktor/ pemegang kuasa/ pemegang izin
(KPKN) untuk memungut, menyetorkan dan pengusahaan sumber daya panas bumi untuk
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan memungut, menyetorkan dan melaporkan Pajak
Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan
The Power of PowerPoint | thepopp.com 48
Barang Mewah serta Tata Cara Pemungutan,
Pelaporannya ) Penyetoran dan Pelaporannya)
Badan Usaha Milik Negara
sebagai Pemungut PPN dan
PPn BM
(Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
PMK-136/PMK.03/2012 Tentang
Penunjukkan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) untuk memungut, menyetorkan
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran
dan Pelaporannya)
The Power of PowerPoint | thepopp.com 49
The Power of PowerPoint | thepopp.com 50
Tata Cara Perhitungan , Penyetoran Dan
Pelaporan PPN & PPnBM
PPN dan PPnBM yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif
Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
Tarif PPN & PPnBM
1. Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen).
2. Tarif PPN sebesar 0% (sepuluh persen) diterapkan atas:
Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) Berwujud;

Cara Menghitung Ekspor BKP Tidak Berwujud; dan


Ekspor Jasa Kena Pajak.
Pajak Pertambahan 3. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling
tinggi 200% (dua ratus persen)

Nilai (PPN) dan Pajak 4. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol
persen)

Penjualan atas Barang Contoh Cara Menghitung PPN & PPnBM


PPN = Tarif PPN x DPP

Mewah (PPnBM) PPnBM = Tarif PPnBM x DPP


PPN yang terutang merupakan Pajak Keluaran (PK) yang dipungut oleh
PKP penjual dan merupakan Pajak Masukan bagi PKP pembeli.
1. PKP "A" menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual
Rp25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak "A"

Cara Menghitung 2. PKP "B" melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp 20.000.000,00

Pajak Pertambahan PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP "B"
= 10% x Rp20.000.000,00

Nilai (PPN) dan Pajak = Rp2.00.000,00


PPN sebesar Rp 2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
Penjualan atas Barang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak "B"
3. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean

Mewah (PPnBM) dengan Nilai Impor sebesar Rp 15.000.000,00. PPN yang dipungut
melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
4. Pengusaha Kena Pajak "D" mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor
sebesar Rp 5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain dikenakan PPN juga
dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%.

Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
adalah :

a. Dasar Pengenaan Pajak Rp5.000.000,00

b. PPN

= 10% x Rp5.000.000,00

= Rp 500.000,00

c. PPnBM

= 20% x Rp5.000.000,00

Cara Menghitung = Rp 1.000.000,00

Kemudian PKP "D" menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas
penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%.

Pajak Pertambahan Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM
sebesar Rp 1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP "D" atau
dibebankan sebagai biaya.

Nilai (PPN) dan Pajak Misalnya PKP "D" menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang
adalah :

d. Dasar Pengenaan Pajak = Rp50.000.000,00

Penjualan atas Barang e. PPN

= 10% x Rp50.000.000,00

Mewah (PPnBM) = Rp5.000.000,00

f. PPnBM

= 35% x Rp50.000.000,00

= Rp17.500.000,00

PPN sebesar Rp 500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP "D" dan PPN
sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar
Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat
dikreditkan oleh PKP "X"
Tata cara penyetoran dan pelaporan PPN yang
wajib diketahui oleh seluruh wajib pajak dan juga
seluruh masyarakat yang akan dikenakan atau

Tata Cara Penyetoran akan menjadi wajib pajak sehubungan dengan


kewajiban sebagai pengusaha, perseorangan
Dan Pelaporan atau badan usaha lainnya.
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak wajib menghitung dan
melaporkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai
Pelaporan (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPn BM) yang terutang.
PPN/PPnBM
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam
SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling
lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang
telah dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutnya dilakukan oleh:
a. Bendaharawan Pemerintah harus dilaporkan paling lambat 14 (empat belas)
hari setelah Masa Pajak berakhir.

Saat Pelaporan b. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain Bendaharawan Pemerintah harus
dilaporkan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan secara

PPN/PPnBM mingguan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran


pajak berakhir.
4. Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM
dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan
kepada KPP setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir.
Sesi Diskusi

58

Anda mungkin juga menyukai