Presentasi Pajak II Sap 11 Trianny Ana
Presentasi Pajak II Sap 11 Trianny Ana
SAP 11
OLEH :
2
POKOK bahasan
3
POKOK bahasan
4
POKOK bahasan
5
KONSEP DASAR PPN DAN PPn bm
SAP 11
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak
yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.PPN termasuk jenis
pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang)
yang bukan penanggung pajak atau dengan
kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)
tidak menyetorkan langsung pajak yang ia
tanggung.
7
Karakteristik PPN
3
Bersifat netral. yaitu PPN tidak hanya dikenakan pada
barang tetapi juga jasa.
Menghindari pengenaan pajak berganda (double tax).
karena PPN hanya dikenakan pada pertambahan
4
nilainya saja.
5
Dipungut menggunakan faktur.
8
Karakteristik PPn
9
Minyak mentah, Gas bumi, Panas
10
PPn BM
PPnBM merupakan jenis pajak yang Atas impor dan Penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh PKP yang
menghasilkan BKP yang tergolong Mewah tersebut disamping dikenakan PPN juga
1
merupakan satu paket dalam dikenakan PPnBM.
Undang-undang Pajak Pertambahan PPnBM hanya dipungut satu kali, yaitu pada waktu Impor atau pada waktu
Nilai. Mekanisme PPnBM diatur 2 menyerahkan BKP yang tergolong Mewah tersebut oleh pabrikan.
Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPnBM
5 yangtelah dibayar pada waktu perolehan BKP yang tergolong mewah yang
diekspor tersebut.
11
Karakteristik PPnBM sebagai berikut:
saat impor atau pada saat penyerahan BKP 2. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan
pajak dengan tarif 0% (nol persen).
Mewah oleh PKP Pabrikan.
3. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas
3. PPnBM tidak dapat dikreditkan sehingga Barang Mewah.
diperlakukan sebagai biaya
Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas
Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan Keputusan
4. Dalam hal BKP Mewah diekspor, maka Menteri Keuangan.”
PPnBM yang dibayar pada saat perolehannya
dapat diminta kembali (restitusi).
14
Undang-undang Nomor 8
Peraturan Pemerintah Nomor
Tahun 1983 tentang Pajak
143 Tahun 2000 jo. Peraturan
Pertambahan Nilai Barang
Pemerintah Nomor 24 Tahun
dan Jasa dan Pajak
2002 tentang Pelaksanaan
Penjualan atas Barang
Undang-undang Nomor 8
Mewah sebagaimana telah
Tahun 1983 tentang Pajak
beberapa kali diubah terakhir
Pertambahan Nilai Barang
dengan Undang-undang
dan Jasa dan Pajak
Nomor 18 Tahun 2000 yang
Penjualan atas Barang
tetap dinamakan Undang-
Mewah sebagaimana telah
undang Pajak Pertambahan
beberapa kali diubah terakhir
Nilai 1984.
dengan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2000.
15
Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 2001 tentang Impor
dan atau Penyerahan Barang
Kena Pajak Tertentu yang
Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2007.
16
Syarat Penyerahan Barang Atau Jasa
Terutang PPN
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP atau JKP meliputi baik
pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3A ayat (1) maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP , tetapi
belum dikukuhkan. Dengan demikian jika ada pengusaha yang seharusnya dikukuhkan
sebagai PKP namun tidak melaporkan usahanya maka dapat dikukuhkan secara
jabatan
Penyerahan yang dikenai PPN harus memenuhi syarat BKP adalah barang berwujud , yang menurut sifat atau
syarat sebagai berikut ( Penjelasan Pasal 4 ayat (1) hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak
huruf a dan c ) bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenai pajak
berdasarkan Undang undang
1. Yang diserahkan merupakan BKP atau JKP
JKP adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan
2. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean ,dan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan
3. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai , termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan
atau pekerjaannya
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahann
Syarat tersebut sifatnya kumulatif sehingga bila ada satu atau dan atas petunjuk dari pemesanan yang dikenai pajak
lebih syarat tersebut tidak terpenuhi maka atas penyerahan berdasarkan Undang undang
tersebut tidak dikenai PPN.
19
Termasuk dalam pengertian penyerahan barang Kena
Pajak sesuai dengan Undang-undang PPN adalah :
Pengalihan Barang Kena Pajak karena satu Penyerahan Barang Kena Pajak kepada
perjanjian sewa beli dan atau perjanjian sewa guna pedagang perantara atau melalui juru
1 Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak 2 usaha (leasing).
3
karena suatu perjanjian. lelang.
Karena penguassan atas Barang Kena Pajak telah
Perjanjian yang dimaksudkan meliputi jual berpindah dari penjual kepada pembeli atau Pedagang perantara adalah orang pribadi
beli, tukar-menukar, jual beli dengan dari lessorkepada lessee, maka penyerahan Barang Kena atau badan yang dalam lingkungan
angsuran, atau perjanjian lain yang Pajak dianggap telah terjadi pada saat perjanjian perusahaan atau pekerjaannya dengan
mengakibatkan penyerahan hak atas ditandatangani, kecuali apabila saatnya berpindahnya nama sendiri .Sedangkan yang dimaksud
barang. pengusaan secara nyata atas Barang Kena Pajak dengan juru lelang adalah juru lelang
tersebut terjadi lebIh dahulu daripada saat pemerintah atau yang ditunjuk oleh
ditandatanganinya perjanjian. Pemerintah.
Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke
Pemakaian sendiri dan atau pemberian Barang Kena Pajak berupa persediaan yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, cabang atau sebaliknya dan atau penyerahan
cuma-cuma atas Barang Kena Pajak.
4 5 yang masih tersisa pada saat pembubaran 6 Barang Kena Pajak antarcabang.
perusahaan.
Pemakaian sendiri diartikan sebagai Persediaan Barang Kena Pajak dan asset Apabila suatu perusahaan mempunyai
pemakaian untuk kepentingan yang menurut tujuan semula tidak untuk lebih dari satu tempat pajak terutang, yaitu
pengusaha sendiri, pengurus, atau diperjualbelikan, yang masih tersisa pada tempat melakukan penyerahan Barang
saat pembubaran perusahaan disamakan Kena Pajak kepada pihak lain, baik
karyawannya. Sedangkan pemberian
dengan pemakaian sendiri sehingga sebagai pusat maupun sebagai cabang
cuma-cuma diartikan sebagai pemberian
dianggap sebagai penyerahan Barang Kena perusahaan, maka undang-undang ini
yang diberikan tanpa pembayaran,
Pajak. Khusus untuk asset yang menurut menganggap bahwa pemindahan Barang
antara lain pemberian contoh barang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
Kena Pajak antartempat tersebut
untuk promosi kepada relasi atau hanya dikenakan PPN apabila memenuhi
merupakan penyerahan Barang Kena
pembeli. persyaratan, yaitu bahwa PPN yang dibayar
pada saat perolehanya dapat dikreditkan.
Pajak 20
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh
Penyerahan Barang Kena Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
1 Pajak secara konsinyasi. 2 perjanjian pembiayaan 3
Dalam hal penyerahan secara konsinyasi, Penyerahan Barang Kena Pajak oleh
PPN yang sudah dibayar pada waktu Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
Barang Kena Pajak bersangkutan perjanjian pembiayaan yang dilakukan
diserahkan untuk dititipkan dapat berdasarkan prinsip syariah yang
dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada penyerahannya dianggap langsung dari
Masa Pajak terjadinya penyerahan Barang Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
Kena Pajak yang dititipkan tersebut. membutuhkan Barang Kena Pajak.
4 5 6
21
Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum
Tidak termasuk dalam Dagang.
22
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
Tidak termasuk dalam pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan.
penyerahan Barang kena Pajak
adalah :
23
Subjek dan Objek PPN & PPnBM
Subjek pajak PPN dan PPn-BM adalah pengusaha Kena Pajak yang
disingkat PKP. Walaupun demikian, karena PPn dan PPN-BM
merupakan pajak yang tidak langsung maka prinsipnya beban pajak bisa
digeser kepada pihak lain (Text Shifting). Untuk subjek PPN dan PPn-BM
ada dua kategori yaitu :
PPN dan hubungan yang istimewa dengan pabrikan dan/importer. Agen utama
dan Penyalur utama dari Pabrikan dan atau importir, pemegang hak
paten dan merek dagang, Pemborong / Kontraktor / Sub Kontraktor
25
Objek PPN dan PPN-BM
Secara umum dapat dikatakan yang menjadi objek PPN dan PPn-BM adalah “Penyerahan Barang dan Jasa” yang perinciannya adalah
sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan, sedangakan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak
Penyerahan Barang kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak
adalah orang atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannnya menghasilkan barang,
dimanapun juga dimana dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah harga jual. mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan atau melakukan usaha jasa.
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha yang memilih menjadi Yang dimaksud dengan pengusaha yang memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pengusaha Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dasar (PMPKP) adalah para eksportir dan pedagang Yang menjual Barang Kena Pajak kepada
pengenaan pajaknya adalah pada jumlah harga jual. Pengusaha Kena Pajak.
Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN hanyalah jasa bangunan/
Penyerahan jasa pembuatan, pemugaran, perbaikan bangunan / kontraktor/subkontraktor termasuk didalamnya pengertian penyerahan jasa
kontruksi dan barang tidak begerak lainnya yang dilakukan oleh untuk kepentingan sendiri.
pemborong atau kontraktor atau subkontraktor kepada pihak manapun
Yang dimaksud dengan Pedagang besar adalah pengusaha dengan nama dan Bentuk apapun dalam usaha
Penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan didaerah perdagangan yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena
pabean Republik Indonesia dalam lingkungan perusahaan Pajak kepada pihak manapun kecuali semata-mata melakukan penyerahan sebagai pedagang eceran seperti
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1998.
atau pekerjaannya termasuk pedagang besar.
jasa pelayanan dan peraturan kesehatan, jasa pelayanan social, jasa pelayanan pos dan
Penyerahan Jasa Kena Pajak dilingkungan giro, jasa perbankan, asuransi, lembaga keuangan bukan bank, jasa dibidang keagamaan,
perusahaan atau pekerjaannya oleh Pengusaha jasa dibidang pendidikan, jasa bidang kesenian yang tidak komersial, jasa penyiaran rdio
dan televise, jasa angkutan udar luar negri, jasa tenaga kerja dan penyediaan tenaga kerja,
Kena Pajak kecuali jasa perhotelan dan rumah penginapan, jasa telepon umum/ koin box seperti yang diatur
dalam PP No. 28 tahun 1988.
PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti
Pajak dan SSP pada saat menyampaikan pemungutan dan penyetoran PPN dan
tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah atau atau PPnBM.
KPKN baik untuk sebagian maupun seluruh
pembayaran.
Bendaharawan Pemerintah
dan Kantor Perbendaharaan Apabila penyerahan BKP tersebut terutang
Rekanan menerbitkan faktur pajak dan Kas Negara. Mekanisme PPnBM maka PKP rekanan Pemerintah
pemungutan PPN untuk mencantumkan jumlah PPnBM yang terutang
denan kode transaksi “02”. Bendaharawan Pemerintah pada Faktur Pajak.
dan KPPN adalah sebagai
berikut:
Pada saat menual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN.
Bagi penjual, PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran sebagai bukti telah memungut
2
Adapun mekanisme pengenaan PPN PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak.
Apabila dalam suatu masa pajak jumlah Pajak Keluaran lrbih kecil dari pada jumlah
4
Pajak Masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau dikompensasikan
ke kas negara.
31
Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat
1 Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan NIlai (SPT Masa PPN)
2
Adapun mekanisme pengenaan PPN
dapat digambarkan sebagai berikut:
3
32
Contoh:
Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp 6.000.000,- ini harus dsetorkan ke kas negara
33
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Di dalam Pasal 1 UU PPN, Pengusaha Kena Pajak adalah
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai, tidak
termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil
yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Sedangkan Pengusaha dapat didefinisikan sebagai
orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
PENGERTIAN PKP perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean.
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor BKP, JKP,
dan/atau ekspor BKP Tidak Berwujud diwajibkan melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Faktur Pajak
Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) Faktur Pajak sendiri harus dibuat oleh PKP untuk setiap penyerahan BKP
atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Atau dengan kata lain, ketika PKP dan/ atau JKP, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP. Jika tejadi
menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur kesalahan dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan pembetulan
Pajak sebagai tanda bukti bahwa ia telah memungut pajak dari orang yang faktur pajak tersebut. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali, maka
telah membeli barang atau jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa hal ini akan merugikan PKP yakni pada saat Audit datang ke PKP dan
barang atau jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak melakukan pemeriksaan pajak.
selain daripada harga pokoknya itu sendiri.
38
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak PPN&
PPnBM
Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen)
Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh
persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima
persen)
Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor BKP adalah 0%
Tarif dan (nol persen).
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan
1 Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena
2 penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
3 berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-undang PPN.
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
4
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
5
PPnBM
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun
demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-
undang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :
pengertian
Nilai (PPN) dan Pajak 4. Tarif PPnBM atas ekspor BKP yang tergolong mewah adalah 0% (nol
persen)
Cara Menghitung 2. PKP "B" melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian sebesar Rp 20.000.000,00
Pajak Pertambahan PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP "B"
= 10% x Rp20.000.000,00
Mewah (PPnBM) dengan Nilai Impor sebesar Rp 15.000.000,00. PPN yang dipungut
melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
4. Pengusaha Kena Pajak "D" mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor
sebesar Rp 5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain dikenakan PPN juga
dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
adalah :
b. PPN
= 10% x Rp5.000.000,00
= Rp 500.000,00
c. PPnBM
= 20% x Rp5.000.000,00
Kemudian PKP "D" menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas
penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%.
Pajak Pertambahan Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM
sebesar Rp 1.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP "D" atau
dibebankan sebagai biaya.
Nilai (PPN) dan Pajak Misalnya PKP "D" menjual BKP yang dihasilkannya, maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang
adalah :
= 10% x Rp50.000.000,00
f. PPnBM
= 35% x Rp50.000.000,00
= Rp17.500.000,00
PPN sebesar Rp 500.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP "D" dan PPN
sebesar Rp5.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar
Rp1.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp17.500.000,00 tidak dapat
dikreditkan oleh PKP "X"
Tata cara penyetoran dan pelaporan PPN yang
wajib diketahui oleh seluruh wajib pajak dan juga
seluruh masyarakat yang akan dikenakan atau
Saat Pelaporan b. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain Bendaharawan Pemerintah harus
dilaporkan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
c. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan secara
58