Kusta Annis
Kusta Annis
Preseptor:
Kartika Ruchiatan, dr., SpKK, MKes
KETERANGAN UMUM
Nama : Tn. M
Usia : 41 tahun
Alamat : Sarijadi, Bandung
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Marital : Menikah
Suku : Sunda
Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2014
ANAMNESIS
• KELUHAN UTAMA
Benjolan-benjolan pada lengan, tungkai, wajah, punggung,
dan perut yang tidak terasa gatal maupun nyeri
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien mengeluhkan benjolan-benjolan yang hilang timbul pada lengan,
tungkai, wajah, punggung dan perut yang tidak gatal maupun nyeri sejak 2
minggu SMRS. Benjolan disertai dengan kulit yang kering hampir di seluruh
bagian tubuh dan bengkak serta baal pada kedua kaki.
Pada tahun 2011, keluhan pertama kali muncul yaitu timbul bruntus-bruntus
kemerahan pada bagian dada, kemudian lama kelamaan menyebar ke
punggung dan juga wajah. Pasien mengaku bahwa keluhan tersebut tidak
diobati, hanya meminta air doa dari pengobatan alternatif. Sebulan
kemudian, timbul bengkak-bengkak pada pipi, tangan, dan kaki disertai
dengan rasa kesemutan pada kaki yang hilang timbul sampai saat ini. Karena
keluhannya tersebut, pasien berobat ke RSHS dan didiagnosis mengalami
Kusta lalu mendapatkan pengobatan 1 bulan sekali. Namun, pasien tidak
meneruskan pengobatannya karena pindah rumah ke Banten.
ANAMNESIS KHUSUS
Pada tahun 2013, keluhan benjolan-benjolan timbul kembali
dan dirasakan semakin parah, namun pasien hanya berobat ke
terapi lintah selama 7 bulan. Setiap 2 hari pasien datang ke
terapi lintah dan ditempelkan sekitar 15 lintah pada tubuh
pasien. Selain itu juga pasien diberikan jamu yang diminum
setiap hari. Namun keluhannya tidak membaik dan terus
muncul.
Pada tahun 2014, keluhan benjolan-benjolan tersebut semakin
parah disertai dengan benjolan yang berisi nanah dan juga
kulit-kulit yang mengelupas serta adanya bercak putih dan juga
kecoklatan. Keluhan pada kulit tersebut tidak disertai rasa
gatal maupun nyeri. Akhirnya pasien kembali berobat ke RSHS,
dan mendapatkan pengobatan kusta. Pasien telah rutin
berobat ke RSHS selama + 9 bulan. Pasien merasakan
keluhannya seiring waktu berangsur angsur membaik.
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien mengaku timbul keluhan kerontokan alis, bulu mata, dan
rambut sejak 3 tahun yang lalu. Selain itu, keluhan adanya
penebalan cuping telinga diakui oleh pasien. Pasien sering
mengalami gejala influenza yang hilang timbul semenjak terkena
penyakit ini. Pasien mengaku sering putus asa dengan penyakit
yang diderita olehnya.
• KEPALA
Rambut : rontok
Wajah : fasies leonin (-), simetris
Mata : alis, bulu mata: maderosis +/+
Palpebra: lagoftalmos -/-
konjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-
Hidung : sekret -/- saddle nose (-)
Mulut : tidak ada kelainan
Telinga : infiltrat -/-
Kulit : lihat status dermatologikus
PEMERIKSAAN
LEHER
FISIK
: JVP tidak meningkat
DADA : Bentuk dan pergerakan simetris
Paru-paru : VBS normal kanan = kiri, ronki -
/-
Jantung : Bunyi jantung murni, reguler
Ginekomastia +/+
Kulit : lihat status dermatologikus
Saraf Sensoris
Gloves and stocking anesthesia (+)
Saraf motoris
Kekuatan otot dan tangan
Saraf Otonom
Tidak dilakukan. Kulit tampak kering.
PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan mikroskopis bakteri tahan asam (BTA) dari
apus sayat kulit (ASK) yang diambil dari kedua cuping
telinga dan lesi di kaki kanan dengan pewarnaan Ziehl-
Neelsen. (hasil belum keluar)
DIAGNOSIS BANDING
Morbus hansen
Tinea corporis
Psoriasis
Polineuropati
DIAGNOSIS KERJA
Morbus hansen multibasiler tipe LL dengan reaksi tipe 2
PENATALAKSANAAN
Umum:
• Menjelaskan bahwa penyakit ini adalah penyakit kronis
• Edukasi tentang pencegahan kecacatan
• Penjelasan cara pemakaian obat (butuh pengobatan yang
memakan waktu lama) dan butuh kepatuhan
• Langsung menghubungi dokter bila ada lesi atau masalah baru
• Menjelaskan penyebab reaksi dan kemungkinan timbulnya
reaksi
• Menilai kesehatan dan penyakit yang menjadi kontraindikasi
pengobtan
• Meminta pasien untuk melakukan follow up rutin
PENATALAKSANAAN
Khusus
Tipe MB:
12 dosis selama 12-18 bulan
Per dosis dewasa : Rifampisin 600 mg/bulan, Clofazimine 300mg/bulan,
clofazimine 50mg/hari Dapsone 100mg/hari
Reaksi kusta
Ringan : berobat jalan, analgetik/antipiretik, MDT tetap dilanjutkan,
menghindari/menghilangkan pencetus
Berat : imobilisasi, pemberian analgetik/antipiretik,MDT tetap
dilanjutkan, menghindari faktor pencetus, rawat inap jika ada indikasi,
pemberian prednisone dimulai dengan 40 mg/hari (sediaan 5 mg) dan
setiap 2 minggu dosis diturunkan 1/3 dari dosis awal.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Definisi
Penyakit kronis yang disebabkan infeksi M. leprae yang
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran nafas atas, sistem
retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis (kecuali
sistem saraf pusat)
Etiologi
Mycobacterium leprae
Bersifat tahan asam
Berbentuk batang dengan ukuran 1-8μ,
lebar 0,2-0,5 μ
Berkelompok dan ada yang tersebar satu-
satu, hidup dalam sel terutama jaringan
yang bersuhu dingin dan tidak dapat
dikultur dalam media buatan. Dapat
menyebabkan infeksi sistemik pada binatang
armadillo.
Masa belah diri memerlukan waktu yang
sangat lama dibandingkan dengan kuman
lain,yaitu 2-21 hari. Oleh karena itu masa
tunas menjadi lama, yaitu rata-rata 2 - 5
tahun
Patogenesis
Pasien MB menularkan lewat saluran pernapasan dan kulit
Masuk ke tubuh lewat kulit yang lecet dan mukosa nasal
M. Lepra merupakan organisme obligat intraselular (pada sel
makrofag atau sel schwann). Bila M. Leprae masuk ke dalam tubuh,
tubuh bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit
darah, sel mononuklear, histiosit) untuk memfagositnya
Pada tipe LL terdapat kelumpuhan sistem imun selular makrofag
tidak mampu menghancurkan kuman multiplikasi dengan
bebas dan merusak jaringan. Kerusakan sel schwan dan saraf terjadi
perlahan dan pregresif.
Tipe TT, imunitas selularnya tinggi sehingga dapat menghancurkan
kuman, makrofag berubah menjadi sel epiteloid, sayangnya
epiteloid tidak bergerak dan kadang bersatu membentuk sel datia
langhans. Bila infeksi tidak segera diatasi akan terjadi reaksi
berlebihan sehingga akan merusak jaringan sekitar
Klasifikasi
Klasifikasi madrid :
1. Indeterminate
2. Tuberkuloid
3. Borderline-dimorphous
4. Lepromatosa
Klasifikasi ridney-joupling :
1. Tuberkuloid (TT)
2. Borderline tuberkuloid (BT)
3. Mid-borderline (BB)
4. Borderline lepromatous (BL)
5. Lepromatosa (LL)
Klasifikasi WHO :
1. Pausibasiler (PB)
2. Multibasiler (MB)
PB MB
Lesi kusta (makula yang datar, papule 1-5 lesi >5 lesi
yang meninggi, infiltrat, plak eritem,
nodus)
Kerusakan saraf (hilang sensasi dan 1 cabang saraf >1 cabang saraf
kelemahan otot)
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif
PB MB
1. Lesi Kusta
Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
Distribusi Unilateral atau bilateral Bilateral simetris
asimetris
Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
Batas Tegas Kurang tegas
Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi
pada yang sudah lanjut
Kehilangan kemampuan berkeringat, Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi
rambut rontok pada bercak pada yang sudah lanjut
2. Infiltrat
Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada
Membran mukosa (kadang tersumbat, Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada
perdarahan di hidung)
3. Ciri-ciri Central healing • Punched out lesion (lesi seperti bentuk
donat)
• Madarosis
• Ginekomasti
• Hidung pelana
• Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi lambat
TT BT BB BL LL
LESI
Tipe Makula / Makula dibatasi Plak, lesi Makula, plak, Makula, infiltrat
makula dibatasi infiltrat saja berbentuk kubah, papule difus, papul, nodus
infiltrat beberapa punched-out
Jumlah Satu atau Satu dengan lesi Beberapa, kulit Banyak tapi Banyak, distribusi
beberapa satelit sehat (+) kulit sehat luas, praktis tidak
masih ada ada kulit sehat
Permukaan Kering, skuama Kering, skuama Sedikit berkilap, Halus dan Halus dan berkilap
beberapa lesi berkilap
kering
Anamnesis
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kontak dengan pasien kusta
Faktor pencetus
Komplikasi yang terjadi
Riwayat pengobatan
Diagnosis banding
Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis :
Rambut rontok
Wajah : fasies leonina, madarosis, lagoftalmus, konjungtiva anemis, sklera ikterik, kornea
keratitis, iridosiklitis, saddle nose
Dada : ginekomastia
Anggota gerak: edema, banana fingers/toes, pseudomutilasi, kontraktur, claw hands/toes,
drop wrist/foot
Diagnosis
2. Status Dermatologikus : makula/papula/plak/nodul/infiltrat/sikatrik/ulkus
3. Status Neurologis :
Perabaan saraf: N.aurikularis magnus, N. Ulnaris, N. Peroneus komunis
dan N. Tibialis posterior
Melihat apakah ada pembesaran/penebalan, apakah saraf kiri dan
kanan sama besar atau tidak, apakah ada nyeri atau tidak pada
perabaan
Tes sensoris pada telunjuk, jempol, kelingking, tenar, hipotenar, telapak
kaki dan pada lesi : rasa raba, rasa nyeri (tajam, tumpul) , rasa suhu
(panas, dingin).
Tes autonomik : tes Gunawan (pinsil tinta) dan tes pilocarpin
Tes motorik : N.facialis, N.ulnaris, N.medianus, N.radialis, N.peroneus
comunis, N.tibialis posterior
Pemeriksaan Penunjang
Bakterioskopis
Hapus sayatan kulit
Jumlah pengambilan sediaan apus jaringan kulit harus
minimum dilaksanakan di tiga tempat, yaitu : cuping
telinga kiri, cuping telinga kanan, bercak yang paling aktif
Untuk pasien dicurigai, pasien baru yang didiagnosis
secara klinis, pasien relaps dan kuman resisten, dan
pasien MB setahun sekali
Untuk pemeriksaan indeks bakteri dan morfologi bakteri
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
1. Sediaan dituangi karbol fuchsin 0,3%, dipanaskan di atas spirtus sampai
keluar uap (5 menit), jangan sampai mendidih.
2. Cuci air mengalir
3. Tetesi dengan asam alkohol 3% selama 10 detik
4. Cuci air mengalir
5. Tuangi sediaan: biru metilen 0,3% selama 1 - 2 menit
6. Cuci air mengalir
7. Keringkan di udara
8. Hasil: BTA merah, kuman tidak tahan asam: biru
Indeks Bakteri kepadatan bakteri
+1 bila 1-10 BTA dalam 100 LP
+2 bila 1-10 BTA dalam 10 LP
+3 bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1LP
+4 bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1LP
+5 bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1LP
+6 bila >1000 BTA rata-rata dalam 1LP
Kulit Timbul sedikit nodus yang Banyak nodus yang nyeri dan
beberapa diantaranya terjadi mengalamt ulserasi disertai
ulserasi. Disertai demam ringan demam tinggi dan malaise.
dan malaise.
Saraf Saraf membesar tetapi nyeri dan Saraf membesar, nyeri, dan
fungsinya tidak terganggu. fungsinya terganggu.
Kulit, saraf mata, Gejalanya seperti tersebut Gejalacya seperti tersebut diatas
dan testis bersama- diatas. disertai keadaan sakit yang keras
sama dan nyeri yang sangat.
Prinsip Penanganan Reaksi
1. Mengatasi neuritis untuk mencegah anestesi, paralisis
& kontraktur
2. Mencegah kerusakan pada mata/kebutaan
3. Mengatasi nyeri
4. Membunuh kuman penyebab dan menghentikan
progresifitas penyakit
Penanganan Reaksi Kusta
Penanganan Reaksi Tipe 1
Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai reaksi yang dialaminya
Meneruskan pemberian MDT
Istirahat dan imobilisasi
Pemberian analgetik (ringan)
Bila berat steroid
Pemberian Kortikosteroid
Dapat dikombinasi dgn klofazimin 300 mg/hari, diturunkan tiap 2 bulan
200 mg 100 mg
Cara :
prednison atau prednisolon
prednison 40 mg/hari diturunkan 1/3 dosis /2 minggu
2 minggu I : 40 mg/hr
2 minggu II : 30 mg/hr
2 minggu III : 20 mg/hr
2 minggu IV : 15 mg/hr
2 minggu V : 10 mg/hr
2 minggu VI : 5 mg/hr