Anda di halaman 1dari 26

ARSITEKTUR PESISIR DAN TEPIAN AIR

PERKEMBANGAN DAN KARAKTERISTIK


ARSITEKTUR PESISIR DAN GAYA ARSITEKTUR DI
INDONESIA
Dosen Pengampu :
Wahyu Hidayat,S.T., M.Sc

Nama Kelompok :
 Arnina
 Dede Irma Juwita
 Elza Fitria Ningsih
 Miftahul Karima
 M. Ibrahim
 Alisha Safira Matroni
Arsitektur Pesisir Indonesia
Indonesia merupakan suatu bangsa yang
terdiri dari berbagai etnis, ras, dan budaya. Hal itu
disebabkan letak kepulauan Indonesia berada di lalu
lintas perdagangan pada masa-masa awal abad ke-5
Masehi. Etnis Cina merupakan salah satu etnis yang
sudah mempunyai hubungan dengan kawasan Asia
Tenggara. Pada abad ke-19 rumah toko tersebar di
daerah pesisir dan terpusat hanya di daerah pecinan.
Hasil dari berbagai penelitan menunjukkan bahwa
pada mulanya rumah toko dibangun oleh pemerintah
colonial dengan menerapkan system kavling seperti
di Eropa. Namun dengan pengaruh cina peranakan,
lahan terbatas dengan kepadatan penduduk tinggi
membuat system ini menjadi pemecahan masalah
yang cerdik. Akulturasi adalah suatu proses yang
merujuk pada perubahan budaya dan psikologis
karena perjumpaan dengan orang yang beda budaya.
Proses ini memungkinkan budaya dan kelompok
etnis menyesuaikan diri dengan budaya yang lain.
STUDI LITERATUR
MENGENAI PERKEMBANGAN
KARAKTERISTIK
ARSITEKTUR PESISIR DI
INDONESIA
Gambaran Umum Kawasan
A. Karakteristik Bio-fisik
Pesisir Indonesia Wilayah Pesisir adalah daerah
pertemuan antara darat dan laut. Kearah
darat wilayah pesisir meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam
air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah
laut wilayah pesisir mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses alami yang terjadi didarat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan oleh kegiatan manusia
didarat seperti pengundulan hutan dan
pencemaran.
Proses-proses utama yang
sering terjadi di wilayah pesisir
meliputi: sirkulasi massa air,
percampuran (terutama antara dua
massa air yang berbeda), sedimentasi
dan abrasi serta upwelling. Ekosistem
alami di wilayah pesisir antara lain
adalah terumbu karang (coral reefs),
hutan mangrove, padang lamun (sea
grass), pantai berpasir (sandy beach),
pantai berbatu (rocky beach), formasi
pescaprea, formasi baringtonia,
estuaria, laguna, delta dan ekosistem
pulau kecil. Sedangkan ekosistem
buatan dapat berupa tambak,
pemukiman, pelabuhan, kawasan
industri, pariwisata dan sebagainya.
B. Karakteristik Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir
secara sosio-kultural merupakan
suatu kelompok masyarakat yang
akar budayanya pada mulanya
dibangun atas paduan antara
budaya maritim laut, pantai dan
berorientasi pasar.
STUDI KASUS
GAYA ARSITEKTUR
PESISIR DI BANJARMASIN
& MAKASSAR
GAYA ARSITEKTUR PESISIR DI BANJARMASIN

Kota Banjarmasin
adalah salah satu kota sekaligus
merupakan ibu kota dari provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia.
Kota Banjarmasin terletak pada
3°15' sampai 3°22' Lintang
Selatan dan 114°32' Bujur Timur,
ketinggian tanah asli berada pada
0,16 m di bawah permukaan laut
dan hampir seluruh wilayah
digenangi air pada saat pasang.
Letak Kota Banjarmasin nyaris di
tengah-tengah Indonesia.
Kawasan pesisir kota
Banjarmasin terletak di Pantai
tanjung Bayang.
Pada masa Sultan Hidayatullah (Raja Banjar) Cina sudah mulai masuk ke
Banjarmasin dengan berdagang, terjadi berkisar tahun 1368-1643.
Kemudian pedagang Cina datang kembali ke Banjar untuk keperluan
memperoleh lada pada pertengahan abad ke-17, setelah di usir oleh saingan
mereka Belanda dan Inggris. Kedatangan mereka yang secara terus menerus
membawa negeri Banjar masuk dalam lingkaran persinggahan para pedagang dari
berbagai negara, seperti : Arab, Gujarat, di samping derah-daerah tetangga seperti
Jawa, Madura Sulawesi, Lombok, Bali dan Sumbawa.
Pengaruh Datangnya Cina Ke Banjar
Masuknya etnis china
(tionghoa) di banjarmasin sering
disebut “urang china”. Konsep-konsep
yang berhubungan dengan china
tertanam kuat pada kehidupan budaya
dan masyarakat banjar. Misalnya
konsep dan mitos tentang naga (perahu
naga, sungai dan lok naga, pelangi
sebagai jembatan naga). Pintu gerbang
naga balimbur, budaya air, ukiran, dll.
Karakteristik pola penataan ruang
meliputi pola organisasi ruang. Organisasi
ruang pada arsitektur china didasarkan
pada kebutuhan hidup sehari-hari yang
dipadukan dengan persyaratan estetika
yang dianut masyarakat china , seperti
yang tampak pada pembentukan unit-unit
standarisasi yang digunakan untuk
membentuk ruang-ruang interior dan
eksterior bangunan.
Ada macam-macam bentuk atap
bangunan berarsitektur china yaitu :
Atap pelana dengan struktur
penopang atap gantungan atau overhang
gable roof, atap pelana dengan dinding
sopi-sopi atau flus gable roof, atap
perisai(membuat sudut)atau hip roof,
gabungan atap pelana dan perisai atau
gable and hip roof dan atap piramid.

Langgam dan gaya bangunan


yang berasitektur china dapat dijumpai
pada bagian atap bangunan yang
umumnya dilengkungkan dengan cara
ditonjolkan agak besar pada bagian
ujung atapnya yang disebabkan
struktur kayu dan juga pembentukan
atap sopi-sopi dengan ukiran atau
lukisan binatang atau bunga pada
bubungan nya yang memberi khas
gaya atau langgam tersendiri.
Tidak seutuhnya bangunan di daerah
pesisir Banjarmasin merupakan ciri khas dari Cina,
namun bentuk denah bangunan tradisional banjar
yang simetris ini juga banyak dipakai oleh etnis
china karena bentuk yang simetris dan mempunyai
aksis merupakan karakteristik arsitektur china.
Sumbu longitudinal adalah sumbu utama yang
memanjang secara berulang. Fungsi nya adalah
untuk menghubungkan ruang-ruang(hold) sehingga
membentuk suatu kelompok.
Pintu utama umumnya
berada pada tengah fasad dan
menerus kebelakang. Bagi
kepercayaan china, pintu utama
yang menerus kebelakang harus
di hindari dengan pemanfaatan
ruang pada koridor yang terbentuk
dengan penataan elemen interior
seperti tempat duduk untuk ruang
tamu atau meja makan pada
ruang keluarga, ruang makan.
1. Mesjid Sultan Suriansyah
Secara administratif Masjid Sultan Suriansyah
terletak di Jalan Kuin Utara, RT 4, Desa Kuin Utara,
Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Secara astronomis berada pada
posisi 114°34’’34,9’ BT dan 3°17”39,9’LS. Masjid ini
berada di dekat Sungai Kuin.

Masjid Sultan Suriansyah merupakan sebuah masjid


bersejarah dan tertua di Kalimantan Selatan. Masjid yang
terletak di tepian Sungai Kuin ini dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar
pertama yang memeluk agama Islam. Posisi pendirian
masjid ini adalah sebuah kawasan yang dikenal
sebagai Banjar Lama yang merupakan situs ibukota
Kesultanan Banjar pertama. Sebelum bernama Sultan
Suriansyah beliau dikenal dengan nama Pangeran
Samudera yang merupakan cucu dari Maharaja Sukamara
(raja Kerajaan Negara Daha).
Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah
merupakan pola ruang dari yang diadaptasi dari Masjid
Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan
masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib
Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri
dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa
kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur
tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur
Jawa Hindu. Tiga aspek tersebut yakni: atap meru,
ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi
ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan
suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan
mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan
orientasi kekuasaan ke atas.

Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan
paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat
sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan,
memberikan kesan ruang dibawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella.
Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang
dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih
penting dari mihrab.
2. Museum Wasaka
Museum Wasaka merupakan motto perjuangan rakyat
Kalimantan Selatan. Tempat wisata sejarah ini berlokasi di jalan H.
Andir, Kampung Kenang Ulu. Bangunan ini memiliki arsitektur
rumah adat Banjarmasin yang berbentuk panggung dan beratap
tinggi. Museum Waja Sampai Kaputing atau kerap disingkat
Museum Wasaka menyimpan banyak benda bersejarah saksi bisu
perjuangan rakyat Kalimantan Selatan melawan penjajahan
Belanda. Kalimat itu merupakan moto perjuangan rakyat
Kalimantan Selatan. Museum Wasaka diresmikan pada tanggal
10 November 1991, bertempat di rumah Banjar Bubungan Tinggi
yang kemudian di alihfungsikan dari bangunan hunian menjadi
museum. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya konservasi
bangunan tradisional.

Di sini ada koleksi senjata-senjata modern hingga tradisional rakyat Banjar. Walaupun bentuk
museum ini mungil, tapi di dalamnya tersimpan sekitar 400 benda-benda bersejarah selama perang
Kemerdekaan. Sebenarnya, ada banyak benda peninggalan dari berbagai perang, seperti, perang Banjar,
Perintis Kemerdekaan, Perang Kemerdekaan, Pengisian Kemerdekaan, hingga periode Orde Baru. Namun,
karena tempat atau museumnya tidak memadai, terpaksa yang ditampilkan hanya koleksi benda-benda di
periode Perang Kemerdekaan. Beberapa benda yang bisa dilihat di museum ini antara lain, berbagai jenis
senjata yang digunakan pejuang Banjar di masa revolusi fisik tahun 1945-1949.`
GAYA ARSITEKTUR PESISIR DI MAKASSAR

Wilayah pesisir kota makassar


berbatasan langsung dengan selat
makassar, memiliki garis pantai sepanjang
32 km serta mencakup 11 pulau dengan
luas keseluruhan 178,5 Ha atau 1,1 % dari
luas daratan. Pada tahun 2009, presiden
Republik Indonesia mencanangkan kota
makassar sebagai kawasan strategis
nasional, yakni kota pembangunan wisma
negara dilokasi Tanjung Bunga. Disisi lain
kota makassar juga ditetapkan kawasan
Metropolitan (Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan No. 32/MEN/2010.
Peninggalan zaman kolonialisme dan imperialisme di kota makassar terlihat dari
banyaknya bangunan bangunan tua yang sebagian masih dipelihara dan masuk kedalam
bangunan konservasi atau kawasan konservasi. Makassar yang dahulunya adalah salah
satu kota dengan pelabuhan terbesar dan terpadat aktivitasnya merupakan jalan atau pintu
masuk dari kapal-kapal dagang dari luar negeri untuk jalur indonesia bagian timur bahkan
sampai sekarang , kondisi ini memungkinkan mudah masuknya pengaruh luar dalam hal ini
budaya luar.
Keberadaan pemerintahan
kolonialisme di kota makassar, sedikit banyak
memberikan wajah kental kolonialisme di
makassar, dengan bangunan-bangunan
pemerintahan, benteng pertahanan, sampai
kepada stadion olahraga, yang tersebar secara
spasial diseluruh penjuru kota. Karakteristik
bangunan- bangunan belanda yang terlihat juga
sedikit banyak mengalami perubahan dari asli
yang menganut arsitektur eropa menjadi
adaptable.
Bangunan kolonialisme hindia belanda
mempunyai ciri yang kental dengan arsitektur
sperti art deco dan de stijl. Dalam abad ke 19
neo klasik merupakan langgam arsitektur yang
secara universal mengekspresikan kejayaan
kerajaan belanda
Komposisi stereometrik dan geometrik menjadi motif yang menonjol
dalam arsitektur belanda selain itu seni dekoratif derta unsur monumentalis juga
menjadi perhatian pada fasad. Ini terlihat pada atap pelana, unsur paladia,
romanesque, gotic, klasikisme, rasionalisme, modern, simetris, vertikalisme,
permainan bidang, garis-garis horizontal. Elemen fasad yang lain adalah bidang
dinding, Kolom, ballustrade. Fasad bangunan merupakan bagian dari elemen
fisik tata bangunan yang berada pada konteks perancangan kota.
Ada beberapa elemen yang mempengaruhi perancangan kualitas estetis
suatu koridor kota, pada kawasan studi, diantaranya :
a. Corak fasad atau arsitektur
Penilaian suatu fasad
koridor jalan yang akan di tata,
unsur corak fasad memegang
peranan penting dalam
menentukan orientasi kawasan
studio.

B. Atap bangunan
Atap bangunan merupakan elemen
fasad yang berfungsi sebagai kepala bangunan.
Pembentukan fasad secara umum, secara
umum selalu mendahulukan kondisi skyline.
Skyline sebagai orientasi ketinggian suatu
bangunan, yang nantinya akan membentuk
kesan awal secara keseluruhan. Pada map
bangunan terdapat 3 faktor yang mentukan
perancangan suatu fasad yaitu: 1. Bentuk atap,
2. Kemiringan atap, 3. Warna atap, 4.bahan
atap.
C. Dinding Bangunan
Kriteria dan komponen penilaian pada dinding bangunan adalah:
1). Proporsi masif-transparan pada dinding
Komponen ini memberikan penilaian efek visual yang ditampilkan oleh perbandingan
pembukaan(transparan) dan dinding tertutup (masif). Hal tersebut terlihat dari
perbandingan-perbandingan bukaan berupa berupa jendela atau pintu tembus
pandang (kaca)terhadap bidang dinding yang masif.
2). Efek vertikalitas-horizontal pada dinding
Komponen ini memberikan penilaian mengenai efek visual yang dihasilkan oleh
konfigurasi untuk unsur-unsur vertikal dan horizontal dari bidang fasade, misalnya
pola perpetakan jendela/pintu, proporsi jendela/pintu atau konstruksi sunblinds.
3).penampilan fasad pada dinding
Pada dinding, warna akan sangat berpengaruh terhadap tampilan fasad, karena
memiliki porsi view paling besar diantara elemen-elemen fasade yang lainnya. Oleh
sebab itu, kecenderungan warna dinding pada suatu koridor juga disebut salah satu
penetu penataan fasade bangunan.
4). Bahan dinding
Yang penting untuk digarisbawahi peran bahan dinding dalam konteks fasade
bangunan adalah bangunan finishing pada dinding saam dengan tekstur, pemilihan
bahan finishing pada dinding juga dapat menimbulkan kesan yang sangat berbeda-
beda bagi pengamat. Tekstur kasur yang terkesan menjauhi, tekstur halus yang
terkesan menjauhi serat berbagai macam tekstur lainnya.
d. Pemunduran bangunan
Ada dua variabel yang
berkaitan dengan pemunduran
bangunan yaitu, garis sempadan
bangunan (GSB) dan Sky Exposure
Plan(SEP). GSB mengatur pemunduran
bangunan terhadap jalan, sedangkan
SEP mengatur pemunduran bangunan
yang berada diatas podium.
Karakteristik fasade bangunan kolonialisme
Bangunan kolonial yang ada di
makassar, telah mengalami perubahan
karakteristik fasade, perubahan ini terjadi
karena agenda modernisme menjelang
perang dunia II, yang mana tujuan awalnya
adalah menggunakan prinsip-prinsip hindia
belanda secara bersamaan tidak berhasil,
aplikasi yang keras dari unsur-unsur arsitektur
seperti atap keras terjal dan fasade tipis, yang
biasanya hanya terdapat di eropa,
menghasilkan ketidaksesuaian bentuk
rancangan terhadap iklim, musim hujan tropis
yang deras dan sinar matahari yang tinggi.
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang
1.Fort Rotterdam (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan
Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir
pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-
9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna.

Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat,


namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan
Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke- Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas
14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di
diganti menjadi batu padas yang daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk
bersumber dari Pegunungan Karst yang seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke
ada di daerah Maros. Benteng Ujung lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan
Pandang ini berbentuk seperti seekor Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut.
penyu yang hendak merangkak turun ke Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan
lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas maupun di lautan.
filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu
dapat hidup di darat maupun di laut.
Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang,
biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan
sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan
katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya
menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya
mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini
kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini,
nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam.
Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk
mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini
kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat
penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat


Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi
mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan
daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian
besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu
objek wisata di Kota Makassar.
2. Museum Kota Makassar

Museum Kota Makassar terletak di Jl Balikota No. 11, hanya 500 meter dari pusat kota
Makassar dan 25 kilometer dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Museum Kota
Makassar didirikan atas ide yang dilontarkan oleh Drs. HB. Amiruddin Maula, S.H., Msi saat
mengawali masa jabatannya sebagai walikota Makassar. Museum ini menempati gedung balaikota
lama yang terletak di jantung kota Makassar. Gedung yang tersebut merupakan sebuah bangunan
tua bersejarah yang didirikan pada masa kolonial Belanda pada 1916 dengan gaya arsitektur
Eropa abad ke-17 dan berlantai dua. Di dalam gedung ini tersimpan 560 koleksi benda bersejarah
yang merekam perjalanan Kota Makassar dari zaman ke zaman.
Museum kota Makassar yang diresmikan pada
7 Juni 2000 ini, hadir untuk melayani kebutuhan
masyarakat akan informasi mengenai identitas dan sejarah
kota Makassar serta budaya penduduk Makassar yang
pluralistik melalui program berupa seminar, pameran, dan Etnis-etnis yang ada Makassar.
kesejarahanSelain Gaya Bangunan, sejarah Kota Semuanya menarik untuk dipelajari disini. Tapi
Makassar mulai saat Belanda menguasai Makassar sayangnya, Sejarah selalu disajikan dengan
sampai sekarang ini. Foto-foto walikota Makassar dari cara yang membosankan, membuat banyak
yang pertama sampai yang sekarang. orang yang tak tertarik dengan sejarah, mereka
akhirnya lupa sejarah.
SYUKRON

Anda mungkin juga menyukai