Corticosteroid Sistemik
Corticosteroid Sistemik
SISTEMIK
Juan Achmad
Nuri Dzulfiani Ulfah
Goh Kay Win
PENDAHULUAN
• Kortikosteroid dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu:
1. glukokortikoid
2. mineralokortikoid.
EFEK UTAMA
• Glukokortikoid: penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-
inflamasinya, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan
elektrolit kecil.
• Mineralkortikoid: terhadap keseimbangan air dan elektrolit,
sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan gikogen hepar kecil.
Tidak mempunyai efek anti-inflamasi.
Tabel 1. Glukokortikoid
Equivalent Mineralocorticoi Plasma Half-Life Duration of
Glucocorticoid d Potency (menit) Action (jam)
Potency (MG)
Short-acting
Hidrocortisone (Cortisol) 20 0,8 90 8-12
Cortisone 25 1 30 8-12
Intermediate-acting
Prednisone 5 0,25 60 24-36
Prednisolone 5 0,25 200 24-36
Methylprednisolone 4 0 180 24-36
Triamcinolone 4 0 300 24-36
Long-acting
Dexamethasone 0,75 0 200 36-54
KORTISOL
Kortikosteroid alami yang paling banyak dihasilkan oleh tubuh.
Kortisol disintesis dari kolesterol oleh kortex adrenal.
Sekresi kortisol per hari berkisar antara 10 sampai 20 mg,
dengan puncak diurnal sekitar pukul 8 pagi.
INDIKASI
Penggunaan kortikosteroid lebih banyak bersifat empiris,
kecuali untuk terapi substitusi pada defisiensi.
Indikasi penggunaan kortikosteroid
• Terapi pengganti pada insufisiensi adrenokortikal primer
(Addison’s disease).
• Terapi pengganti pada insufisiensi adrenokortikal sekunder atau
tersier.
• Diagnosis sindrom Cushing.
• Terapi pengganti pada hiperplasia adrenal kongenital.
• Menghilangkan gejala peradangan,
• Pengobatan alergi.
MEKANISME KERJA
• Difusi pasif glukokortikoid melalui sel membran, kemudian
berikatan dengan reseptor protein di sitoplasma terbentu
hormone-receptor complex masuk ke nukleus dan
meregulasi transkripsi target gen
3 mekanisme utama GCs
• Efek langsung pada ekspresi gen:
GC receptor (GRs) berikatan dengan GC-responsive elements
(GREs) induksi protein (annexin I, MAPK phosphatase 1)
menurunkan aktivitas phospholipase A2 menurunkan
pelepasan asam arachidonic dari membran fosfolipid
membatasi pembentukan prostaglandin dan leukotriene
• Efek tindak langsung pada ekspresi gen dengan cara interaksi
GRs dengan faktor transkripsi lain. Efek inhibitor pada
transcription factor activator protein 1 dan nuclear factor kB
menurunkan sintesis molekul proinflamasi termasuk
sitokin, interleukin, molekul adhesi, dan protease
• Efek lainnya yaitu GR-mediated effect pada second messenger
cascade melalui non-genomic pathways seperti PI3K-Akt-eNOS
pathway
EFEK KORTIKOSTEROID
Pengaruh kortikosteroid terhadap tubuh sangat luas
pengaruh fungsi kortikosteroid pada banyak sel tubuh.
Konsekuensi metabolik aksi hormon efek langsung atau
respon hemostatik efek
efek permissive yaitu hilangnya kortikosteroid menurunkan
fungsi normal, misal :
respon bronchial dan vascular oleh katekolamin, menurun jika
tidak ada kortisol
Lipolitik pada sel lemak juga menurun responnya terhadap
katekolamin, ACTH dan hormone pertumbuhan jika tidak ada
glukokortikoid.
Glukokortikoid
Menimbulkan metabolisme perantara normal
glukoneogenesis meningkatkan ambilan asam amino
aktivitas enzim glukoneogenik merangsang katabolisme protein dan
lipolisis.
Meningkatkan retensi terhadap stress
meningkatkan kadar glukosa plasma energi melawan stress
peningkatan tekanan darah vasokonstriksi rangsangan adrenergik
Merubah kadar sel darah dalam plasma
penurunan eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit redistribusi ke
limfoid dari sirkulasi.
meningkatkan kadar haemoglobin trombosit, eritrosit, dan leukosit
polimorfonuklear dalam darah.
Efek anti-inflamasi
mengurangi respon peradangan secara dramatis dan untuk menekan
imunitas.
Penghambat Kortikosteroid
Metirapon
Aminoglutetimid
Ketokonazol
Spironolakton
Mifepriston
kortikoteroid sebagai anti-inflamasi
merupakan terapi paliatif
Difusi pasif diikuti pengikatan ke protein reseptor di sitoplasma.
Kompleks hormon-reseptor menuju nukleus meregulasi
transkripsi beberapa gen target:
menghambat pembentukan molekul-molekul pro-inflamatory.
glukokortikoid mengurangi aktivitas phospholipase A2
menurunkan pembentukan prostaglandin dan leukotrien.
mempengaruhi replikasi dan pergerakan sel monocytopenia,
eosinopenia, dan lymfositopenia
hambat fungsi monosit dan limfosit
limfosit B dan sel plasma, relatif resisten terhadap efek supresi
glukokortikoid.
Glukokortikoid mempengaruhi aktivasi, proliferasi, dan diferensiasi
sel. menekan kadar mediator inflamasi dan reaksi imun
Fungsi makrofag (termasuk fagositosis, prosessing antigen, dan cell
killing) menurun mempengaruhi hipersensitivitas
EFEK LAIN
sistem endokrin
Penghambatan umpan balik produksi kortikotropin:
penghambatan sintesis glukokortikoid
hormon pertumbuhan meningkat.
Efek pada sistem lain
merangsang asam lambung dan produksi pepsin dapat
menyebabkan eksaserbasi ulkus.
susunan saraf pusat mempengaruhi status mental.
Penggunaan kronik dapat menyebabkan kehilangan massa tulang
berat.
Miopati kelemahan.
Mineralokortikoid
kontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit
Farmakokinetik
90 % glukokortikoid terikat dengan protein( globulin dan albumin)
Pada kadar atau N, terikat pada globulin
Kadar , terikat albumin dan bebas
Metabolisme dalam hati enzim mikrosom pengoksidasi.
Konjugasi metabolit asam glukoronat dan sulfat.
Ekskresi melalui ginjal.
EFEK SAMPING
Tergantung pada :
Dosis
Lama pengobatan
Macam kotikosteroid.
Efek samping dapat timbul karena penghentian obat tiba-tiba
atau pemberian obat terus-menerus terutama dengan dosis
besar.
Pada pengobatan jangka panjang (bulan/tahun) harus
diadakan tindakan untuk mencegah terjadinya efek samping,
yaitu:
diet tinggi protein dan rendah garam,
pemberian KCl (3 x 500 mg sehari) untuk orang dewasa jika
terjadi defisiensi kalium,
antibiotik perlu diberikan (jika dosis besar),
antasida.
Efek Samping
Osteoporosis
menginhibisi osteoblas, meningkatkan ekskresi kalsium oleh
ginjal, menurunkan absorbsi kalsium intestinal, dan
meningkatkan resorpsi tulang oleh osteoklas.
Avascular necrosis
mendorong apoptosis osteoblas, yang juga mendukung
terjadinya AVN.
EFEK SAMPING
Aterosklerosis
Meningkatkan faktor resiko pembentukan aterosklerosis, diantaranya
hipertensi arterial, resistensi insulin, intoleransi glukosa, hiperlipidemia,
dan obesitas sentral.