Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


Pada Ny. N G2 P1 A0 Hamil 24 Minggu
DENGAN PLACENTA PREVIA
DI PUSKESMAS PONDOK GEDE
KOTA BEKASI

Disusun Oleh :
EMI SUKARESMI
DESI DHIEN INDRIATI
PUTI RAJI MAHARANI
EVA YULIANTI
EVANGELYA

AKADEMI KEBIDANAN SUKAWANGI


TAHUN 2009
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsure penentu dari status
kesehatan, yang ukuran keberhasilannya dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian
ibu (AKI). Kematian maternal merupakan kematian seorang ibu waktu hamil atau dalam 42
jam sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Depskes RI, 2000).
Tujuan pengawasan wanita ialah menyiapkan sebaik-baiknya baik fisik maupun mental, serta
menyelamatkan ibu dan janin dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga agar
diusahakan wanita hamil sampai akhir kehamilannya sekurang-kurangnya harus sama
sehatnya. (Sarwono, 2002).
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak Negara berkembang salah satu penyebab utama
karena perdarahan. Perdarahan hamper selalu merupakan malapetaka besar bagi penderita
maupun penolongnya. (Sarwono, 2002).
Berdasarkan SDKI tahun 2002/2003, salah satu penyebab utama AKI karena persarahan yaitu sekitar
42%. Di Jawa Barat tahun 2005 AKI karena perdarahan sekitar 30,5% sedangkan di kota
Bekasi pada tahun 2007, tercatat AKI karena perdarahan sekitar 3 kasus. Sebagian besar
penyebab kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya
pencegahan yang efektif yaitu salah satunya dengan asuhan antenatal terfokus, yang bertujuan
untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenai gejala dan tanda bahaya serta
menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. (APN, 2007).
Oleh karena itu kami mahasiswa Akbid Sukawangi tertarik untuk mengambil kasus Ny. N G2 P1 A0
hamil 24 minggu dengan placenta previa di Puskesmas Pondok Gede.
WAKTU DAN TEMPAT
PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus ini bertempat


Di PUSKESMAS PONDOK GEDE yang
beralamatkan di Jl. Raya Jatiwaringin Pondok
Gede. Adapun waktu pengambilan kasus mulai
dari tangal 25 Mei 2009 – 05 Juni 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PLACENTA PREVIA
Pengertian
Placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. (Wiknjosostro, 2005).

ETILOGI
Mengapa placenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat diterangkan, bahwasannya
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
dan dapat menyebabkan placenta previa tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas
bahwa placenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi,
memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke placenta tidak cukup atau diperlukan
lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Placenta yang letaknya normal sekalipun akan
meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan
lahir. (Wiknjosostro, 2005).
FAKTOR PREDISPOSISI

 Multiparitas dan umur lanjut (>/= 35 tahun)


 Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan
atrofik dan inflamatorotik
 Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kurel, dll.)
 Chorion leave persisten
 Corpus Luteum bereaksi labat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi
 Konsepsi dan nidasi terlambat
 Placenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis
KLASIFIKASI

Klasifikasi placenta previa tidak didasarkan pada keadaan


anatomic melainkan fisiologik. Sehingga klasifikasinya
akan berubah setiap waktu. Umpamanya, placenta
previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan
berubah menjadi placenta previa pada pembukaan 8
cm. beberapa klasifikasi placenta previa :
GEJALA KLINIS
Gejala utama placenta previa adalah pendarahan
tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya
berulang darah biasanya berwarna merah segar.
Bagian terdepan janin tinggi (flooting). Sering
dijumpai kelainan letak janin.
Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak
banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan
periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien
sempat dikirim ke rumah sakit, tetapi
perdarahan berikutnya (recurrent bleeding)
biasanya lebih banyak.
Janin biasanya masih baik.
DIAGNOSIS
 Anamnesis, perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan daripada pemeriksaan hematokrit.
 Pemeriksaan luar, bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala lamsih terapung di atas pintu atas panggul mengelak
ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
 Pemeriksaan In Spekulo, pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya placenta
previa harus dicurigai.
 Penentuan letak placenta tidak langsung, penentuan letak placenta secara tidak
langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi
penentuan letak placenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan
bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro,
2005).
 Pemeriksaan ultrasonagrafi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi atau
jarak tepi placenta ostium bila jarak tepi 5 cm disebut placenta letak rendah.
Diagnosis placenta previa secara defensive, dilakukan dengan PDMO yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada
perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menentukan diagnosis.
(Saifuddin, 2001).
PENATALAKSANAAN
Terapi Ekspektif
Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis serviks syarat-syarat
terapi ekspektif :

Terapi Aktif (tindakan segera)


Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervanina yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa
memandang moturitus janin

Tujuan secsio caesarea persalinan dengan segera sehingga uterus segera


berkontraksi dan menghentikan perdarahan menghindarkan
kemungkinan terjadi robekan pada serviks, jika janin dilahirkan
pervaginam
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
(Saifuddin, 2001 : 536).
Perawatan post operasi seksio sesarea
KOMPLIKASI

 Perdarahan dan syok


 Infeksi
 Laserasi serviks
 Plasent akreta
 Prematuritas atau lahir mati
 Prolaps tali pusat
 Prolaps placenta
PENUTUP

Demikian kami sampaikan


semoga berguna bagi kita semua dan
untuk kemajuan dimasa yang akan
datang

Anda mungkin juga menyukai