Anda di halaman 1dari 16

Nama Kelompok:

Ayu Rahmadian
Dhea Friyunisa A
Fadhilah Ramadani
Febri Yanti Santika
Ilma Mahmudah
Meirina Wahyu N
Muhammad Lutfi
Yuni Nirwana P
Pengertian Korupsi
A. Pengertian Korupsi Secara Umum

• Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja


corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok.

• Menurut Transparency International korupsi adalah perilaku


pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri,
yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.

Ilma
B. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli
Menurut “Kamus Besar Bahasa Menurut Ilmu Politik
Indonesia” korupsi adalah Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahg
unaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik
penyelewengan atau penggelapan yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang
(uang negara atau perusahaan) untuk ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaa
kepentingan pribadi atau orang lain. n, atau pribadi lainnya.

Menurut “Bank Dunia” korupsi adalah Menurut Syeh Hussein Alatas pakar s
suatu tindakan penyalahgunaan osiologi korupsi dalam Damanhuri (2
jabatan publik untuk mendapatkan ke 010) topologi korupsi ada 7, yaitu :
untungan pribadi. 1. Korupsi transaktif
2. Korupsi ekstortif
3. Korupsi investif
Menurut Black’s Law Dictionary korupsi adalah perbuatan 4. Korupsi nepotisti
yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu
keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak 5. Korupsi autigenik
lain secara salah menggunakan jabatannya atau 6. Korupsi suportif
karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk
dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan 7. Korupsi defensif
kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.

Ilma
C. Pengertian Korupsi Menurut Undang-undang

Korupsi menurut Pasal 2 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999


“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonoman negara…”

Korupsi menurut Pasal 3 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999


“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.”

dhea
Sejarah Korupsi diKORUPSI
SEJARAH PEMBERANTASAN Indonesia
DI INDONESIA

PRA PASCA
KEMERDEKAAN KEMERDEKAAN

MASA ORDE ORDE


MASA REFORMASI
KOLONIAL LAMA BARU
KERAJAAN
BELANDA

dhea
1.Pra Kemerdekaan

Perebutan kekusaan di Majapahit


Kerajaan Singosari (pemberontakan
(sampai tujuh keturunan Kuti, Narnbi, Suro
Masa Kerajaan
saling membalas dan lain-lain),
dendam berebut Demak (Joko
kekusaan: Anusopati- Tingkir dengan
Tohjoyo-Ranggawuni- Haryo Penangsang
Mahesa Wongateleng
dan seterusnya), Banten (Sultan Haji
merebut tahta dari
ayahnya, Sultan Ageng
Tirtoyoso), perlawanan
rakyat terhadap Belanda
dan seterusnya sampai
terjadinya beberapa kali
peralihan kekuasaan di
Nusantara
Ayu
Masa Kolonial Belanda

Belanda melalui politik “Devide et Impera” mereka


dengan mudah menaklukkan Nusantara

Kasus penyelewengan pada pelaksanaan Sistem


“Cuituur Stelsel (CS)” yang secara harfiah berarti
Sistem Pembudayaan.
tujuan utama sistem itu adalah
membudayakan tanaman produktif di masyarakat agar
hasilnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan memberi kontribusi ke kas Belanda ,tetapi
ungkapan sistem pembudayaan diganti menjadi
Tanam paksa
Ayu
Bentuk-bentuk pelanggaran Culture Stelsel di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Penduduk diwajibkan menanam 1/5 dari tanah miliknya dengan tanaman


yang laku dijual di pasar internasional (Kopi, Tembakau, Cengkeh, Kina, Tebu dan
boleh juga Padi) Namun praktiknya ada yang dipaksa oleh “Belanda Item” (orang
Indonesia yang bekerja untuk Belanda) menjadi seluruh lahan ditanami dengan
tanaman kesukaan Belanda.

2. Tanah yang ditanami tersebut (1/5) tidak dipungut pajak, namun


dalam praktiknya penduduk tetap diwajibkan membayar

3. Penduduk yang tidak rnempunyai tanah diwajibkan bekerja di perkebunan


atau perusahaan Belanda selama umur padi (3,5 bulan). Namun, praktiknya ada
yang sampai 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan bahkan ada yang sampai mati. Jika
ada yang tertangkap karena berani melarikan diri maka akan mendapat hukuman
cambuk (poenali sanksi).

4. Jika panen gagal akibat bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa bumi)
maka segala kerugian akan ditanggung pemerintah. Namun praktik di lapangan,
penduduk tetap menanggung beban itu yang diperhitungkan pada tahun
berikutnya.
Era Pasca Kemerdekaan

2. Era Orde Lama

Dibentuknya Panitia Retrooling


Aparatur Negara (PARAN)

tugas Paran
adalah mengharuskan Pejabat
mengisi formulir daftar kekayaan
pejabat negara

Usaha PARAN akhirnya mengalami


deadlock karena kebanyakan
pejabat berlindung di balik
Presiden, sehingga diserahkan
kembali ke Pemerintah (kabinet
Juanda).

Fadhil
Kepres No 275 Tahun 1963, upaya
pemberantasan korupsi kembali
digalakkan dengan membentuk
lembaga yang bertugas meneruskan
kasus-kasus korupsi di meja
pengadilan yang dikenal “Operasi
Budhi Dalam kurun waktu 3 bulan sejak
Operasi Budhi dijalankan, keuangan
negara dapat diselamatkan, Karena
dianggap menggangu prestise
Presiden, akhirnya Opresi Budhi di
hentikan.
Soebandrio mengumumkan
pembubaran Operasi Budhi yang
kemudian diganti namanya
menjadi Komando Tertinggi
Retooling Aparat Revolusi
(KOTRAR), diketuai langsung oleh
Presiden Soekarno
Fadhil
` Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di Indonesia tahun 1958 dipandang sebag
ai titik awal berkembangnya korupsi di Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution mencegah kekacauan de
ngan menempatkan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi di bawah Penguasa Darurat Militer justru
melahirkan korupsi di tubuh TNI. Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pa
da masa ini, namun kurang berhasil.

Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:

1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)

2. Komisi Pemberantasan Korupsi

3. Kepolisian

4. Kejaksaan

5. BPKP

6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa

Fadhil
3. Era Orde Baru
Dibentuk Komite Empat
beranggotakan tokoh-tokoh tua
Dibentuk Tim yang dianggap bersih &
Tahun 1970, Unjuk
Pemberantasan berwibawa,Namun komite ini
rasa Pelajar &
Korupsi (TPK) hanya “macan Ompong”
mahasiswa
diketuai JAGUNG karena hasil temuannya
(Jaksa Agung) tentang dugaan korupsi di
BUMN tdk direspon
Pemerintah.

timbul perbedaan pendapat yang


cukup tajam antara Sudomo
dengan Nasution. Yaitu
menyangkut pemilihan metode
atau cara pemberantasan korupsi dibentuklah Opstib (Operasi
Tertib) derigan tugas antara lain
juga memberantas korupsi.
Kebijakan ini hanya melahirkan
Seiring dengan berjalannya sinisme di masyarakat.
waktu Opstib pun hilang
ditiup angin tanpa bekas.

Mei
4.Era Reformasi

Presiden B.J Habibie

Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya “korupsi” lebih banyak dilakukan oleh kalangan elit
pemerintahan, maka pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara sudah terjangkit
“Virus Korupsi” yang sangat ganas. Di era pemerintahan Orde Baru, korupsi sudah membudaya sekali,
kebenarannya tidak terbantahkan.

Kemudian, Presiden BJ Habibie pernah mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti
KPKPN

Namun di tengah semangat menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi dari anggota tim, melalui suatu
judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan. Sejak itu, Indonesia mengalami
kemunduran dalam upaya. pemberantasan KKN.

Febri
Presiden Gus Dur

Gus Dur juga dianggap sebagian masyarakat tidak bisa menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya

pemberantasan korupsi. Kegemaran beliau melakukan pertemuan-pertemuan di luar agenda kepresidenan bahkan di tempat-tempat

yang tidak pantas dalam kapasitasnya sebagai presiden, melahirkan kecurigaan masyarakat bahwa Gus Dur sedang melakukan proses

tawar-menawar tingkat tinggi.

Proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan konglomerat Sofyan Wanandi dihentikan dengan Surat Perintah

Penghentian Penyidikan (SP3) dari Jaksa Agung Marzuki Darusman. Akhirnya, Gus Dur didera kasus Buloggate. Gus Dur lengser,

Mega pun menggantikannya melalui apa yang disebut sebagai kompromi politik. Laksamana Sukardi sebagai Menneg BUMN tak

luput dari pembicaraan di masyarakat karena kebijaksanaannya menjual aset-aset negara.

Febri
Presiden Megawati

Di masa pemerintahan Megawati pula kita rnelihat dengan kasat mata wibawa hukum

semakin merosot, di mana yang menonjol adalah otoritas kekuasaan. Lihat saja betapa

mudahnya konglomerat bermasalah bisa mengecoh aparat hukum dengan alasan berobat ke luar

negeri. Pemberian SP3 untuk Prajogo Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjamsul Nursalim, The Nien

King, lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan eksekusi putusan MA, pemberian fasilitas MSAA

kepada konglomerat yang utangnya macet, menjadi bukti kuat bahwa elit pemerintahan tidak

serius dalam upaya memberantas korupsi, Masyarakat menilai bahwa pemerintah masih

memberi perlindungan kepada para pengusaha besar yang nota bene memberi andil bagi

kebangkrutan perekonomian nasional. Pemerintah semakin lama semakin kehilangan wibawa.

Belakangan kasus-kasus korupsi merebak pula di sejumlah DPRD era Reformasi.

Yuni

Anda mungkin juga menyukai