Anda di halaman 1dari 38

PENDEDERAN I IKAN NILA MERAH

NILASA di BPTKP Cangkringan


( Oreochromis sp. )

Disusun Oleh:
Yulius Wahyu Pratomo
NPM: 150801648
Latar Belakang
 Produksi budidaya air tawar minim
dibanding total produksi perikanan
karena pengetahuan budidaya kurang
 Budidaya nila cukup mudah dan
menguntungkan namun kurang maksimal
karena tidak semua larva survive
 Maka tahap Pendederan sangat penting
agar menjaga survivabilitas benih,
sehingga panen bisa maksimal
Balai Pengembangan Teknologi
Kelautan dan Perikanan (BPTKP)
Strain Nilasa
 Berasal dari 4 strain nila merah: Nifi,
Citralada, Singapura dan Filipina (2004) 
kawin-silang beberapa generasi  parent
stock Nilasa
 Keunggulan
 Cepat tumbuh
 Tingkat kelulusan hidup tinggi (95,7 %)
 Efisiensi pakan
 Tahan penyakit
PENDEDERAN I NILA MERAH
NILASA
Manfaat Kerja Praktik
 Meningkatkan ketrampilan dalam
pendederan (nila merah)
 Mampu memantau pertumbuhan serta
mengukur laju pertumbuhannya
 Mampu menentukan tingkat
kelangsungan hidup selama pendederan
I
Metode
Persiapan kolam
Kolam diberi pupuk
Pengapuran
pendederan Dikeringkan / (kandang)
dosis 50 gr /
(7 x 2 x 1,2 dibersihkan dosis 500 gr /
m2
m) m2

Larva ikan nila


Didiamkan
(umur 7 hari) Diberi Daphnia Kolam diisi air
selama 1
ditebar dalam (zooplankton) 70-100 cm
minggu
kolam (2800 ind)
Pemeliharaan (pemberian
pakan) Benih

ditimbang dilakukan
Pellet (sesuai setiap hari
diwadahi ditaburkan
tepung / berat (pukul
plastic kolam
tipe D-0 rerata 08.00 dan
ikan) 15.00).

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟i


= 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑥 dosis (20%)
Pengukuran kualitas air

detector dimasukan
kolam dan tingkat
water quality
kualitas air (pH, DO,
monitor dihidupkan
suhu, dan TDS)
dicatat
Sampling pertumbuhan
penggaris,
ikan ditampung petridisk dan
ditangkap 30 ember kecil timbangan
ekor   analitik
disiapkan.

benih Ditaruh
diukur skala diatas Petridisk
panjang dibuat 0 timbangan diisi air
dan berat analitik
Pemanenan
Kolam ditampung
ikan ditangkap
disurutkan ember

grading / seleksi
survival rate dan
(panjang > 2 cm
Mortalitas
lanjut ke
dihitung
pendederan 2
Hasil dan Pembahasan
Padat tebar
 Standar 150-200 ekor /m2 Ditentukan
200 ekor / m2 (total 2800 individu)
 200 ekor / m2 (jumlah max)  karena
individu masih benih  asumsi individu
tidak akan berebut makanan / saling
berkompetisi.
 Harapannya : ikan tersebut dapat
tumbuh sesuai standar (2-3 cm).
Sampling, Penentuan Berat
pakan dan SGR
 Berat :
Lonjakan pada berat (2-3)  Karena masih dalam
tahap pertumbuhan  maka berdasarkan
gambar, lonjakan pertumbuhan mulai terjadi
setelah umur 17 hari.
 Panjang :
Tidak mengalami pertumbuhan yang begitu
pesat / konstan
 Teori: Pertumbuhan berat benih cukup pesat
pada awal pertumbuhna dimana bisa
menjadi 2 kali lipat dalam seminggu (Suyanto,
2010).
Pakan benih
 Pakan alami  daphnia magna dan
fitoplankton
 Pakan tambahan  pelet tepung
(protein 38-40 %)
 Pakan disesuaikan berat benih
 Rerata panjang 1,64 cm kurang sesuai
harapan (2-3 cm)
 SGR Nilasa 4,20% / hari lebih rendah
dibanding Singapura (salah satu populasi
pembentuk) 5,82 ± 0,65%/ hari (Prabowo dkk.,
2016)
 Meski Nilasa benih unggul  perlu juga
memperhatikan: kualitas air (dikontrol),
parasit (aktivitas dan intake pakan), internal
(daya cerna benih belum maksimal)
(Wiadnya dkk., 2000).
Parameter Kualitas air,
Mortalitas dan Survival Rate
Suhu
 Mendukung pemeliharaan (26,83 oC)  mendukung
respirasi, pemasukan pakan, kecernaan, pertumbuhan
dan metabolisme ikan.
DO
 DO mendukung pertumbuhan benih (8,87 / >5 ppm) 
mendukung pembakaran makanan (energi aktivitas dan
pertumbuhan)
TDS
 TDS memenuhi standar kolam ikan (<1 g/L)  TDS rendah,
penetrasi cahaya matahari cukup  fotosinstesis
organisme air baik dan suplai oksigen terpenuhi.
pH
 Kurang mendukung (8,89 - terlalu tinggi)
pH yang baik 6,5 – 8,5 (Kordi, 2010).
 pH tinggi karena CO2
CO2 + H2O ⇌ H2CO3 ⇌ H+ + HCO3-
 CO2 larut membentuk asam karbonat
(pH rendah).
 Saat CO2 turun  reaksi ke arah kiri,  ion
hidrogen hilang (pH meningkat)
 (Tucker dan D’Abramo, 2008)
Mortalitas
 14,28% (400 dari 2800 ekor benih mati)
 Karena masa larva kritis sebab ditandai
mortalitas dan virulensi (hama/penyakit)
tinggi (Djarijah, 1995).
 penyebab utama mostalitas adalah
patogen yang terbawa air (sumber air
adalah kali / sungai Opak).
Survival Rate
 SR 85,71 % (tergolong tinggi) namun
kurang sesuai harapan (95,7%)
 Faktor yang mempengaruhi:
 Patogen (penyebab utama mortalitas)
 Kualitas air (pH)
 Faktor internal (fisiologis) benih ikan.
Faktor pH
 pH tinggi karena CO2 terlarut rendah
 CO2 rendah karena terkait perlakuan
pemupukan (Tucker dan D’Abramo, 2008).
 Pemupukan  memicu pertumbuhan
plankton beserta alga fotosintetik
 alga terlalu banyak  telalu banyak CO2
dilepas  pH menjadi tinggi (terutama di
permukaan).
Faktor internal benih
 Tahap fry / benih ikan, rentan terhadap
toksisitas pH karena kurang mampu
dalam “enviroregulate” (ikan mampu
pindah ke daerah dengan pH lebih
rendah di kolam / dasar kolam) (Tucker
dan D’Abramo, 2008)  Benih nila
cenderung di permukaan
Meski SR kurang sesuai harapan namun
masih lebih tinggi dibanding:
 Strain singapura (populasi pembentuk
strain nilasa)  65,69±4,14 % (Prabowo
dkk., 2016).
 Standar Nila hitam (populasi wild type)
60% (SNI tahun 1999)
Kesimpulan
 Berat rerata untuk sampling 1, 2 dan 3
adalah 0,030 g; 0,033 g dan 0,051 g
 Panjang rerata sampling 1, 2 dan 3
adalah 0,9 cm; 1,323 cm dan 1,64 cm
 Laju pertubuhan spesifik / spesific growth
rate (SGR) adalah 4,20% / hari
 Survival rate adalah 85,71%.
Saran
 Kualitas air lebih baik dipantau sekali
seminggu (pengaruh pertumbuhan dan
survival)
 Akan lebih baik disertai pengamatan
parasit benih yang mati dan peghitungan
Food Convertion Ratio
Daftar Pustaka
 Amri, K dan Khairuman, A. 2008. Budidaya Ikan Nila secara Intensif.
AgroMedia, Jakarta.
 Arifin, M. Y. 2016. Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (Oreochromis. Sp)
strain merah dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 1 (16): 159-166.
 Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
 Forteath, N., Wee, L., dan Frith, M. 1993. Water Quality. In: P. Hart and D. O’
Sullivan (eds.). Recirculation Systems: Design, Construction and Management.
University of Tasmania Press, Launceston.
 Hepher, B dan Priginin, Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special
Refrence to Fish Culture in Israel. John Wiley and Sons Inc, New York.
 Hidayatulla, S., Muslim., dan Taqwa, F. H. 2015. Pendederan larva ikan gabus
(Channa striata) di kolam terpal dengan padat tebar berbeda. Jurnal
Perikanan dan Kelautan 1 (20): 61-70.
 Judantri, S., Khairuman., dan Amri, K. 2008. Nila Nirwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
 Kordi, G. H. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal. Lily
Publisher, Yogyakarta.
 Prabowo, B. T., Susilowati, T., dan Nugroho, R. A. 2016. Analisis karakter reproduksi ikan nila
pandu (F6) (Oreochromis niloticus) persilangan strain nila merah singapura menggunakan
sistem resiprokal pada pendederan I. Journal of Aquaculture Management and Technology
1(5): 54 - 63.
 Said, A. 2012. Budidaya Mujair dan Nila. Azka Press, Yogyakarta.
 Stickney, R. R. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. A Wiley-Interscience Publication,
John Wiley & Sons Inc, New York.
 Suryaningrum, F. M. 2012. Aplikasi teknologi bioflok pada pemeliharaan benih ikan nila.
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan 1 (1): 1-9.
 Suyanto, R. S. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar Swadaya, Jakarta.
 Thunjai, T., Boyd, C. E., dan Boonyaratpalin, M. 2004. Quality of limiting materials used in
aquaculture in Thailand. Journal of Aquaculture International 1 (12): 161-168.
 Tucker, C. S dan D’Abramo, L. R. 2008. Managing high pH in freshwater ponds. Journal of
Southern Region Aquaculture Center 2 (7): 46-51.
 Urbasa, P. A., Undap, S. L., Rompas, R. J. 2015. Dampak kualitas air pada budidaya ikan
dengan jaring tancap di Desa Toulimembet, Danau Tondano. Jurnal Budidaya Perikanan 1
(3): 59-67.
 Wiadnya, D.G.R., Kartikaningsih, H., dan Suryanti, Y. 2000. Periode pemberian pakan yang
mengandung kitin untuk memacu pertumbuhan dan produksi ikan gurame (Osphronemus
gouramy, Lac). Jurnal Penelitian dan Perikanan 1(6): 35-39.
TERIMA KASIH
Data Sampling 2 (28
Desember
Ikan
Panjang
(cm) (g)
2017)
Berat
17 1.3 0.026
1 1.5 0.03 18 1.5 0.044
2 1.5 0.046 19 1 0.015
3 1.4 0.033 20 1.4 0.029
4 1.2 0.021
5 1.2 0.023 21 1.3 0.027
6 1.2 0.021 22 1.1 0.02
7 1.4 0.042 23 1.2 0.024
8 1.2 0.029
24 1.2 0.027
9 1.8 0.112
10 1 0.025 25 1.1 0.017
11 1.5 0.05 26 1.5 0.042
12 1.3 0.035 27 1.5 0.03
13 1.7 0.063
28 1.3 0.025
14 1.3 0.02
15 1.2 0.017 29 1.2 0.029
16 1.4 0.04 30 1.3 0.028
Data Sampling 3 (4 Januari
ikan
2018)
panjang
(cm)
berat
(g)
15 1.8 0.056
16 2 0.084
1 1.5 0.049 17 1.2 0.017
2 1.7 0.062 18 2 0.088
3 1.5 0.049 19 1.6 0.063
4 2.1 0.117 20 1.7 0.053
5 1.4 0.046 21 1.5 0.026
6 1.8 0.063 22 1.7 0.055
7 1.5 0.037 23 1.4 0.024
8 1.6 0.046 24 1.5 0.034
9 1.9 0.086 25 1.7 0.051
10 1.5 0.039 26 1.6 0.04
11 1.7 0.043 27 1.4 0.025
12 1.7 0.057 28 1.6 0.043
13 1.5 0.041 29 1.5 0.023
30 2 0.081
14 1.6 0.044

Anda mungkin juga menyukai