Anda di halaman 1dari 66

Pemicu 2

Arianto Salim
405140012
Li
• Informed consent
• Rahasia kedokteran
• Medikolegal
• Malpraktik
• Breaking bad news
• UU no. 36 tahun 2009
INFORMED CONSENT
Definisi
• Permenkes no. 290/MenKes/Per/III/2008
– Persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
Tujuan
• Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum
dari:
– tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya,
– tindakan pelaksana jasa tindakan medis yang sewenang-
wenang,
– tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi pasien
dan standar profesi medis,
– penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi atau
“over utilization” yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada
alasan medisnya;
• Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan
medis:
– dari tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar
– akibat tindakan medis yang tak terduga dan bersifat negatif
Bentuk informed consent
• Tersirat /dianggap telah diberikan (implied
consent) : keadaan normal dan darurat
– Diberikan secara tersirat, tanpa pernyataan
tegas(tindakan yang biasa/umum)
– Pasal 11 pada emergency
• Pasien tidak sadar/keluarga tidak ditempat dr dapat
mengambil tindakan terbaik untuk pasien presumed
consent
• Dinyatakan(expressed consent) : lisan dan tulisan
– Apabila membutuhkan penangan yang lebih dari
biasanya  resiko kurang/pemeriksaan : lisan/tertulis
tetapi resiko tinggi : tertulis
INFORMASI
• APA (WHAT) YANG HARUS DISAMPAIKAN
 Segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien
 Tindakan apa yang akan dilakukan(bentuk, tujuan, resiko,
manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan & alternatif terapi)
 Penyampaian informasi harus secara lisan
 Penyampaian formulir untuk ditandatangani pasien/ keluarga
tanpa penjelasan & pembahasan secara lisan dengan pasien/
keluarga tidaklah memenuhi persyaratan
• KAPAN DISAMPAIKAN (WHEN)
– Tergantung waktu yang tersedia setelah dokter memutuskan
akan melakukan tindakan invasif & keluarga/ pasien harus diberi
waktu yang cukup untuk menentukan keputusannya
INFORMASI
• SIAPA YANG HARUS MENYAMPAIKAN (WHO)
– Tergantung dari jenis tindakan yang akan dilakukan 
tindakan invasif/ pembedahan : dokter yang akan
melakukan tindakan (bila bukan tindakan invasif/
pembedahan  dokter lain/ perawat)
• INFORMASI YANG MANA (WHICH) YANG PELRLU
DISAMPAIKAN
– Dalam permenkes : harus selengkap – lengkapnya, kecuali
dokter menilai informasi tersebut dapat merugikan
kepentingan kesehatan pasien/ pasien menolak diberikan
informasi (bila perlu informasi dapat diberikan kepada
keluarga pasien)
Dasar Hukum Informed Consent
UU No. 29 tahun 2004 Pasal 45
1) Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter
terhadap pasien harus mendapat persetujuan
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan
setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap
3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya mencangkup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Dasar Hukum Informed Consent
UU No. 29 tahun 2004 Pasal 52
• Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran
mempunyai hak :
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45
ayat (3)
b. Meminta pendapat dokter lain
Informed Consent
• Suatu persetujuan dianggap sah apabila :
– Pasien telah diberi penjelasan/ informasi
– Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap
(kompeten) untuk memberikan keputusan/persetujuan
– Persetujuan harus diberikan secara sukarela
Informed Consent

http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menteri-kesehatan-nomor-290-tahun-2014-tentang-persetujuan-tindakan-kedokteran.pdf
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menteri-kesehatan-nomor-290-tahun-2014-tentang-persetujuan-tindakan-kedokteran.pdf
Informed Consent
• KUH Perdata Pasal 330
– Belum dewasa : usia belum 21 tahun dan tidak pernah
menikah sebelumnya
• KUH Perdata Pasal 1330
Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah;
1. Anak yang belum dewasa;
2. Orang yang ditaruh di bawah pengampunan
3. Perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang
ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua
orang yang oleh undang-undang dilarang untuk
membuat persetujuan tertentu.
Jenis Informed Consent
• Permenkes no. 290/MenKes/Per/III/2008 pasal 3
1. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.
2. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan
persetujuan lisan.
3. Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang
dibuat untuk itu.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan
dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan
kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.
5. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dianggap meragukan, maka dapat dimintakan
persetujuan tertulis.
Pengecualian Informed Consent
• Permenkes no. 290/MenKes/Per/III/2008 pasal 4
1. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan
jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak
diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
2. Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh
dokter atau dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
3. Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter
gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin
kepada pasien setelah pasien sadar atau kepada
keluarga terdekat.
Unsur Informed Consent
• Menurut Beauchamp dan Childress, analisis tentang
inform consent meliputi 7 unsur, yaitu :
– Kompetensi
– Kebebasan
– Penyampaian inform oleh dokter
– Rekomendasi oleh dokter
– Pemahaman pasien
– Keputusan
– Otorisasi oleh pasien
RAHASIA KEDOKTERAN
Definisi
• Rahasia: sesuatu yg disembunyikan dna hanya
diketaui oleh satu orang, oleh beberapa orang
saja, atau oleh kalangan tertentu
• Rahasia jabatan: rahasia dokter sebagai
pejabat struktural
• Rahasia pekerjaan: rahasia dokter pada waktu
menjalankan praktiknya (fungsional)
UU No. 29 Tahun 2004 Rahasia Kedokteran Pasal 48
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau
berdasarkan ketentuan perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran
diatur dengan Peraturan Menteri.
PP No.10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran
Pasal 1
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala
sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam
pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.

Pasal 2
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh
orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila
suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada Peraturan Pemerintah ini menentukan lain.
Pasal 3
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud
dalam pasal 1 ialah:
a. tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara tahun
1963 No. 79).
b. mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

Pasal 4
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan
rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana
menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan
tindakan administratif berdasarkan pasal 11 Undang-
undang tentang Tenaga Kesehatan.
Pasal 5
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4
dilakukan oleh mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf
b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-
tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Pasal 6
Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan
dapat mendengar Dewan Pelindung Susila Kedokteran
dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.

Pasal 7
Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah
tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran".

Pasal 8
Peraturan ini mulai berlaku pada hari diundangkannya.
Berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran Paragraf 4 mengenai Rahasia Kedokteran,
rahasia kedokteran dpt dibuka hanya u/:
• Kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dlm
rangka penegakan hukum
• Permintaan pasien sendiri
• Berdasarkan ketentuan perundang-undangan
MEDIKOLEGAL
Aspek medikolegal
• Aspek medikolegal hubungan antara dokter-
pasien ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu:
1. Komunikasi antara dokter dengan pasien
2. Persetujuan tindakan kedokteran. yang
sering mengundang timbulnya masalah antara
dokter dan pasien.
PIDANA vs PERDATA
PIDANA PERDATA
• Individu vs publik • Individu vs individu
• Publik diwakili penyidik, • Dapat diwakili pengacara
penuntut umum
• Pembuktian : penggugat
• Pembuktian : P.U
• Penengah : Hakim
• Penengah : hakim, sistem
juri • Kebenaran : formil
• UU: KUHAP,KUHP,dll • UU: KuhPer,KUHD,DLL
• Kebenaran : materiel • Sanksi: ganti rugi,
• Sanksi : mati, SH, penjara, rehabilitasi
sita , denda
Prosedur mediko-legal
• Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur
penatalaksanaan dan berbagaiaspek yang berkaitan
pelayanan kedokteranuntuk kepentingan hukum untuk
kepentingan hukum.
• Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada
peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia,
dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah
dokter dan etika kedokteran
Lingkup prosedur medikolegal
• pengadaan visum et repertum,
• tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
• pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan
dan Pemberian keterangan ahli di persidangan dan pemberian
keterangan ahli di dalam persidangan
• kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran
• tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan surat
keterangan medik
• tentang fitness / kompetensi pasien untuk menghadapi
pemeriksaan penyidik
MALPRAKTIK
Definisi Malpraktik(Black’s Law
Dictionary)
• Malpratice is a professional misconduct or
unreasonable lack of skill or failure of one
rendering professional services to exercise
that degree of skill and learning commonly
applied under all circumstances in the
community by the average prudent reputable
member of the profession with the result of
injury, loss, or damage to the recipient of
those services or to those entitled to rely
upon them.

Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 4


Definisi Malpraktik WHO (1992)
• Medical malpractice involves the physician’s
failure to conform to the standart of care for
treatment of the patients condition, or lack of
skill, or negligence in providing care to the
patient, which is the direct cause of an injury
to the patient.

Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 4


• Apapun definisi malpraktik pada intinya
mengandung salah satu unsur berikut:
1. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang sudah berlaku umum
dikalangan profesi kedokteran.
2. Dokter memberikan pelayanan medik dibawah
standart.
3. Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang
berhati-hati, yang dapat mencakup :
a. Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.
b. Melakukan suatu tindakan yang seharusnya tidak
dilakukan
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan
dengan hukum
Bioetik dan Hukum Kedokteran
Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 4
• Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk :
1. Malfeasance  melakukan tindakan yang
melanggar hukum atau tidak tepat atau tidak
layak
2. Misfeasance  melakukan pilihan tindakan
medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan
tidak tepat
3. Nonfeasance  tidak melakukan tindakan medis
yang merupakan kewajiban baginya

Bioetik dan Hukum Kedokteran


• Jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian
materi, mencelakakan, bahkan merenggut
nyawa orang, diklasifikasikan sebagai kelalaian
berat (culpa lata), serius dan criminal.
• Tolak ukur culpa lata :
1. Bertentangan dengan hukum
2. Akibatnya dapat dibayangkan
3. Akibatnya dapat dihindarkan
4. Perbuatannya dapat dipersalahkan

Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 4


• Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis dianggap lalai apabila
memenuhi 4 unsur dibawah ini :
1. Duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan suatu
tindakan medis atau untuk tidak melakukan suatu tindakan
tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi
tertentu
2. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut
3. Damage atau kerugian. Yang dimaksud dengan kerugian adalah
segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari layanan kesehatan/kedokteran yang diberikan oleh
pemberi layanan
4. Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang
nyata. Dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat
antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya merupakan proximate cause
• Untuk dapat menuntut penggantian kerugian (perdata) karena
kelalaian, penggugat dapat membuktikan adanya 4 unsur
tersebut

Bioetik dan Hukum Kedokteran


Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 4
Upaya Pencegahan Malpraktik
1. Senantiasa berpedoman pada standart pelayanan medik dan
standart prosedur operanasional
2. Berkerjalah secara profesional, berlandaskan etik dan moral yang
tinggi
3. Ikuti peraturan perundangan yang berlaku, yang terutama tentang
kesehatan dan praktik kedokteran
4. Jalin komunikasi yang harmonis dengan pasien dan keluarganya
dan jangan pelit informasi baik tentang diagnosis, pencegahan,
dan terapi
5. Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan
sesame sejawat dan tingkatkan kerja sama tim medik demi
kepentingan pasien
6. Jangan berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan
dalam bidang yang ditekuni

Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 4


BREAKING BAD NEWS
Definisi
• Bad news:
– bad news as “any news that drastically and
negatively alters the patient's view of her or his
future.
UU NO. 36 TAHUN 2009
UU kesehatan no.36 tahun 2009
• Hak dan Kewajiban (pasal 4-13)
• Sumber daya di bidang kesehatan
– Tenaga Kesehatan (pasal 22-24, 27-29)
– Fasilitas pelayanan kesehatan (pasal 30-34)
• Upaya Kesehatan (pasal 46-49)
– Pemberian pelayanan (pasal 52-54)
– Perlindungan pasien (pasal 56-58)
• Penyidikan (pasal 189)
• Kententuan pidana (pasal 190-195, 197-198, 201)
Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai