Vivian Saputra
405140126
LI
• Pembunuhan anak sendiri & aborsi (dasar hukum, pemeriksaan, kriteria, klasifikasi)
• KDRT anak & wanita (dasar hukum, pemeriksaan, kriteria, jenis kekerasan, prosedur
pemeriksaan)
• Trauma kimia & fisika (pemeriksaan)
• Mati tenggelam (mekanisme, karakteristik pada pemeriksaan karena mati
tenggelam, PP)
• Analisis kasus
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI
Pembunuhan Anak Sendiri
• Pembunuhan anak sendiri pembunuhan bayi yg dilakukan oleh ibu
kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah dilahirkan,
karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan anak (pasal 341
KUHP).
• Unsur” yg terlibat : pembunuhan, oleh ibu kandung, motivasi psikis
(takut diketahui melahirkan) & waktu (baru lahir)
• Lahir mati (still-birth) bila tidak menunjukan tanda kehidupan pada waktu lahir.
Contoh :
– Anak dengan panjang tubuh 35 cm mempunyai usia kehamilan adalah 35 : 5 =
7 bulan atau dituliskan 28 minggu
– Anak dengan panjang tubuh 16 cm mempunyai usia kehamilan adalah akar dari
16 = 4 bulan atau dituliskan 16 minggu
• Pasal 342 : Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9
tahun.
• Pasal 343 : Kejahatan yang diterangkan dalam pasai 34l dan 342 dipandang bagi
orang lain yang turut serta melakukan sebagi pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum
3 FAKTOR PENTING
• IBU
– Hanya ibu kandung yang dapat dihukum
– Tidak dipersoalkan apakah dia kawin atau tidak
– Orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat
– Pasal 388 tanpa rencana penjara 15 tahun
– Pasal 339 dan 340 dengan rencana penjara 20 tahun, seumur hidup/hukuman
mati
• PSIKIS
– Karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang telah
melahirkan anak itu
– Biasannya anak dari hubungan yang tidak sah
• Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan
atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
• Pasal 306 :
– (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan
– (2) Jika mengakibatkan kematian, pindana penjara paling lama 9 tahun
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
TENGGELAM (drowning)
• Kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan kedalam saluran
pernapasan
• Istilah drowning :
1. Wet drowning
cairan masuk kedalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam
2. Dry drowning
cairan tidak masuk kedalam saluran pernapasan akibat spasme laring
3. Secondary drowning
terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat dari dalam
air dan korban meninggal akibat komplikasi
4. Immersion syndrome
korban tiba” meninggal setelah tenggelam dlm air dingin akibat refleks vagal.
Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Tenggelam dalam air tawar
• Terjadi absorpsi cairan masif
• Konsentrasi elektrolit air tawar lebih rendah air masuk ke dalam aliran
darah sekitar alveoli hemodilusi darah pecahnya sel darah merah (
hemolisis)
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Tenggelam dalam air asin :
• Konsentrasi elektrolit air asin lebih tinggi air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal
ke dalam jaringan interstisial paru edema pulmoner, hemokonsentrasi,
hipovolemi dan ↑ kadar Mg dalam darah sirkulasi menjadi lambat payah
jantung kematian (8-9 menit)
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pemeriksaan Mayat
1. Menentukan identitas korban
2. Apakah korban masih hidup sblm tenggelam
– Jika mayat masih segar,u/ tentuin apakah korban masih hidup/sdh
mninggal saat tenggelam dpt dik dari ?
• u/ mnntukan apakah org masih hidup wktu tenggelam : px diatom
• u/ mmbantu mnntukan diagnosis ,dpt dibandingkan kadar elektrolit Mg darah dari
bilik jantung kiri & kanan
• Benda asing dlm paru & saluran pernafasan
• Pada mayat yg segar ,adanya air dlm lambung & alveoli yg scara fisik & kimia sifatnya
sama dgn air tempt korban tnggelam mpnyai nilai bermakna
• Dpt dit kadar alkohol tinggi ( menandakan bhwa korban sdg dlm keracunan alkohol
pd saat msuk ke dlm air )
Pemeriksaan Mayat
3.Penyebab kematian yg sbenarnya & jenis drowning
4.Faktor2 yang berperan pd proses kematian
- Misal nya kekerasan ,alkohol/obat2 dpt dit pd px luar atau
melalui bedah jenazah
5.TKP tenggelam
6.Apakah adan pnyulit alamiah lain yg mmprcepat kematian
Pemeriksaan mayat terendam dalam air
• Pd px mayat perlu ditentukan :
– Apakah korban masih hidup saat tenggelam ( intravitalitas)
– Apakah tanda2 kekerasan
– Apakah sebab kematiannya
Pemeriksaan luar jenazah :
• Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur, benda asing yg
terdapat dalam air
• Busa halus pada hidung dan mulut, kadang berdarah
• Mata setengah terbuka / tertutup, jarang terdapat perdarahan / perbendungan
• Kutis anserina pada kulit permukaan anterior terutama ekstremitas
• Washer woman’s hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput
• Cadaveric spasme
• Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan pada benda-benda
dalam air
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pemeriksaan bedah jenazah :
• Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuhan air) dalam saluran pernapasan
• Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, menutupi kandung jantung,
pd pengirisan banyak keluar cairan
• Petekie sedikit, bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli
• Paru-paru normal tenggelam di air tawar
• Otak, ginjal, hati, limpa mengalami perbendungan
• Lambung membesar, berisi air, lumpur,terdapat pula di usus halus
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan diatom
- Mayat segar jaringan paru
- Mayat yg telah membusuk jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum tulang
paha
- Pemeriksaan destruksi / digesti asam pada paru
- Positif → 4-5/LPB / 10-20/sediaan (paru) atau 1/LPB (sumsum tulang)
- Pemeriksaan getah paru
2. Pemeriksaan darah jantung
– Tenggelam di air tawar berat jenis dan kadar elektrolit darah jantung kiri lebih
rendah dari jantung kanan, tenggelam di air asin sebaliknya.
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Tanda2 reaksi vital pada kasus tenggelam
1. Tanda2 asfiksia, meskipun sering tidak jelas. Pada pleura biasanya tidak tampak
tardieu’s spot (titik perdarahan biasanya di konjungtiva, pleura, perikardium)
2. Cadaveric spasm pada kasus2 tertentu
3. Ditemukan diatome yg biasa hidup dalam air & sedikit kosmopolit, di dalam darah
jantung kiri, ginjal / sumsum tulang panjang.
4. Perdarahan di liang telinga tengah
5. Bercak paltouf di permukaan paru karena pecahnya beberapa alveoli dan kapiler
akibat desakan air dalam alveoli dan pernapasan yang dipaksakan
6. Berat jenis yg berbeda antara darah di jantung kanan dan kiri
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum. 2008. Pg 156-160.
TRAUMA KIMIA & FISIKA
Luka Akibat Bahan Kimia
• Efek korosif dari asam kuat dan basa kuat
• Asam kuat mengkoagulasikan protein luka korosif yg kering, keras
seperti kertas perkamen .
• Basa kuat membentuk reaksi penyambungan intra sel sehingga
menimbulkan luka basah, licin, dan kerusakan akan terus berlanjut sampai
dalam.
• Bentuk luka sesuai dengan mengalirnya bahan cair tersebut.
Trauma Kimia
• Semua zat kimia yg korosif menimbulkan nyeri
• Umumnya trauma kimia terjadi pada kasus bunuh diri atau kecelakaan
• Bunuh diri dengan zat kimia kemungkinannya karena korban sudah bertekad,
meminum zat banyak dan cepat
• Pembunuhan dengan zat kimia korosif jarang
KDRT PADA ANAK & PEREMPUAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA
Kekerasan dalam Rumah Tangga
(pasal 1)
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 2
• (1) Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi :
a. suami, isteri, dan anak;
b. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah
tangga;
c. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut.
• (2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c
dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama
berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
• Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual;
d. penelantaran rumah tangga.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 6,7
• Kekerasan fisik perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat.
• Kekerasan psikis perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 8,9
Kekerasan seksual 1. Setiap orang dilarang menelantarkan
a. pemaksaan hubungan seksual yang orang dalam lingkup rumah tangganya,
dilakukan terhadap orang yang menetap padahal menurut hukum yang berlaku
dalam lingkup rumah tangga tersebut; baginya atau karena persetujuan atau
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap perjanjian ia wajib memberikan
salah seorang dalam lingkup rumah kehidupan, perawatan, atau
tangganya dengan orang lain untuk pemeliharaan kepada orang tersebut.
tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu. 2. Penelantaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap
Pada pasal 53 orang yang mengakibatkan
Tindak pidana kekerasan seksual ketergantungan ekonomi dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 membatasi dan/atau melarang untuk
yang dilakukan oleh suami terhadap bekerja yang layak di dalam atau di luar
isteri atau sebaliknya merupakan delik rumah sehingga korban berada di
aduan. bawah kendali orang tersebut.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 21, 40
1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan
harus :
a. memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;
b. membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan visum et
repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan medis yang
memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti.
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di
sarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 29
Permohonan untuk memperoleh surat perintah perlindungan
dapat diajukan oleh :
a. korban atau keluarga korban;
b. teman korban;
c. kepolisian;
d. relawan pendamping;
e. pembimbing rohani.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 39
Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat memperoleh
pelayanan dari :
a. tenaga kesehatan;
b. pekerja sosial;
c. relawan pendamping;
d. pembimbing rohani.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Ketentuan pidana
Pasal 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya
korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau
denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling
banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 45
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan
atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 46 Pasal 47
Setiap orang yang melakukan Setiap orang yang memaksa orang yang
perbuatan kekerasan seksual menetap dalam rumah tangganya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 melakukan hubungan seksual
huruf a dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf b dipidana dengan pidana penjara
penjara paling lama 12 (dua belas)
paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana
tahun atau denda paling banyak Rp
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
36.000.000,00 (tiga puluh enam juta atau denda paling sedikit Rp
rupiah). 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau
denda paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 49
Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 Dipidana dengan pidana penjara paling
mengakibatkan korban mendapat luka lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
yang tidak memberi harapan akan sembuh banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
sama sekali, mengalami gangguan daya
pikir atau kejiwaan sekurangkurangnya juta rupiah), setiap orang yang : a.
selama 4 (empat) minggu terus menerus menelantarkan orang lain dalam
atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, lingkup rumah tangganya sebagaimana
gugur atau matinya janin dalam
kandungan, atau mengakibatkan tidak dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); b.
berfungsinya alat reproduksi, dipidana menelantarkan orang lain sebagaimana
dengan pidana penjara paling singkat 5 dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
(lima) tahun dan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau denda
paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah) dan denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 10 UU KDRT mmberikan hak kepada korban u/
mendapatkan:
• Perlindungan pihak
keluarga,kepolisian,kejaksaan,pengadilan,advokat,lembaga
sosial /pihak lainnya baik sementara /berdasarkan penetapan
perintah perlindungan dari pngadilan
• Pelayanan kesehatan sesuai dgn kebutuhan medis
• Penanganan scara khusus berkaitan dgn kerahasiaan korban
• Pendampingan oleh pekerja & bantuan hukum pd stiap tingkat
proses pemeriksaan sesuai dgn ketentuan peraturan perUU an
Kpd org yg mngetahui terjdinya KDRT diberi kewajiban u/ melakukan
upaya sesuai dgn batas kemampuannya untuk ( pasal 15)
o Dalam KUHP dijelaskan mngenai kejahatan seksual ( susila) dlm KUHP : setiap aktifitas
seksual yg dilakukan o/ org lain trhdp seorang perempuan tnpa consentnya
o Kejahatan seksual ini dpt dilakukan dgn pemaksaan /tnpa pemaksaan baik brupa kekerasan
fisik/ancaman kekerasan
• Kejahatan seksual dgn unsur pemaksaan fisik akan mnimbulkan
perlukaan & berakibat trauma psikologis yg dalam bagi
perempuan
o Seorang anak yg berusia blm cukup 15 tahun dianggap blm dpt mmberikan
persetujuanny ( consent) yg smpurna shingga dijadikan delik aduan
o Seorang anak yg berusia belum 12 tahun dianggap blm bisa mmberikan consent
shingga dijadikan delik biasa
• Perempuan dewasa yg blm terikat perkawinan melakukan
perbuatan seksual tnpa paksaan dgn seorang laki2 tidak
mngakibatkan ancaman pidana bagi si laki2 ,sedangankan
salah 1 /ke2nya telah mnikah dgn org lain maka mnjdi delik
aduan
• Ttp pd KUHP mengenal adanya perbuatan cabul dgn paksa yg diancam dgn pasal
289 yg dpt diterapkan pd kasu2 diatas ( kcuali pd marital rape )
• Pelaku marital rape dpt diancam dgn pasal 352,351 dll ttg pnganiayaan
Dampak Jangka Pendek
• Yg dimaksud adalah cedera fisik yg diderita oleh korban ( luka2,patah
tulang,kehilangan fungsi alat tubuh atau indera ,keguguran kandungan dll)
,gejala sisa dibidang kesehatan & psikologis ( anxietas,depresi,battered
woman ,trauma syndrome,alcohol & drug abuse dan resiko melakukan
bunuh diri) ,serta dmpak trhdp pendidikan & pertumbuhan anak trutama
bila dlm kasus KDRT
– Pd px atas korban akibat penganiayaan adalah bila didapati perlukaan bkn krn
kecelakaan ( non accidental) pd perempuan (dpt diakibatkan o/ suatu episode
kekerasan yg tunggal /berulang2 dari yg ringan hingga yg fatal )
Kekerasan Psikis
• Mnurut UU no 23 tahun 2004 tntang Penghapusan KDRT mmberikan
definisi kekerasan fisik sbg: perbuatan yg mengakibatkan
ketakutan,hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk
bertindak,rasa tidak berdaya & / penderitaan psikis berat pada seseorang.
• Kekerasan psikis dpt berupa “ tdk diberikan suasana kasih sayang pd isteri
agar terpenuhi kebutuhan emosinya “ ( pnting untuk perkembangan jiwa
seseorang)
– Dlm kekerasan psikologis atau mental ini dpt dimasukkan smua jenis tindakan yg
bersifat : verbal abuse,pelecehan ,sikap memiliki yg berlebihan,isolasi,ancaman
/berbagai bntuk lain
Mengenali perlukaan/cedera akibat kekerasan yang disengaja sbg
upaya pembuktian scara klinis
• Pengamatan dilakukan tidak hanya trhdp jenis perlukaan &
pnyebab perlukaan ,melainkan jg sikap/perilaku si korban (
perempuan) & pngantarnya ( mngkin suami /pasangan/pelakunya)
• Pusat ini melibatkan berbagai ahli ( spt dokter,perawat ,pekerja sosial,psikolog &
polisi wanita)
• Sasaran penatalaksaan para korban : rehabilitasi fisik,psikologis,sosial & yuridis
• Rehabilitasi fisik berarti mngembalikan sluruh fungsi fisiknya trmsk fungsi seksual
& reproduktifnya
• Rehabilitasi psikologis berarti mngembalikan status sosial korban ,mnghilangkan
kembali pengaruh viktimasi & stigma yg mngkin telah terjdi
• Kompensasi finansial ke dlm slh satu unsur rehabilitasi sosial
• Rehabilitasi yuridis : pnyempurnaan sluruh proses hukum bagi ( para) pelakunya
Pasal 5 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga
• Kekerasan fisik trhdp anak : kekerasan yg mngakibatkan cedera fisik nyata ataupun
potensial trhdp anak ,sbg akibat dari interaksi/tdk adanya interaksi ,yang layaknya
berada dlm kendali org tua/org dlm posisi hub tnggung jwb,kepercayaan/kekuasaan
• Org ataupun pngasuh dpt mmiliki/tdk mmiliki • Kekerasan seksual trhdp anak : pelibatan anak dlm
kegiatan seksual ( diama ia sndiri tdk spnuhnya
niat untuk mnyakiti anaknya/cedera dpt pula
memahami/tdk mampu mmberi persetujuan /oleh krn
mrupakan hasil dari hukuman disiplin yg prkmbanganny blm siap/tdk dpt mmberi persetujuan /yg
berlebihan mlanggar hukum/pantangan masy)
– Ditandai dgn : adanya aktivitas seksual antara anak
dengan org dewasa /anak lain yg baik dari usia
/perkembangannya mmiliki hub tanggung
jwb,kepercayan/kekuasaan
– Kekrasan meliputi
• Eksploitasi seksual dlm prostitusi /pornografi ,pemaksaan
anak u/ mlihat kegiatan seksual,mmperlihatkan kemaluan
kpd anak ( u/ tujuan kepuasan seksual,stimulasi
seksual,perabaan ,memaksa anak u/ pegang kemaluan
org lain,hub seks,incest,perkosaan dan sodomi
• Kekerasan Emosinal terhdp anak • Contoh :
– Kegagalan pnyediaan lingkungan yg – Pembatasan gerak
mndukung & memadai bagi – Sikap tindak yg meremehkan anak
perkembangannya ,termsk – Mburukkan /mencemarkan
ketersediaan seorang yg dpt
dijadikan figure primer ( shingga – Mngkambinghitamkan
anak dpt berkembang scara stabil & – Mngancam,menakuti,mendiskrimin
dgn pncapaian kemampuan sosial & asi ,mengejek/menetertawakan
emosional yg diharapkan) /perlakuan lain yg kasar/penolakan
– Dpt mngakibatkan : gg
kesehatan/perkembangan
fisik,mental,spiritual,moral /sosial
Penelantaran anak
• Kegagalan dalam mnyediakan segala sesuatu yg dibutuhkan u/
tumbuh kembangnya spt :
– kesehatan,pendidikan,perkembangan emosional,nutrisi,rumah ,tmpt
bernaung dan keadaan hidup yg aman didlm konteks sumber daya yg
layaknya dimiliki oleh keluarga/pngasuh dpt mngakibatkan gg
kesehatan /gg perkembangan fisik,mental,spiritual,moral dan sosial
– Delik biasa juga diberlakukan apabila si anak perempuan yg berusia 12 -15 tahun
tsb menderita luka berat/mati sbg akibatnya ( atau ternyata anak tsb adalah
anak,anak tiri,anak angkat /anak yg berada dibwh pngawasan si pelaku
• Pasal 290 KUHP : mngancam pidana bagi org yg melakukan
perbuatan cabul dgn anak yg blm berusia 15 tahun ,atau
mmbujuknya untuk melakukan /mmbiarkan dilakukannya
perbuatan cabul dgn org lain
• Memudahkan nya dilakukannya perbuatan cabul ( Pasal 295
KUHP)
• Pidana jg diberikan kpd org yg melakukan perbuatan cabul
dgn sesama jenis kelamin yg usianya belum dewasa ( pasal
292 KUHP)
b) Kekerasan Fisik
o Pasal dalam KUHP yg berkaitan dgn penganiayaan ( pasal
351,352,353,354,355 KUHP) jg berlaku bagi pnganiyaan terhdp
anak,bhakan mberinya pmberatan pidana bagi pelaku tindak
pidana pasal 351,353,354,355 ( pasal 356 KUHP)
Evaluasi medis pd kasus dugaan cedera kekerasaan fisik trhdp anak sbaliknya meliputi :
1.Riwayat cedera
2.Pemeriksaan fisik
3.Survei radiologis trhdp trauma
4.Pemeriksaan kelainan perdarahan
5.Pemotretan berwaran
6.Pemeriksaan fisik saudara kandungnya
7.Laporan medis tertulis resmi
8.Skrining perilaku
9.Skrining tumbuh kembang pd bayi dan anak pra-sklh
• Penanganan medis kasus kekerasan seksual trhdp anak meliputi 3 hal :
– Pngobatan trauma fisik dan psikologis
– Pngumpulan dan pemrosesan bukti
– penanganan dan /pencegahan kehamilan dan pnyakit hub seksual
• Pasal 108 KUHAP mmberikan hak kepada stiap orang u/ melaporkan adanya tindak
pidana ( termsuk kekerasan trhdp anak ) apabila ia mnegathuinya sbg saksi dan
mberikan kewajiban bagi pegawai negeri yg mngetahui adanya tindak pidana (trmsk
kekerasan trhdp anak) pd wktu ia mnjalankan tugasnya
Yang bertanda tangan dibawah ini dr. B, dokter IGD RS X atas permintaan Kepolisian setempat
dengan nomor surat 1234/BC/KKX/2017 tertanggal delapan desember tahun dua ribu tujuh belas
telah melakukan pemerikaan pemeriksaan fisik di ruang praktik RS X pada pukul sepuluh waktu
Indonesia Barat atas korban hidup menurut surat permintaan dengan keterangan berikut:
Nama : Nn. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : Tidak ada keterangan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Tidak ada keterangan
Pekerjaan : Tidak ada keterangan
Alamat : Tidak ada keterangan
Lanjutan VeR No: 888/AB/RSX/2017
Halaman ke 2 dari 3 halaman
Kesimpulan :
Telah diperiksa seorang perempuan pada tanggal delapan desember tahun dua ribu tujuh belas di RS
X. Pada perempuan ini ditemukannya tanda-tanda pernah hamil. Ditemukan pula tanda-tanda telah
melahirkan. Selain itu juga ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan pada lengan kiri.
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat
sumpah sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Yang bertanda tangan dibawah ini dr. B, dokter IGD RS X atas permintaan Kepolisian setempat
dengan nomor surat 1234/BC/KKX/2017 tertanggal delapan desember tahun dua ribu tujuh belas
telah melakukan pemerikaan pemerikaan autopsi di ruang autopsi RS X pada pukul sepuluh waktu
Indonesia Barat atas korban mati menurut surat permintaan dengan keterangan berikut:
Nama : -
Jenis Kelamin : laki –laki
Umur : Tidak ada keterangan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Tidak ada keterangan
Pekerjaan : Tidak ada keterangan
Alamat : Tidak ada keterangan
Lanjutan VeR No: 888/AB/RSX/2017
Halaman ke 2 dari 3 halaman
Kesimpulan :
Telah diperiksa jenazah seorang bayi laki-laki yang pada pemeriksaan luar ditemukan tali pusat yang
masih terhubung dengan ari-ari dan belum diikat dan tubuh tampak berlumuran darah dan lendir.
Penyebab kematian adalah turunnya suhu badan bayi sehingga bayi mati perlahan. Perkiraan waktu
kematian kira-kira antara ____ jam
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat
sumpah sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.