Anda di halaman 1dari 139

PEMICU 5 BLOK ETIKA

Vivian Saputra
405140126
LI
• Pembunuhan anak sendiri & aborsi (dasar hukum, pemeriksaan, kriteria, klasifikasi)
• KDRT anak & wanita (dasar hukum, pemeriksaan, kriteria, jenis kekerasan, prosedur
pemeriksaan)
• Trauma kimia & fisika (pemeriksaan)
• Mati tenggelam (mekanisme, karakteristik pada pemeriksaan karena mati
tenggelam, PP)
• Analisis kasus
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI
Pembunuhan Anak Sendiri
• Pembunuhan anak sendiri  pembunuhan bayi yg dilakukan oleh ibu
kandungnya sendiri, segera atau beberapa saat setelah dilahirkan,
karena takut diketahui bahwa ia telah melahirkan anak (pasal 341
KUHP).
• Unsur” yg terlibat : pembunuhan, oleh ibu kandung, motivasi psikis
(takut diketahui melahirkan) & waktu (baru lahir)

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Pembunuhan Anak Sendiri
PEMERIKSAAN BAYI
• Pengertian pembunuhan  harus membuktikan :
– Lahir hidup
– Kekerasan
– Sebab kematian akibat kekerasan (termasuk peracunan)

• Pengertian “baru lahir” harus ada penilaian atas :


– Cukup bulan atau belum, dan berapa usia kehamilan
– Berapa usia pasca lahir
– Layak hidup (viable) atau belum (non-viable)

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Pembunuhan Anak Sendiri
• Pengertian “takut diketahui” diasosiasikan
– Belum timbul kasih sayang ibu kepada anaknya
– Belum tampak tanda-tanda perawatan
• Adanya perawatan  telah timbul kasih sayang ibu kepada anaknya sehingga
dapat diartikan bahwa rasa takut diketahui telah melahirkan telah hilang.

• Pengertian “ibu membunuh anaknya sendiri” mengharuskan kita dapat


membuktikan apakah mayat anak yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu
yang diajukan

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Pembunuhan Anak Sendiri
• Pemeriksaan pada ibu ditujukan agar penyidik mendapat kejelasan dalam hal :
– Memang benar ibu tersebut baru melahirkan (rahim yang masih besar, keluarnya
cairan kemerahan dari vagina,dan tanda-tanda ibu masih masa nifas)
– Adanya barang bukti yang bisa dikaitkan atau ada hubungan dengan barang bukti
yang didapat pada tubuh korban

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Lahir hidup atau lahir mati
• Lahir hidup  bila setelah dilahirkan menunjukan tanda-tanda kehidupan (reflex,
denyut jantung/nadi dan bernafas).

• Lahir mati (still-birth) bila tidak menunjukan tanda kehidupan pada waktu lahir.

• Dead born bila kematian telah terjadi di dalam Rahim (IUFD)

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Tanda lahir hidup secara umum
• Pada anamnesis saksi : pernah menangis dan bernafas atau tidak.

• Pada pemeriksaan mayat anak :


1. Dada telah mengembang
2. Diafragma telah turun ke sela iga 4 – 5 atau 5 – 6
3. Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan akibat semakin padatnya
vaskularisasi paru (paru lahir mati 1/70 berat badan )
4. Gambaran paru mozaik (bercak merah tidak homogen pada dasar merah
tua) atau gambaran seperti marmer
5. Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons
Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum
Pada pemeriksaan mayat anak
6. Uji apung paru positif
7. Uji apung usus (Berslau’s second life test) positif
8. Garis neonatal pada enamel yang anekuivokal
9. Saliva atau air susu dalam saluran cerna distal dari lambung
10. Histopatologik : Gambaran atelectasis dan emfisema yang bercampur
karena pengembangan paru yang tidak homogen dan perangai dindin
alveoli – septum intercapsular yang khas. Adanya membrane hialin
menunjukkan lahir hidup.

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Pada pemeriksaan mayat anak
• Lahir mati menunjukkan tanda-tanda sebaliknya.
• Bila kematian sudah cukup lama didalam lahir (7-10 hari)  tanda tanda
maserasi (kulit kemerahan, kulit ari mudah terkelupas, sendi-sendi lunak
sehingga hiperekstensi) dsb.

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


UJI APUNG PARU
• Hasil baik bila belum ada pembusukan
• Uji pengapungan mulai dilakukan pada alat dalam leher (diikat dulu) dan alat dalam
dada
• Berturut - turut diuji apung : kedua paru dipisahkan dari trakea, tiap lobus paru, dan
kemudian dipotong kecil - tipis jaringan perifer paru
• Bila potongan kecil – tipis mengapung diletakan dalam karton lalu diinjak tanpa
diputar dan dimasukan kedalam air lagi.
• Tujuan diinjak untuk mengeluarkan udara/gas selain residu udara.
UJI APUNG PARU
• Volume residu hanya keluar bila alveoli rusak.
• Tetap terapung berarti terdapat udara volume residu atau dikatakan sebagai uji apung paru positif
o Positif : pernah bernafas = lahir hidup
o Negatif :
o Mungkin belum pernah bernafas = lahir mati
o sudah bernapas:
resorbsi pd asfiksia / apnoe lama
pneumonia lobari
Segera tenggelam pd kelahiran
pembusukan lanjut
• Pemeriksaan Mikroskopis HARUS dilakukan untuk menarik kesimpulan akhir dengan benar terutama
bila hasil negatif
Kekerasan dan sebab kematian
• Asfiksia mekanik : pencekikan, penjeratan, pembekapan, dam
penyumbatan  paling sering
• Kekerasan menggunakan bahan lunak (bantal, kain)
• kekerasan tumpul pada kepala  harus dibedakan dgn cedera kepala
akibat trauma lahir pada partus lama atau partus presipitatus.
• kekerasan tajam pada leher atau dada

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Bayi cukup bulan atau belum cukup bulan
• USIA KANDUNGAN > 36 MINGGU / aterm
Anak cukup bulan jika :
– Berat badan > 2500 gram
– Panjang Badan Kepala-Tumit > 48 cm
– Lingkar kepala Oksipito-frontal > 34 cm
– Diameter puting susu 7 mm
– Terdapat pusat penulangan epifisis di distal femur dan proksimal tibia (radiologi /
pemeriksaan langsung pada tulang)
– Diameter dada (antero-posterior) 8 cm – 9 cm
– Diameter perut (antero-posterior) 7 cm – 8 cm
– Lingkar dada 30 cm – 33 cm
– Lingkar perut 28 cm – 30 cm

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Bayi cukup bulan atau belum cukup bulan
• Anak cukup bulan jika :
– Lanugo tinggal sedikit
– Kuku jari tangan sudah panjang melampaui jari, ujung distalnya tegas dan relatif
keras ( pd bayi yg matur)
– Daun telinga telah cukup kaku
– Daktilografi telah jelas
– Bayi laki – laki matur : Testis sudah turun sempurna pd dasar skrotum dan rugae
pada kulit skrotum sudah lengkap
– Bayi perempuan matur : Labia minor sudah tertutup dengan baik oleh labia
mayor

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


CARA PRAKTIS MENENTUKAN USIA KEHAMILAN

• Menggunakan Rumus Haase :


USIA KEHAMILAN 1 – 5 BULAN : Panjang tubuh = bulan kuadrat
USIA KEHAMILAN LEBIH 5 BULAN : Panjang tubuh = bulan X 5 cm

Contoh :
– Anak dengan panjang tubuh 35 cm mempunyai usia kehamilan adalah 35 : 5 =
7 bulan atau dituliskan 28 minggu
– Anak dengan panjang tubuh 16 cm mempunyai usia kehamilan adalah akar dari
16 = 4 bulan atau dituliskan 16 minggu

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


USIA PASCA LAHIR
diperkirakan dari:
1. Udara dalam saluran pencernaan 3. Perubahan tali pusat:
dapat diperkirakan : a. Kemerahan di pangkal  36 jam
a. di Lambung berati Baru Lahir, tapi b. Kering  2-3 hari
blm tentu lahir hidup. c. Puput  6-8 hari bahkan sampai
b. di Doudenum lebih dari 2 jam. 20 hari
c. di Usus Halus 6 – 12 jam. d. Bila sembuh  15 hari
d. di Usus Besar 12 – 24 jam. e. Bila a/v umbilikalis menutup  2
2. Bila mekonium telah keluar hari
seluruhnya berati telah 24 jam atau f. Pemeriksaan mikroskopis pangkal
lebih. tali pusat dgn interpretasi speti
pada proses penyembuhan luka

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


USIA PASCA LAHIR
4. Duktus arteriosus menutup : 3-4 minggu
5. Duktus venosus menutup : > 4 minggu
6. SDM berinti hilang : > 24 jam

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Viable atau non- viable
• Viable  keadaan bayi/ janin yg dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya.
• Kriteria viable :
– Umur kehamilan >28 minggu
– Panjang badan (kepala-tumit) >35 cm
– Panjang badan (kepala-tungging)>23 cm
– BB >1000 gram
– LK >32 cm
– Tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


TANDA – TANDA PERAWATAN
1. Tali pusat terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan verban
(bisa hilang sblm diperiksa).
2. Jalan nafas bebas.
3. Vernix kaseosa tidak ada lagi.
4. Berpakaian.
5. Air susu di dalam saluran cerna.

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


HUBUNGAN IBU DENGAN ANAK
• UPAYA PEMBUKTIAN SEORANG TERSANGKA IBU SEBAGAI IBU DARI ANAK YANG KITA
PERIKSA ADALAH SUATU HAL YANG PALING SUKAR
• Ada beberapa cara dapat kita gunakan :
1. Mencocokan waktu partus ibu dan waktu lahir anak
2. Mencari data antrophologi yang khas pada ibu dan anak
3. Memeriksa golongan darah ibu dan anak
4. Sidik jari DNA

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Mayat Bayi
• Bayi hasil aborsi
• Bayi korban pembunuhan anak sendiri
• Bayi korban pembunuhan
• Bayi korban penganiayaan
• Bayi lahir mati, dibuang
• Penelantaran anak yang baru lahir

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


• KUHP tentang pembunuhan anak sendiri mengatur hal-hal tersebut sebagai berikut:
• Pasal 341 : Seorang ibu karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7
tahun.

• Pasal 342 : Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9
tahun.

• Pasal 343 : Kejahatan yang diterangkan dalam pasai 34l dan 342 dipandang bagi
orang lain yang turut serta melakukan sebagi pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum
3 FAKTOR PENTING
• IBU
– Hanya ibu kandung yang dapat dihukum
– Tidak dipersoalkan apakah dia kawin atau tidak
– Orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana dengan hukuman yang lebih berat
– Pasal 388 tanpa rencana penjara 15 tahun
– Pasal 339 dan 340 dengan rencana penjara 20 tahun, seumur hidup/hukuman
mati

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


• WAKTU
– “Pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”
– Dianggap pada saat belom timbul rasa kasih sayang seorang ibu
terhadap anaknnya

• PSIKIS
– Karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang telah
melahirkan anak itu
– Biasannya anak dari hubungan yang tidak sah

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


• Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya
• Misalnya tempat sampah, got, sungai dan sebagainya
• Maka bayi tersebut mungkin adalah :
– Korban pembunuhan anak sendiri ( pasal 341, 342)
– Pembunuhan ( pasal 338, 339, 340, 343 )
– Lahir mati kemudian dibuang ( pasal 181 )
– Bayi yang ditelantarkan sampai mati ( pasal 308 )

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


• Pasal 181 : Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau
kelahirannya, diancam dengan pidana penjara selama 9 bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

• Pasal 308 : Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran
anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan
atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka
maksimum pidana tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.

Peranan iImu Forensik dalam


Penegakan Hukum
• Pasal 305 : barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum tujuh tahun
untuk ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan maksud untuk melepaskan diri
daripadanya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan

• Pasal 306 :
– (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7
tahun 6 bulan
– (2) Jika mengakibatkan kematian, pindana penjara paling lama 9 tahun

Peranan iImu Forensik dalam


Penegakan Hukum
ABORSI
Pengguguran Kandungan
• Menghentikan kehamilan atau mematikanjanin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat usia kandungannya.
• Kedokteran : berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
• Menurut kedokteran:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus :
• Abortus provokatus terapeutikus  2 macam indikasi : indikasi ibu
(kepentingan medik si wanita hamil) dan indikasi anak (kepentingan medik si
janin)
• Abortus provokatus kriminalis  menurut HUKUM

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Mengenali Tindakan Abortus Provokatus
• Abortus provokatus yg dilakukan dgn berbagai cara mengandung resiko
kesehatan bagi ibu atau janin.
– Kekerasan mekanik lokal
• Dari luar  yg dapat dilakukan oleh si ibu atau orang lain
• Dari dalam  dgn melakukan maipulasi vagina atau uterus.
• Obat/zat tertentu  racun umum yg digunakan dgn harapan agar janin
mati tapi si ibu cukup kuat untuk selamat.

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Kekerasan Mekanik Lokal
Dari Luar Dari dalam
• Gerakan fisik berlebihan, • Penyemprotan air sabun/air panas
• Jatuh, pada porsio
• Pemijatan/pengurutan perut bagian • Aplikasi asam arsenik, kalium
bawah, permanganat pekat, iodium tinktur
• Kekerasan langsung pada perut atau • Pemasangan laminaria stift atau
uterus, kateter ke dalam serviks
• Pengaliran listrik pada uterus • Manipulasi serviks dg jari
• Pemecahan selaput amnion

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Obat/zat Tertentu
• Bahan tumbuhan yg mengandung minyak eter tnt yg merangsang saluran cerna
hingga tjd kolik abdomen,
• Jamu perangsang kontraksi uterus
• Hormon wanita yg merangsang kontraksi uterus mll hiperemi mukosa uterus

• Jamu peluntur, nanas muda, bubur beras dicampur dg lada hitam


• Garam logam berat, laksans, strichin, prostigmin, pilokarpin, dikumarol, kina,dll
• Kina/menolisin + ekstrak hipofisis  sangat efektif
• Sitostatika (aminopterin)  juga dikenal sebagai abortivum.

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Komplikasi
• Perdarahan
• Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik  kematian yg mendadak
• Emboli udara pd teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus
Jumlah 70-100ml mematikan dg segera
• Inhibisi vagus  tindakan abortus tanpa anestesi.
Akbat alat atau suntikan secara mendadak dg cairan yg terlalu
panas/dingin
• Keracunan obat/zat abortivum  Met-Hb, px histologik dan toksikologik
• Infeksi dan sepsis
• Lain2 : tersengat arus listrik

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Pemeriksaan Korban Abortus
• Tanda Kehamilan : perubahan pd payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dsb
• Usaha penghentian kehamilan : tanda kekerasan pd genitalia interna/eksterna,
daerah perut bgn bawah
• Pemeriksaan toksikologik
• Pemeriksaan thd hasil usaha penghentian kehamilan
• Pemeriksaan mikroskopik thd sisa2 jaringan; sel trofoblas; PMN
• Pembedahan jenazah

Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Hukum yang Mengancam
• KUHP pasal 346
Wanita yang sengaja mengugurkan kandungannya atau menyuruh orang lain
melakukannya (max 4 thn)

• KUHP pasal 347


Seseorang yang mengugurkan kandungan wanita tanpa seizinya (max 12 thn, bila wanita
tsb mati  max 15 thn)

• KUHP pasal 348


Seseorang yang mengugurkan kandungan wanita dengan izin wanita tsb (max 5 thn 6 bln,
bila wanita tsb meninggal  max 7 thn)

• KUHP pasal 349


Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan diatas (+1/3 dan pencabutan hak
pekerjaannya) Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum
• KUHP pasal 283
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak di
bawah usia 17thn/di bawah umur (max 9 bln)

• KUHP pasal 299


Barangsiapa menganjurkan/ merawat/ memberi obat kepada seorang wanita
dengan memberi harapan agar gugur kandungannya (max 4 thn)

• KUHP pasal 535


Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat/cara menggugurkan kandungan
(max 3 bln)

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Pasal 15 UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
“dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.”
• Syarat2:
– Berdasarkan indikasi medis
– o/ tenaga kesehatan
– Pertimbangan tim ahli
– Persetujuan si wanita hamil dan/atau suaminya/keluarganya
– Pada sarana kesehatan
• Bagi pelanggarnya  pasal 80 : max penjara 15 tahun, denda max 500 juta
rupiah

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Abortus Provokatus sebagai Crime Without Victim
• Kejahatan yang memang tidak ada korbannya atau pelaku
kejahatan juga merupakan korbannya.
• 3 jenis kejahatan tersebut yang utama : homoseksualitas,
aborsi dan penyalahgunaan obat.

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Abortus Provokatus sebagai Ungkapan Moral
Pro Life Pro Choice
• Menghormati kehidupan sejak • Janin bukanlah manusia sebelum ia
terjadinya konsepsi dilahirkan
• Aborsi  pembunuhan • Wanita mempunyai hak untuk
• Titik konsepsi melakukan apa saja yang ia mau
terhadap tubuhnya.
• Titik kelahiran

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


Kendala Penanggulangan
• Faktor Victimless
– Tidak ada orang yg merasa sebagai korban mengakibatkan tidak ada orang yang menjadi pelapor
kepada aparat penegak hukum. (wanita pelaku, calo yg menunjukkan aborsi, pelaku aborsi, para
pembantu tidak merasa dirugikan)
• Faktor Ekonomi
– Aborsi dianggap sebagai demand di dalam masyarakat, dlm sudut pandang ekonomi  peluang
bisnis.
– Mereka yg terlibat di dalamnya menganggap hal ini sebagai bisnis yang profitable.
• Faktor Profesi
– Pelaku aborsi (aliran pro-choice)  berkoordinasi dan saling membantu dlm melaksanakan
bisnisnya & dlm melakukan defence.
• Faktor Masyarakat
– Masyarakat modern cenderung individualistis  Tidak turut campur masalah orang lain
– Meski tau ada pelaku & wanita yg diaborsi
– Masyarakat modern juga cenderung membutuhkan aborsi

Peranan iImu Forensik dalam Penegakan Hukum


MATI TENGGELAM
Asfiksia Traumatik
• Dinding toraks terfiksasi shingga inspirasi O2 walaupun tdk ada
gangguan jalan nafas,tdk bsa sama skali
• Tenggelam :
– Drowning  masuknya cairan yg cukup banyak dalam saluran nafas/paru
– Immersion  seluruh tubuh masuk ke dlm air ( dlm hal ini sbab kematian
tdk selalu tenggelam ,ttp bisa melalui reflek vagal & spasme laring yg
mmberikan gambaran dry drowning )(tdk ada jejak air dlm saluran nafas)
• Sebab kematian demam dpt jg ditemukan pd org yg tdk terendam
air ,tp hanya kemasukan air dlm saluran nafas (cth : org dipaksa
bernafas dlm air)
• Pd mayat yg terendam dlm air ,dit 2 unsur yaitu : kontak dgn air dan masuknya
air ke dlm saluran nafas.
• Kontak lama tubuh dgn air mngakibatkan : tanda2 basah,kutis anserina ( kulit
berbintik2 mnonjol spt kulit angsa),ujung jari berkeriput ( washer women’s hand)
ciri ini bukan mrupakan petunjuk mati tenggelam

• Inhalasi air ( drowning ) asfiksia bila jmlh air sedikit /mnyebabkan


hemodilusi /hemokonsentrasi bila jmlh >> terinhalasi
– Sumbatan mngakibatkan prnafasan yg dipaksakan dan sekresi bronkus yg ber>> busa
halus berwarna putih /kemerahan

• Kematian dpt terjdi melalui :


– Asfiksia
– Gagal jantung akut/fibrilasi jantung ( pd tenggelam air tawar )
– Edema paru ( pd tenggelam di air laut/air asin)
ASFIKSIA TRAUMATIK
• Terjadi karena penekanan dari luar pada dinding dada yg menyebabkan dada
terfiksasi dan menimbulkan gangguan gerak penapasan
• Mekanisme kematian dpt diakibatkan oleh kegagalan pernapasan dan sirkulasi
• Pada mayat ditemukan sianosis dan bendungan hebat
• Perbendungan pada muka menyebabkan muka membengkak dan penuh dengan
petekie, edema konjungtiva dan perdarahan subkonjungtiva.
• Petekie terdapat pula pada leher, bokong dan kaki

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
TENGGELAM (drowning)
• Kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan kedalam saluran
pernapasan
• Istilah drowning :
1. Wet drowning
 cairan masuk kedalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam
2. Dry drowning
 cairan tidak masuk kedalam saluran pernapasan akibat spasme laring
3. Secondary drowning
 terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat dari dalam
air dan korban meninggal akibat komplikasi
4. Immersion syndrome
 korban tiba” meninggal setelah tenggelam dlm air dingin akibat refleks vagal.
Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Tenggelam dalam air tawar
• Terjadi absorpsi cairan masif
• Konsentrasi elektrolit air tawar lebih rendah  air masuk ke dalam aliran
darah sekitar alveoli  hemodilusi darah pecahnya sel darah merah (
hemolisis)

• Tubuh mengkompensasi dengan melepaskan K+ dari serabut otot jantung


sehingga kadar dalam plasma meningkat  perubahan keseimbangan K+ dan
Ca++ dalam serabut otot jantung  fibrilasi ventrikel dan ↓ tekanan darah 
anoksia otak  kematian (5 menit)

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Tenggelam dalam air asin :
• Konsentrasi elektrolit air asin lebih tinggi  air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal
ke dalam jaringan interstisial paru  edema pulmoner, hemokonsentrasi,
hipovolemi dan ↑ kadar Mg dalam darah  sirkulasi menjadi lambat  payah
jantung  kematian (8-9 menit)

Mekanisme kematian pada korban tenggelam :


1. Asfiksia akibat spasme laring
2. Asfiksia karena gagging dan choking
3. Refleks vagal
4. Fibrilasi ventrikel (air tawar)
5. Edema pulmo (air asin)

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pemeriksaan Mayat
1. Menentukan identitas korban
2. Apakah korban masih hidup sblm tenggelam
– Jika mayat masih segar,u/ tentuin apakah korban masih hidup/sdh
mninggal saat tenggelam dpt dik dari ?
• u/ mnntukan apakah org masih hidup wktu tenggelam : px diatom
• u/ mmbantu mnntukan diagnosis ,dpt dibandingkan kadar elektrolit Mg darah dari
bilik jantung kiri & kanan
• Benda asing dlm paru & saluran pernafasan
• Pada mayat yg segar ,adanya air dlm lambung & alveoli yg scara fisik & kimia sifatnya
sama dgn air tempt korban tnggelam mpnyai nilai bermakna
• Dpt dit kadar alkohol tinggi ( menandakan bhwa korban sdg dlm keracunan alkohol
pd saat msuk ke dlm air )
Pemeriksaan Mayat
3.Penyebab kematian yg sbenarnya & jenis drowning
4.Faktor2 yang berperan pd proses kematian
- Misal nya kekerasan ,alkohol/obat2 dpt dit pd px luar atau
melalui bedah jenazah
5.TKP tenggelam
6.Apakah adan pnyulit alamiah lain yg mmprcepat kematian
Pemeriksaan mayat terendam dalam air
• Pd px mayat perlu ditentukan :
– Apakah korban masih hidup saat tenggelam ( intravitalitas)
– Apakah tanda2 kekerasan
– Apakah sebab kematiannya
Pemeriksaan luar jenazah :
• Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur, benda asing yg
terdapat dalam air
• Busa halus pada hidung dan mulut, kadang berdarah
• Mata setengah terbuka / tertutup, jarang terdapat perdarahan / perbendungan
• Kutis anserina pada kulit permukaan anterior terutama ekstremitas
• Washer woman’s hand, telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan berkeriput
• Cadaveric spasme
• Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, dan kaki akibat gesekan pada benda-benda
dalam air

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pemeriksaan bedah jenazah :
• Busa halus dan benda asing (pasir, tumbuhan air) dalam saluran pernapasan
• Paru-paru membesar seperti balon, lebih berat, menutupi kandung jantung,
pd pengirisan banyak keluar cairan
• Petekie sedikit, bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli
• Paru-paru normal  tenggelam di air tawar
• Otak, ginjal, hati, limpa mengalami perbendungan
• Lambung membesar, berisi air, lumpur,terdapat pula di usus halus

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan diatom
- Mayat segar  jaringan paru
- Mayat yg telah membusuk jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum tulang
paha
- Pemeriksaan destruksi / digesti asam pada paru
- Positif → 4-5/LPB / 10-20/sediaan (paru) atau 1/LPB (sumsum tulang)
- Pemeriksaan getah paru
2. Pemeriksaan darah jantung
– Tenggelam di air tawar  berat jenis dan kadar elektrolit darah jantung kiri lebih
rendah dari jantung kanan, tenggelam di air asin sebaliknya.

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Tanda2 reaksi vital pada kasus tenggelam
1. Tanda2 asfiksia, meskipun sering tidak jelas. Pada pleura biasanya tidak tampak
tardieu’s spot (titik perdarahan  biasanya di konjungtiva, pleura, perikardium)
2. Cadaveric spasm pada kasus2 tertentu
3. Ditemukan diatome yg biasa hidup dalam air & sedikit kosmopolit, di dalam darah
jantung kiri, ginjal / sumsum tulang panjang.
4. Perdarahan di liang telinga tengah
5. Bercak paltouf di permukaan paru karena pecahnya beberapa alveoli dan kapiler
akibat desakan air dalam alveoli dan pernapasan yang dipaksakan
6. Berat jenis yg berbeda antara darah di jantung kanan dan kiri

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum. 2008. Pg 156-160.
TRAUMA KIMIA & FISIKA
Luka Akibat Bahan Kimia
• Efek korosif dari asam kuat dan basa kuat
• Asam kuat  mengkoagulasikan protein  luka korosif yg kering, keras
seperti kertas perkamen .
• Basa kuat  membentuk reaksi penyambungan intra sel sehingga
menimbulkan luka basah, licin, dan kerusakan akan terus berlanjut sampai
dalam.
• Bentuk luka sesuai dengan mengalirnya bahan cair tersebut.
Trauma Kimia
• Semua zat kimia yg korosif  menimbulkan nyeri
• Umumnya trauma kimia terjadi pada kasus bunuh diri atau kecelakaan
• Bunuh diri dengan zat kimia kemungkinannya karena korban sudah bertekad,
meminum zat banyak dan cepat
• Pembunuhan dengan zat kimia korosif  jarang
KDRT PADA ANAK & PEREMPUAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA
Kekerasan dalam Rumah Tangga
(pasal 1)
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 2
• (1) Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi :
a. suami, isteri, dan anak;
b. orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah
tangga;
c. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut.
• (2) Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf c
dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama
berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
• Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual;
d. penelantaran rumah tangga.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 6,7
• Kekerasan fisik perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,
atau luka berat.
• Kekerasan psikis perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 8,9
Kekerasan seksual 1. Setiap orang dilarang menelantarkan
a. pemaksaan hubungan seksual yang orang dalam lingkup rumah tangganya,
dilakukan terhadap orang yang menetap padahal menurut hukum yang berlaku
dalam lingkup rumah tangga tersebut; baginya atau karena persetujuan atau
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap perjanjian ia wajib memberikan
salah seorang dalam lingkup rumah kehidupan, perawatan, atau
tangganya dengan orang lain untuk pemeliharaan kepada orang tersebut.
tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu. 2. Penelantaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap
Pada pasal 53 orang yang mengakibatkan
Tindak pidana kekerasan seksual ketergantungan ekonomi dengan cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 membatasi dan/atau melarang untuk
yang dilakukan oleh suami terhadap bekerja yang layak di dalam atau di luar
isteri atau sebaliknya merupakan delik rumah sehingga korban berada di
aduan. bawah kendali orang tersebut.
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 21, 40
1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan
harus :
a. memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;
b. membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan visum et
repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan medis yang
memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti.
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di
sarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.

Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajib


memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 29
Permohonan untuk memperoleh surat perintah perlindungan
dapat diajukan oleh :
a. korban atau keluarga korban;
b. teman korban;
c. kepolisian;
d. relawan pendamping;
e. pembimbing rohani.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 39
Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat memperoleh
pelayanan dari :
a. tenaga kesehatan;
b. pekerja sosial;
c. relawan pendamping;
d. pembimbing rohani.

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Ketentuan pidana
Pasal 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya
korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau
denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling
banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 45
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan
atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 46 Pasal 47
Setiap orang yang melakukan Setiap orang yang memaksa orang yang
perbuatan kekerasan seksual menetap dalam rumah tangganya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 melakukan hubungan seksual
huruf a dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf b dipidana dengan pidana penjara
penjara paling lama 12 (dua belas)
paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana
tahun atau denda paling banyak Rp
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
36.000.000,00 (tiga puluh enam juta atau denda paling sedikit Rp
rupiah). 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau
denda paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 49
Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 Dipidana dengan pidana penjara paling
mengakibatkan korban mendapat luka lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
yang tidak memberi harapan akan sembuh banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
sama sekali, mengalami gangguan daya
pikir atau kejiwaan sekurangkurangnya juta rupiah), setiap orang yang : a.
selama 4 (empat) minggu terus menerus menelantarkan orang lain dalam
atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, lingkup rumah tangganya sebagaimana
gugur atau matinya janin dalam
kandungan, atau mengakibatkan tidak dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); b.
berfungsinya alat reproduksi, dipidana menelantarkan orang lain sebagaimana
dengan pidana penjara paling singkat 5 dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
(lima) tahun dan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun atau denda
paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah) dan denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

http://www.depkop.go.id/uploads/media/03
Pasal 10 UU KDRT mmberikan hak kepada korban u/
mendapatkan:
• Perlindungan pihak
keluarga,kepolisian,kejaksaan,pengadilan,advokat,lembaga
sosial /pihak lainnya baik sementara /berdasarkan penetapan
perintah perlindungan dari pngadilan
• Pelayanan kesehatan sesuai dgn kebutuhan medis
• Penanganan scara khusus berkaitan dgn kerahasiaan korban
• Pendampingan oleh pekerja & bantuan hukum pd stiap tingkat
proses pemeriksaan sesuai dgn ketentuan peraturan perUU an
Kpd org yg mngetahui terjdinya KDRT diberi kewajiban u/ melakukan
upaya sesuai dgn batas kemampuannya untuk ( pasal 15)

• Mencegah berlangsungnya tindak pidana


• Memberikan perlindungan kepd korban
• Memberikan pertolongan darurat
• Mmbantu proses pengajuan permohonan penetapan
perlindungan
Jenis kekerasan terhadap perempuan
• Trdp 2 jenis kekerasan yg spesifik terhdp perempuan,baik sbg jenis kelamin
maupun sgb gender :
a) Kekerasan dlm keluarga ( domestic violence,intimate partner violence)
o Mnurut ahli ,kekerasan dlm keluarga yaitu : “ pola perilaku yg bersifat
mnyerang/memaksa yg mnciptakan ancaman /mencederai scara fisik yg
dilakukan o/ pasangannya /mantan pasangannya
o Perempuan yg mngalami kekerasan dari pasangannya seringkali tdk mau
melapor krn malu pd lingkungannya & takut akan kekerasan lanjutan sbg akibat
dari pelaporannya
o Pelaku laki2 dpt mmprtahankan kekuasannya atas perempuan dgn
mnggunakan intimidasi,isolasi ,penekanan emosi,pengendalian ekonomi dan
ancaman kekerasan
Jenis kekerasan trhdp perempuan
• Bagi dokter diberikan bbrp ptunjuk ,untuk dpt mengenali
kemungkinan adanya kekerasan dlm keluarga :
– Spt perilaku pasangannya di ruang praktek
– Sikap diam pasien
– Keterlambatan mncari pertolongan
– Trauma berulang
– Riwayat kejadian tidak sesuai dgn temuan luka/cedera
– Adanya gejala depresi
– Trauma yg bukan accidental
– Pnyalahgunaan alkohol/obat
Jenis kekerasan
b) Kekerasan Seksual
o Kekerasan seksual adalah stiap pnyerangan yg bersifat seksual trhdp perempuan,baik telah
terjdi persetubuhan /tidak & tanpa mmperdulikan hubungan antara pelaku dgn korban
o Pasal 8 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT membrikan batasan ttg
kekerasan seksual berikut :
o Pemaksaan hub seksual yg dilakukan trhdp org yg menetap dlm lingkup rumah tangga tsb
o Pemaksaan hub seksual trhdp slh seorang dlm lingkup rumah tanggannya dgn orang lain untuk
tujuan komersial &/tujuan tertentu

o Dalam KUHP dijelaskan mngenai kejahatan seksual ( susila) dlm KUHP : setiap aktifitas
seksual yg dilakukan o/ org lain trhdp seorang perempuan tnpa consentnya
o Kejahatan seksual ini dpt dilakukan dgn pemaksaan /tnpa pemaksaan baik brupa kekerasan
fisik/ancaman kekerasan
• Kejahatan seksual dgn unsur pemaksaan fisik akan mnimbulkan
perlukaan & berakibat trauma psikologis yg dalam bagi
perempuan

• Pelanggaran seksual tnpa pemaksaan fisik,meskipun tdk


mngakibatkan trauma fisik namun dpt mngakibatkan dmpak
psikologis di kemudain hari ( trutama bila dilakukan trhdp anak
perempuan)
Jenis Kekerasan
c) Kejahatan seksual tanpa unsur pemaksaan
o Kejahatan seksual tnpa unsur pemaksaan dilakukan dgn bujukan/tindakan
lain dgn cara :
o mengakali korban yg umumnya terjdi pada anak2 yg terjdi krn sgala keterbatasan
pengalaman & penalarannya blm dpt mmberikan keputusan /persetujuannya
scara smpurna ,shingga dianggap persetujuan yg diberikan o/ anak dgn usia
trtntu tdk dianggap persetujuan yg sah.

o Seorang anak yg berusia blm cukup 15 tahun dianggap blm dpt mmberikan
persetujuanny ( consent) yg smpurna shingga dijadikan delik aduan
o Seorang anak yg berusia belum 12 tahun dianggap blm bisa mmberikan consent
shingga dijadikan delik biasa
• Perempuan dewasa yg blm terikat perkawinan melakukan
perbuatan seksual tnpa paksaan dgn seorang laki2 tidak
mngakibatkan ancaman pidana bagi si laki2 ,sedangankan
salah 1 /ke2nya telah mnikah dgn org lain maka mnjdi delik
aduan

• UU no 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak mngancam


pidana bagi setiap kekerasan seksual trhdp anak &
mendefinisikan “ anak “ hingga usia sblm 18 tahun
Jenis kekerasan
d) Kejahatan seksual dengan unsur pemaksaan
-kejahatan seksual dgn unsur pemaksaan ini diberi terminologi khusus yaitu
perkosaan
• Delik ini telah diatur dlm pasal 285 KUHP yg antara lain hrs mmenuhi unsur
adanya kekerasan/ancaman kekerasan ,adanya persetubuhan ,dan korban adalah
perempuan yg bukan isterinya.
• Perbuatan pemaksaan persetubuhan oral/anal /perbuatan paksa memasukkan
sesuatu yg bukan penis ke dlm vagina/anal /pemaksaan persetubuhan trhdp
istrinya sndiri tdk termsk ke dlm terminologi perkosaan

• Ttp pd KUHP mengenal adanya perbuatan cabul dgn paksa yg diancam dgn pasal
289 yg dpt diterapkan pd kasu2 diatas ( kcuali pd marital rape )
• Pelaku marital rape dpt diancam dgn pasal 352,351 dll ttg pnganiayaan
Dampak Jangka Pendek
• Yg dimaksud adalah cedera fisik yg diderita oleh korban ( luka2,patah
tulang,kehilangan fungsi alat tubuh atau indera ,keguguran kandungan dll)
,gejala sisa dibidang kesehatan & psikologis ( anxietas,depresi,battered
woman ,trauma syndrome,alcohol & drug abuse dan resiko melakukan
bunuh diri) ,serta dmpak trhdp pendidikan & pertumbuhan anak trutama
bila dlm kasus KDRT

• Dampak jangka panjang dpt terjdi berupa :


– ketidakharmonisan keluarga yg berakibat kepd trganggunya pertumbuhan &
perkembangan anak,child abuse “ cycle of violence” ,gangguan perkembangan
mental & perilaku seksual
Dampak kekerasan jangka panjang
• Bnyak penelitian yg mmbuktikan bahwa anak2 yg tumbuh dri
keluarga yg biasa dgn kekerasan trhdp permpuan/jg trhdp anak
akan melakukan perbuatan yg sama pd saat mreka mnjdi dewasa
& berumah tngga sendiri

• Mnurut Fisher,mnyatakan bahwa:


– adanya pertengkeran dan kekerasan yg dilakukan org tuanya slama ia
kanak2 mrupakan prediksi yg bermakna untuk timbulnya kejahatan trhdp
org pd saat ia dewasa ( spt penyerangan ,percobaan
perkosaan,perkosaan,percobaan permbunuhan ,pnculikan dan
pmbunuhan)
Kekerasan Fisik

• UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT mmberikan pengertian


kekerasan fisik sbg perbuatan yg mngakibatkan rasa sakit ,jatuh sakit /luka
berat ( pasal 6)

• Kekerasan fisik trhdp perempuan dpt berupa :


dorongan,cubitan,tendangan,jambakan,pukulan ,cekikan ,bekapan ,luka
bakar ,pemukulan dgn alat pemukulan ,kekerasan tajam,siraman zat kimia/air
panas ,menenggalamkan dan tembakan.
– Dpt diikuti dgn kekerasan seksual ,baik berupa serangan ke alat2 seksual ( payudara
& kemaluan ) maupun persetubuhan paksa ( pemerkosaan)

– Pd px atas korban akibat penganiayaan adalah bila didapati perlukaan bkn krn
kecelakaan ( non accidental) pd perempuan (dpt diakibatkan o/ suatu episode
kekerasan yg tunggal /berulang2 dari yg ringan hingga yg fatal )
Kekerasan Psikis
• Mnurut UU no 23 tahun 2004 tntang Penghapusan KDRT mmberikan
definisi kekerasan fisik sbg: perbuatan yg mengakibatkan
ketakutan,hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk
bertindak,rasa tidak berdaya & / penderitaan psikis berat pada seseorang.

• Kekerasan psikis dpt berupa “ tdk diberikan suasana kasih sayang pd isteri
agar terpenuhi kebutuhan emosinya “ ( pnting untuk perkembangan jiwa
seseorang)
– Dlm kekerasan psikologis atau mental ini dpt dimasukkan smua jenis tindakan yg
bersifat : verbal abuse,pelecehan ,sikap memiliki yg berlebihan,isolasi,ancaman
/berbagai bntuk lain
Mengenali perlukaan/cedera akibat kekerasan yang disengaja sbg
upaya pembuktian scara klinis
• Pengamatan dilakukan tidak hanya trhdp jenis perlukaan &
pnyebab perlukaan ,melainkan jg sikap/perilaku si korban (
perempuan) & pngantarnya ( mngkin suami /pasangan/pelakunya)

• Suami/pasangan ketika mmbawa isterinya berobat dpt mnujukaan


sikap yg krg wajar( spt tmpak ragu,khawatir berlebihan /suatu luka
kecil,penjelasan ttg peristiwa yg tdk mnjelaskan /jg acuh tak acuh
pd perukaan isterinya)

• Suami /pasangan yg mnganiaya dpt jg mncb menerangkan bhwa


luka itu akibat kesalahan perempuan itu sndiri
• Indikator lain : bahwa suami/pasangan yg mnganiaya istrinya
tsb sering mnunda2 mncari pertolongan medik.
– Bila penganiayaan dilakukan berulang2 suami/pasangan sering
mmbawa istrinya brobat ke dokter/RS yg berbeda2
• Perlukaan multiple pd berbagai permukaan tubuh ( spt memar
pd muka,dada dan punggung skaligus harus diwaspadai akibat
tindakan kesengajaan) krn kecelakaan yg dpt mnimbulakn spt
jatuh berguling2 dari tangga ( jarang terjdi pd kcelakaan didlm
rmh tangga)
Perlukaan /cedera pd kulit & jaringan bawah kulit
• Perlukaan pd kulit adlh bentuk yg pling sering dijumpai pd penganiayaan
perempuan.
• Bbrp bentuk perlukaan yg sering dikaitkan dgn adanya pnganiayaan adalah
:
– Memar akibat tamparan yg kuat dgn mninggalkan bekas telapak tangan
– Memar yg mmbentuk gambaran jari dan ibu jari sering nampak pd muka,lengan
atas atau pantat
– Memar yg berbentuk garis,lengkungan/lingkaran akbiat benda tumpul spt ikat
pinggang ,kabel,kain pembekap mulut & dsb
– Luka terbekap ,baik yg akibat kekerasan tajam ( vulnus scissum )maupun akibat
kekerasan tumpul ( vulnus laceratum)
• Terkadang keterjangkauan dan keparahannya dpt mnujukkan apakah dibuat oleh korban
sndiri ( self inflicted)/org lain
– Bekas gigitan manusia yg berbentuk bulan sabit.Gigitan manusia
dapat dibedakan dgn gigitan binatang gigitan manusia “ hanya”
mnyebabkan penekanan pd daging
– Luka bakar yg berbentuk khas sbg akibat dari sundutan rokok /setrika
/luka bakar akibat cairan panas yg terletak pd lokasi yg janggal
• Luka bakar memang sering terjdi pd masa anak2,baik krn
kecelakaan/kesengajaan (luka bakar dpt jg mmbentuk gambaran benda padat
spt gambaran strika)
• Kekerasan termis ( suhu tinggi )dpt disebabkan o/ api yg terbuka,benda
padat yg panas/benda cair yg panas
• Sundutan api rokok pd tangan,kaki dan pantat ( cukup paling sering terjdi )
Perlukaan dan cedera pd tulang
• Gejala yang nampak pd kekerasan ini : deformitas ( patah tulang/cerai
sendi),rasa sakit & bengkak ,kelumpuhan srta kesulitan bergerak dpt
terjdi akibat kcelakaan /kesengajaan
• Cth : jika anggota gerak ( lengan/tungkai) perempuan dgn paksa ditarik
/ditekan dpt mngakibatkan terlepasnya sendi

• Gejala kekerasan pd tlg nampak lbh jelas pd px radiologis/foto rontgen


mnggambarkan tanda2 kcederaan yg lama ,sdg mnyembuh /baru

• Adanya tnda kecederaan lama & barudpt mnujukkan bahwa prempuan


tsb sering mndapatkan kekerasan tumpul
Penelantaran
• Pengertian menelantarkan : kelalaian dlm memberikan kbutuhan hidup pd
seseorang yg mmiliki ketergantungan pd pihak lain,khususnya dlm
lingkungan rumah tangga.
• UU no 23 tahun 2004 ttg Penghapusan KDRT mmberikan uraian sbg berikut
dlm pasal 9 :
– Stiap org dilarang menelantarkan orang dlm lingkup ruang tangganya,pdhal
mnurut hukum yg berlaku baginya/krn persetujuan /perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan,perawatan,pemeliharaan kepada org tersebut

– Penelantaran sbagaimana dimaksud ayat (1) jg berlaku bagi stiap org yg


mngakibatkan ketergantungan ekonomi dgn cara mmbatasi & /dirumah tangga
shingga korban berada dibwh kendali org tsb
Pembuktian medis kasus perkosaan

• Pembuktian dilakukan dgn cara • Terhadap tersangka : pelaku dilakukan


melakukan pemeriksaan medis trhdp upaya pengenalan tanda persetubuhan
korban & pelaku
• Terhdp ke2nya dilakukan :
• Terhdap korban dilakukan upaya u/ pemeriksaan kesesuaian antara cairan
mngenali adanya tanda2 kekerasan & mani yg ditemukan ditubuh korban
persetubuhan dgn tersangka pelaku,yg dpt
dilakukan dgn px rambut ,serologis
dan DNA
• Px guna pmbuktian adanya persetubuhan dilakukan melalui 2
upaya pembuktian :
– Mmbuktikan adanya penetrasi ( penis) kedlm vagina dan /anus /oral
dan mmbuktikan adanya ejakulasi /adanya ari mani didlm
vagina/anus.
– Penetrasi dpt mngakibatkan robekan slaput dara /bila dilakukan dgn
kasar dpt merusakan selaput lendir daerah vulva & vagina /laserasi
terutama daerah posterior fourchette
– Robekan slaput darah yg telah terjdi 3 hari /lbh umumnya
mnujukkan tanda yg sama dgn robekan yg tlah lama
• Pembuktian adanya air mani dpt dilakukan dgn mmbuktikan
adanya slh satu komponen : komponen sel spermatozoa &
komponen cairan mani.

• Px yg biasanya dilakukan adalah yg bertujuan : untuk


mbuktikan adanya enzim fosfatase asam ,P30,dan Zn ( adanya
slh satu komponen tsb didlm vagina,baik yg seluler maupun
dlm cairan ,sdh cukup u/ mngatakan bahwa tlh terjdi
persetubuhan)
• Pemeriksaan lanjutan :
– Pemeriksaan serologis /cairan mani tsb guna menemukan adanya
antigen ABO
– Antigen ABO dlm sluruh cairan tubuhny dpt ditemukan pd org dgn gol
sekretor positip
– Pelaku pemerkosaan yg sekretor negatip tdk akan mmiliki antigen
ABO didlm cairan maninya
– Dpt dilakukan px DNA sel sperma shingga dpt digunakan sbg faktor
determinan dlm mbuktikan siapa pelakunya ( jg dpt mmbuktikan
apakah pelakunya hnya 1 org /lbh)
Penatalaksanaan korban
• Prinsip kerja Pusat Krisis Terpadu ini adalah :
– menerima & menatalaksana para korban kekerasan trhdp perempuan,baik kekerasan
fisik maupun seksual ,scara terpadu dan skaligus shingga diharapkan dpt mmprkecil
trauma psikologis akibat viktimasi lanjutan pd korban.

• Pusat ini melibatkan berbagai ahli ( spt dokter,perawat ,pekerja sosial,psikolog &
polisi wanita)
• Sasaran penatalaksaan para korban : rehabilitasi fisik,psikologis,sosial & yuridis
• Rehabilitasi fisik berarti mngembalikan sluruh fungsi fisiknya trmsk fungsi seksual
& reproduktifnya
• Rehabilitasi psikologis berarti mngembalikan status sosial korban ,mnghilangkan
kembali pengaruh viktimasi & stigma yg mngkin telah terjdi
• Kompensasi finansial ke dlm slh satu unsur rehabilitasi sosial
• Rehabilitasi yuridis : pnyempurnaan sluruh proses hukum bagi ( para) pelakunya
Pasal 5 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga

• Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dlm rmh tangga


trhdp lingkup rumah tangganya,dgn cara :
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan psikis
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga
Pasal 50 UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dlm Rumah Tangga
• Selain pidana sbagaimana dimaksud dlm Bab ini hakim dpt
mnjatuhkan pidana tambahan berupa :
– Pmbatasan gerak pelaku baik yg bertujuan untuk mnjauhkan pelaku dari
korban dalam jarak & waktu tertentu maupun pmbatasan hak2 tertentu
dari pelaku
– Penetapan pelaku mngikuti program konseling dibwh pengawasan
lembaga tertentu
• Pasal 51 Undang no 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dlm Rumah Tangga
– Tindak pidana kekerasan fisik sbagaimana dimaksud dlm Pasal 44 ayat 4
mrupakan delik adauan
Kekerasan Terhadap Anak
• Kekerasan terhdp anak : semua bentuk perlakuan mnyakitkan scara fisik ataupun
emosional ,pnyalahgunaan seksual,pelalaian,eksploitasi komersial /eksploitasi lain
,yg mngakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhdp kesehatan
anak,kelangsungan hidup anak,tumbuh kembang anak/martabak anak,yg dilakukan
dlm konteks hubungan tanggung jwb ,kepercayaan /kekuasaan.

• Kekerasan fisik trhdp anak : kekerasan yg mngakibatkan cedera fisik nyata ataupun
potensial trhdp anak ,sbg akibat dari interaksi/tdk adanya interaksi ,yang layaknya
berada dlm kendali org tua/org dlm posisi hub tnggung jwb,kepercayaan/kekuasaan
• Org ataupun pngasuh dpt mmiliki/tdk mmiliki • Kekerasan seksual trhdp anak : pelibatan anak dlm
kegiatan seksual ( diama ia sndiri tdk spnuhnya
niat untuk mnyakiti anaknya/cedera dpt pula
memahami/tdk mampu mmberi persetujuan /oleh krn
mrupakan hasil dari hukuman disiplin yg prkmbanganny blm siap/tdk dpt mmberi persetujuan /yg
berlebihan mlanggar hukum/pantangan masy)
– Ditandai dgn : adanya aktivitas seksual antara anak
dengan org dewasa /anak lain yg baik dari usia
/perkembangannya mmiliki hub tanggung
jwb,kepercayan/kekuasaan
– Kekrasan meliputi
• Eksploitasi seksual dlm prostitusi /pornografi ,pemaksaan
anak u/ mlihat kegiatan seksual,mmperlihatkan kemaluan
kpd anak ( u/ tujuan kepuasan seksual,stimulasi
seksual,perabaan ,memaksa anak u/ pegang kemaluan
org lain,hub seks,incest,perkosaan dan sodomi
• Kekerasan Emosinal terhdp anak • Contoh :
– Kegagalan pnyediaan lingkungan yg – Pembatasan gerak
mndukung & memadai bagi – Sikap tindak yg meremehkan anak
perkembangannya ,termsk – Mburukkan /mencemarkan
ketersediaan seorang yg dpt
dijadikan figure primer ( shingga – Mngkambinghitamkan
anak dpt berkembang scara stabil & – Mngancam,menakuti,mendiskrimin
dgn pncapaian kemampuan sosial & asi ,mengejek/menetertawakan
emosional yg diharapkan) /perlakuan lain yg kasar/penolakan
– Dpt mngakibatkan : gg
kesehatan/perkembangan
fisik,mental,spiritual,moral /sosial
Penelantaran anak
• Kegagalan dalam mnyediakan segala sesuatu yg dibutuhkan u/
tumbuh kembangnya spt :
– kesehatan,pendidikan,perkembangan emosional,nutrisi,rumah ,tmpt
bernaung dan keadaan hidup yg aman didlm konteks sumber daya yg
layaknya dimiliki oleh keluarga/pngasuh dpt mngakibatkan gg
kesehatan /gg perkembangan fisik,mental,spiritual,moral dan sosial

– Termasuk kegagalan dlm mngawasi dan melindungi scara layak dari


bahaya/gangguan
• Eksploitasi anak : penggunaan anak dlm pekerjaan
pekerjaan/aktivitas lain untuk keuntungan lain
– Termasuk pekerja anak & prostitusi dpt mrusak /mrugikan
kesehatan fisik dan kesehatan mental anak ,merugikan
perkembangan pendidikan,spiritual moral dan sosial emosional anak
Aspek Etik & Hukum

• Ketentuan pidana kekerasan terhdp anak


a) Kekerasan seksual
– Hukum pidana mngancam siapa saja(laki-laki) yg dgn kekerasan/ancaman
kekerasan memaksa seorang anak(perempuan) berhub seksual dengannya 285
KUHP /berbuat cabul dengannya ( pasal 289 KUHP)
– Pasal 81 dan 82 UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak bahkan mngancam
pelakunya dgnan hukuman yg lbh berat
– Pasal 287 : diancam pidana apabila melakukan hub seksual tnpa paksaan dgn
seorang anak perempuan yg usianya blm cukup 12 tahun dan mngancam dengan
delik aduan bila usianya antara 12-15 tahun

– Delik biasa juga diberlakukan apabila si anak perempuan yg berusia 12 -15 tahun
tsb menderita luka berat/mati sbg akibatnya ( atau ternyata anak tsb adalah
anak,anak tiri,anak angkat /anak yg berada dibwh pngawasan si pelaku
• Pasal 290 KUHP : mngancam pidana bagi org yg melakukan
perbuatan cabul dgn anak yg blm berusia 15 tahun ,atau
mmbujuknya untuk melakukan /mmbiarkan dilakukannya
perbuatan cabul dgn org lain
• Memudahkan nya dilakukannya perbuatan cabul ( Pasal 295
KUHP)
• Pidana jg diberikan kpd org yg melakukan perbuatan cabul
dgn sesama jenis kelamin yg usianya belum dewasa ( pasal
292 KUHP)
b) Kekerasan Fisik
o Pasal dalam KUHP yg berkaitan dgn penganiayaan ( pasal
351,352,353,354,355 KUHP) jg berlaku bagi pnganiyaan terhdp
anak,bhakan mberinya pmberatan pidana bagi pelaku tindak
pidana pasal 351,353,354,355 ( pasal 356 KUHP)

o Pidana jg diberikan kpd mreka yg krn kelalainnya tlh mngakibtkan


seseroang anak luka ,luka berat/mati ( pasal 359,360 KUHP )
bahkan mmberikan pemberatan bila dilakukan oleh org yg sdg
melakukan jabatan/pekerjaannya ( trmsk pekerjaan dibidang
kesehatan)( pasal 361 KUHP)
c) Penculikan dan perdagangan anak
• KUHP mngancam org yg melakukan perdagangan anak
perempuan/laki2 (pasal 297 KUHP)
• Pasal 328: penculikan anak diancam dengan pidana
• Pasal 330 : diancam pidana demikian pula bagi orang yg mmbawa
seorang anak keluar dari kekuasaan org tua/walinya
• Pasal 332 KUHP : mmbawa lari seorang anak perempuan
• Psal 336 : melakukan ancaman melakukan perbuatan kejahatan
susila
UU no 23 tahun 2004
• Mngancam pidana bagi pelaku tindakan
diskriminasi,penelantaran,pembiaran anak yg dlm keadaan
darurat,tindakan kekerasan,jual-beli organ anak,eksploitasi
ekonomi dan /seksual ,pemanfaataan anak dlm kegiatan napza
( pasal 77,78,80,85,88,89)
Kewajiban moral dan kewajiban hukum tenaga
kesehatan
• Mnurut World Medical Association ( WMA) telah mngeluarkan
statement : yaitu bahwa peran para dokter adalah menemukan
kasus kekerasan trhdp anak & mnolong anak tsb beserta
keluarganya dlm menmepuh proses pemulihan
– Dokter & tenaga kesehatan hrs mmperoleh pelatihan khusus agar dpt
mmiliki kemampuan yg dibutuhkan
• Dlm menemukan kasus kekerasan trhdp anak ,tindakan dini yg dilakukan dpt meliputi :
a) Melaporkan kasus tsb ke Komisi Perlindungan Anak
b) Merawat inap korban kekerasan trhdp anak yg mmbutuhkan perlindungan pd tahap
evaluasi awal
c) Mmberitahukan diagnosis & diferensial diagnosis anak kpd org tua anak scara objektif
tnpa bersifat mnuduh

Evaluasi medis pd kasus dugaan cedera kekerasaan fisik trhdp anak sbaliknya meliputi :
1.Riwayat cedera
2.Pemeriksaan fisik
3.Survei radiologis trhdp trauma
4.Pemeriksaan kelainan perdarahan
5.Pemotretan berwaran
6.Pemeriksaan fisik saudara kandungnya
7.Laporan medis tertulis resmi
8.Skrining perilaku
9.Skrining tumbuh kembang pd bayi dan anak pra-sklh
• Penanganan medis kasus kekerasan seksual trhdp anak meliputi 3 hal :
– Pngobatan trauma fisik dan psikologis
– Pngumpulan dan pemrosesan bukti
– penanganan dan /pencegahan kehamilan dan pnyakit hub seksual

• Pasal 108 KUHAP mmberikan hak kepada stiap orang u/ melaporkan adanya tindak
pidana ( termsuk kekerasan trhdp anak ) apabila ia mnegathuinya sbg saksi dan
mberikan kewajiban bagi pegawai negeri yg mngetahui adanya tindak pidana (trmsk
kekerasan trhdp anak) pd wktu ia mnjalankan tugasnya

• Pasal 78 UU no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak : mmberikan ancaman


pidana bagi stiap org mngetahui & mmbiarkan anak dalam situasi darurat ( trmsk
anak korban kekerasan) pdhal anak tsb perlu pertolongan & harus dibantu
Prinsip2 penatalaksaan kasus
• Yang perlu diperhatikan : bahwa setiap anak berhak u/ diasuh
o/ org tuanya sndrii kcuali jika ada alasan dan atau aturan
hukum yg sah mnujukkan bwha pemisahan itu adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak & mrupakan pertimbangan
terakhir ( pasal 14 UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak)
Dalam hal anak adalah korban tindak pidana ,maka
tx meliputi
• Upaya rehabilitasi ,baik dlm lembaga maupun di luar lembaga
• Upaya perlindungan dari pmberian identitas melalui media
massa dan untuk mnghindari labelisasi
• Pmberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi
ahli,baik fisik,mental maupun sosial
• Pemberian aksesibilitas untuk mndapatkan informasi mngenai
perkembangan perkara ( pasal 64 ayat 3 UU no 23 tahun 2002
tentang Perlindungan anak)
Dlm hal anak krn korban kekerasan dan /korban
perlakuan slh/penelantara n,maka tx spt :
• Penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan
perundang2 an yg melindungi anak
• Pemantauan,pelaporan dan pemberian sanksi
• Pengawasan,pencegahan perawatan dan rehabilitasi baik o/
pmderintah /masy
Peraturan UU tentang Kekerasan Pada Anak
UUD’45 sebagaimana telah diamandemen hingga tahun 2002,
telah memberikan perlindungan kepada setiap orang,
termasuk anak-anak, atas hak-haknya yang asasi, yang
diantaranya adalah:
• Pasal 288 ayat (2)
– Setiap anak berhak atas kalangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminatif
Konvensi hak anak
• Pasal 18
– Mengharuskan negara-negara peserta untuk melakukan upaya-upaya
yang menjamin agar kedua orang tua bertanggungjawab bersama
untuk membesarkan dan mengembangkan anak dan kepentingan
terbaik anak akan dijadikan perhatian utamanya
• Pasal 19
– Perlunya upaya untuk melindungi anak dari kekerasan,
penyalahgunaan, penelantaran dan eksploitasi.
UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
• Asas UU ini:
– Nondiskriminatif, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup –
kelangsungan hidup dan perkembangan, serta penghargaan terhadap
pendapat anak
• Isi UU ini:
– Hak anak, kewajiban anak, kewajiban dan tanggung-jawab negara,
kewajiban dan tanggungjawab masyarakat, kewajiban dan tanggungjawab
orang tua, pengaturan tentang pengasuhan, perwalian, dan pengangkatan
anak, anak dilindungi dalam bidang agama, kesehatan, pendidikan, sosial
dan perlindungan khusus pada keadaan tertentu
Ketentuan pidana kekerasan seksual pada anak
• Pasal 285 KUHP Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di
luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
• Pasal 289 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena
melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
UU no.23 thn 2002 Pasal 81
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
• UU no.23 thn 2002 Pasal 82
• Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
• Pasal 287 KUHP
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umumya belum lima belas tahun, atau
kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk
dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika
umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada
salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.
• Pasal 291 KUHP
(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 2 87, 289,
dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana
penjara paling lama dua belas tahun;
(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 2 86, 287,
289 dan 290 mengakibatkan kematisn dijatuhkan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
• Pasal 292 KUHP Orang dewasa yang melakukan perbuatan
cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
Hukum pidana kekerasan fisik pada anak
UU no.23 thn 2002 Pasal 80
(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan,
atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang
tuanya.
• KUHP berkaitan dengan penganiayaan pasal 351-356
Lain-lain…
UU no.23 thn 2002 Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan :
a. diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami
kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat
fungsi sosialnya; atau
b. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami
sakit atau penderitaan, baik fisik, mental, maupun sosial,
c. dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
ANALISIS KASUS
VeR sesuai kasus

VISUM ET REPERTUM HIDUP


PRO JUSTITIA Jakarta, 8 Desember 2017
VISUM ET REPERTUM (PEREMPUAN)
No. 888/AB/RSX/2017

Yang bertanda tangan dibawah ini dr. B, dokter IGD RS X atas permintaan Kepolisian setempat
dengan nomor surat 1234/BC/KKX/2017 tertanggal delapan desember tahun dua ribu tujuh belas
telah melakukan pemerikaan pemeriksaan fisik di ruang praktik RS X pada pukul sepuluh waktu
Indonesia Barat atas korban hidup menurut surat permintaan dengan keterangan berikut:
Nama : Nn. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : Tidak ada keterangan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Tidak ada keterangan
Pekerjaan : Tidak ada keterangan
Alamat : Tidak ada keterangan
Lanjutan VeR No: 888/AB/RSX/2017
Halaman ke 2 dari 3 halaman

Hasil pemeriksaan fisik:


1. Ditemukannya tanda – tanda pernah hamil
2. Ditemukannya tanda – tanda telah melahirkan
3. Ditemukannya tanda bekas kekerasan
Lanjutan VeR No: 888/AB/RSX/2017
Halaman ke 3 dari 3 halaman

Kesimpulan :
Telah diperiksa seorang perempuan pada tanggal delapan desember tahun dua ribu tujuh belas di RS
X. Pada perempuan ini ditemukannya tanda-tanda pernah hamil. Ditemukan pula tanda-tanda telah
melahirkan. Selain itu juga ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan pada lengan kiri.
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat
sumpah sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Dokter yang memeriksa,


dr. A
NIP 1234567890
PRO JUSTITIA Jakarta, 8 Desember 2017
VISUM ET REPERTUM (LAKI-LAKI)
No. 888/AB/RSX/2017

Yang bertanda tangan dibawah ini dr. B, dokter IGD RS X atas permintaan Kepolisian setempat
dengan nomor surat 1234/BC/KKX/2017 tertanggal delapan desember tahun dua ribu tujuh belas
telah melakukan pemerikaan pemerikaan autopsi di ruang autopsi RS X pada pukul sepuluh waktu
Indonesia Barat atas korban mati menurut surat permintaan dengan keterangan berikut:
Nama : -
Jenis Kelamin : laki –laki
Umur : Tidak ada keterangan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Tidak ada keterangan
Pekerjaan : Tidak ada keterangan
Alamat : Tidak ada keterangan
Lanjutan VeR No: 888/AB/RSX/2017
Halaman ke 2 dari 3 halaman

Hasil Pemeriksaan Luar :


1. Tidak ditemukannya luka-luka
2. Panjang badan bayi 40 sentimeter dengan berat 2000 gram
3. Ditemukan tali pusat yang masih terhubung dengan ari-ari dan belum diikat
4. Tubuh janin ditemukan dalam keadaan berlumuran darah dan lendir
Hasil pemeriksaan dalam :
1. Tidak ditemukannya kelainan bawaan
2. Paru – paru bagian bawah telah mengembang dan terdapat gambaran mosaik
3. Lambung ditemukan dalam keadaan kosong dan usus belum mengembang
4. Tidak ditemukan kelainan pada organ-organ lainnya
Lanjutan VeR No: 888/AB/RSX/2017
Halaman ke 3 dari 3 halaman

Kesimpulan :
Telah diperiksa jenazah seorang bayi laki-laki yang pada pemeriksaan luar ditemukan tali pusat yang
masih terhubung dengan ari-ari dan belum diikat dan tubuh tampak berlumuran darah dan lendir.
Penyebab kematian adalah turunnya suhu badan bayi sehingga bayi mati perlahan. Perkiraan waktu
kematian kira-kira antara ____ jam

Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat
sumpah sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Dokter yang memeriksa,


dr. A
NIP 1234567890

Anda mungkin juga menyukai