Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

KASUS

PEMBIMBING :
dr. Rokhmad Widiatma, Sp.Rad

Oleh :
Vivian Saputra / 406172084

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
IDENTITAS PASIEN
– Nama : Tn. T
– Jenis Kelamin : Laki-laki
– Tanggal Lahir : 23 September 1964
– Usia : 54 tahun 6 bulan 9 hari
– Alamat : SUMBERMULYO 2/1 WINONG, Winong, Pati, Jawa Tengah
– Pendidikan :-
– Agama : Islam
– Suku : Jawa
ANAMNESIS
– Tanggal masuk rumah sakit : 18-03-2019 pk.08.02
– Tanggal pemeriksaan : 22-03-2019 pk 14.00
– Diambil dari : Autoanamnesa dan alloanamnesa dengan istri
pasien di bangsal Dahlia tanggal 22 Maret 2019
– Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
– Pasien datang ke IGD RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan demam sejak 3
minggu lalu, dirasakan naik turun, suhu turun setelah minum obat penurun panas dan
kembali naik setelah obat habis. Saat di IGD suhu pasien 38°C. Pasien juga mengeluh
nyeri perut sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terutama dirasakan di
daerah kanan atas dan menjalar ke pinggang belakang. Pasien juga mengeluh lemas
sejak 2 minggu terakhir dan perut terasa kembung. Keluhan lain seperti mual dan
muntah diakui. Pasien mengatakan nafsu makannya menurun semenjak sakit. BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kuning. Riw
melena (-), mengkonsumsi jamu-jamuan (-).
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Keluarga :
– Riwayat hepatitis (-) – Tidak ada keluarga yang
– Riwayat hipertensi (-) menderita penyakit serupa

– Riwayat DM (-) – Riwayat Hipertensi (-)


– Riwayat kolesterol (-) – Riwayat Penyakit Jantung (-)
– Riwayat asam urat (-) – Riwayat Hepatitis (-)
– Riwayat operasi (-) – Riwayat Kolesterol (-)
– Riwayat trauma (-) – Riwayat Asam urat (-)
– Riwayat alergi obat (-) – DM (-)
RIWAYAT KEBIASAAN
– Riwayat tranfusi darah disangkal
– Riwayat minum kopi, teh (+) jamu (-)
PEMERIKSAAN FISIK
– Dilakukan di bangsal Dahlia 22 Maret 2019 pukul 14.15 WIB

Pemeriksaan Umum
– Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, compos mentis.
– Tanda Vital
• Suhu : 36.9° C
• Nadi : 95 x/menit, reguler, isi cukup
• Laju Nafas : 20 x/mnt
• TD : 120/60 mmHg
PEMERIKSAAN SISTEM
– Kepala : Normochepali, tidak ada deformitas.
– Rambut : Hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
– Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), mata cekung (-/-)
– Hidung : Bentuk normal, simetris, sekret (-/-)
– Telinga : Bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, sekret (-/-),
serumen (-/-)
– Mulut : Mukosa bibir dan mulut kering, faring hiperemis (-), tonsil
T1/T1, faring hiperemis (-)
– Leher : Simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN SISTEM
Thorax : Gerak dan bentuk simetris, retraksi (-)
– Cor :
– Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
– Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
– Perkusi : Redup, batas jantung normal
– Auskultasi : Bunyi jantung I & II cepat, murmur (-), gallop (-)
– Pulmo :
– Inspeksi : Retraksi dinding dada (-), simetris kanan dan kiri
– Palpasi : Krepitasi (-), stem fremitus sama kuat
– Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
– Auskultasi : SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-)
PEMERIKSAAN SISTEM
– Abdomen
– Inspeksi : distensi abdomen(+), striae (-), purpura (-), spider naevi (-)
– Auskultasi : Bising usus (+) normal
– Perkusi : pekak di seluruh kuadran abdomen (+), nyeri ketok (-), pekak sisi
(+), pekak alih (+)
– Palpasi : Defans muscular (-), hepar teraba membesar (+) 5 jari dibawah
arcus costae, tepi/ permukaan tidak rata, konsistensi padat, nyeri tekan (+)
perut kanan atas. , splenomegali (-), fluid wave (+)
– Kulit : Turgor kembali cepat, ikterik (-)
– Extremitas : edema -/-/+/+, Akral hangat, CRT<2”
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Maret 2019 09:05 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Jumlah lekosit 7,1 10^3/ul 3,8-10,6
Jumlah eritrosit L 3,85 10^6/ul 4,7-6,1
Hemoglobin L 11,9 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit L 34,2 % 40-52
MCV 88,8 fL 80-100
MCH 30,9 pg 26-34
MCHC 34,8 % 32-36
Jumlah 196 10^3/ul 150-400
trombosit
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hitung Jenis
Netrofil H 83,10 % 50-70
Limfosit L 9,10 % 25-40
Monosit 7,40 % 2-8
Eosinofil L 0,30 % 29-47
Basofil 0,10 % 0-1
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Kimia Klinik
GDS 93 mg/dL 70-160
Ureum 26,0 mg/dL 10-50
Creatinine 0,78 mg/dL 0,60-1,20
Natrium darah L 131,0 mmol/L 135-155
Kalium darah 4,24 mmol/L 3,6-5,5
Chlorida darah L 89,9 mmol/L 95-108
SGOT H 120,4 U/L <35
SGPT 35,3 U/L <45
Sero Imunologi
HBsAg Reaktif Non reaktif
Pemeriksaan Penunjang
– Pasien telah menjalani pemeriksaan USG pada hari Selasa, 19 Maret 2019 dengan hasil sebagai berikut :

Hepar : ukuran membesar, permukaan berbenjol, nodul (+) multipel.


DIAGNOSIS & TATALAKSANA

DIAGNOSIS TATALAKSANA
– Hepatoma – Inf. NaCl 20 tpm
– Asites – Inj Ezola 40mg/24 jam
– Hepatitis B – Sucralfat syr 3x1 cth
– Penyakit jantung iskemik – Pamol tab 3x500mg
– vomitus – Hepabalance tab 2x1
– Lanzoprazol tab1x1
– CPG tab 1x1
– ISDN tab 1x1
– Sistenol tab 3x1
RESUME

– Telah diperiksa seorang laki-laki usia 54 tahun dengan :


– demam sejak 3 minggu lalu, dirasakan naik turun, nyeri perut sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit, terutama dirasakan di daerah kanan atas dan
menjalar ke pinggang belakang. Pasien juga mengeluh perut terasa
kembung, lemas (+) mual (+), muntah (+).
– Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, terdapat sklera ikterik,
pada pemeriksaan abdomen terdapat distensi abdomen, pekak di seluruh
kuadran abdomen, pekak sisi, pekak alih, hepatomegali, fluid wave.
– Pemeriksaan USG abdomen menunjukkan hepatoma dan asites.
PROGNOSIS
– Quo ad vitam : dubia ad malam
– Quo ad functionam : dubia ad malam
– Quo ad sanactionam : dubia ad malam
HEPATOMA
Anatomi &
Fisiologi

1. Metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein.
2. Detoksifikasi zat sisa,
obat dan senyawa asing.
3. Sintesis protein plasma
4. Penyimpanan glikogen,
Fisiologi lemak, besi, tembaga, dan
banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang
diproduksi oleh hati dan
ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan
sel darah merah yang
sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan
bilirubin
HEPATOMA

• Keganasan pada hepatosit


• stem sel dari hati berkembang menjadi massa
Definisi maligna yang dipicu oleh adanya proses fibrotik
maupun proses kronik dari hati (cirrhosis)

• Penyakit ini dapat timbul pada semua golongan usia


• Mortalitas < 30 tahun relatif rendah, >30 tahun meningkat

Epidemiologi tajam, usia 30-44 tahun menduduki urutan teratas dari


mortalitas akibat semua tumor ganas
• 4x lebih sering pada laki-laki daripada perempuan dan
biasanya timbul pada sirosis hepar
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
– Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada, virus hepatitis,
aflatoksin merupakan faktor utama yang terkait dengan timbulnya hepatoma.

Sirosis hati

FAKTOR Diabetes
Obesitas Mellitus
RISIKO

Alkohol
Klasifikasi Hepatoma secara Makroskopik
• sering berbentuk multinoduler. Biasanya hati membesar, dengan nodul yang bermacam-
macam besar dan bentuknya (nodul yang ireguler). Warna juga bermacam-macam, dari
Tipe kuning kehijauan sampai hijau tua. Seringkali disertai sirosis.
noduler

• suatu bentuk masif yang besar pada salah satu satu lobus dengan hanya 1 nodul saja. Tumor
massa yang besar tersebut sering kali terdapat di lobus kanan dan mungkin pada lobus
Tipe masif / lainnya dijumpai tumor kecil-kecil. Kadang-kadang pada lobus kanan terdapat tumor yang
mononodul masif, dan lobus kiri bentuk sirosis
ar masif

• umumnya besarnya hati terdapat dalam batas normal tapi seluruhnya terisi oleh sel-sel
karsinoma yang difus, dan yang kadang-kadang susah dibedakan dengan sirosis portal.
Tipe difus
MANIFESTASI KLINIS

• pasien yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya ditemukan
melalui pemeriksaan AFP (alfa fetoprotein) dan teknik pencitraan.
Hepatoma
fase subklinis

• Hepatoma fase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut, dan manifestasi utama yang sering
ditemukan :
• nyeri abdomen kanan - perut kembung
• massa abdomen atas - anoreksia
• letih - berat badan menurun
Hepatoma • demam - ikterus
fase klinis • asites
• Pada stadium akhir hepatoma sering timbul metastasis ke paru, tulang, dan banyak organ lain
PEMERIKSAAN LAB
• ↓ kadar Hb, biasanya sekitar 10 gr%
• Jumlah lekosit sedikit ↑
• ↑ LED , tergantung dari kerusakan sel hati dan metastase, tetapi
Sel-sel darah umumnya meningkat

• tes faal hati : alkali fosfatase, SGOT, SGPT yang biasanya terdapat
kenaikan kadarnya.
• Tes faal hati lainnya yang dapat berubah bila pada penderita
Tes disertai dengan sirosis hati, yaitu kadar albumin, kolestrol dan
biokimiawi trigliserida juga menurun
PEMERIKSAAN SEROLOGIS
• Jika AFP ≥ 500 ng/L bertahan 1 bulan atau ≥ 200 ng/L bertahan 2 bulan, tanpa bukti
penyakit hati aktif, dapat disingkirkan kehamilan dan kanker embrional kelenjar
Alfa- reproduksi, maka dapat dibuat diagnosis hepatoma
fetoprotein • Diagnosis ini dapat lebih awal 6-12 bulan dari timbulnya gejala hepatoma.
(AFP)

• HbsAg positif pada 30% kasus dengan hepatitis kronis dan sirosis
hati. Disamping itu, ditemukan lebih dari 10 % HbsAg positif pada
HbsAg penderita KHP
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Ultrasonografi (USG)

Cholangiocellular Carcinoma (CCC). Terdapat gambaran yang


hipoekoik dibandingkan jaringan hepar sekitarnya. Dilatasi
duktus biliaris tidak tampak.

(1) Karsinoma hepatoseluler. USG menggambarakan lesi tidak berkapsul yang sebagian
hiperekoik, bagian dalam isoekoik dibandingkan dengan gambaran parenkim sekitar.
Kontur liver ireguler, batas hepar bulat.
PEMERIKSAAN

Karateristik warna Doppler menunjukkan adanya HCC pada hepar : lesi kaya vaskularisasi
yang dibandingkan dengan parenkim hepar disekitarnya. Hemangioma : pola berbentuk
titik. Metastasis multipel : pola melingkar. Focal Nodular Hyperplasia (FNH) : pola ruji-ruji
roda
PEMERIKSAAN

Penyangatan kontras pada lesi HCC. Pada saat sebelum penyangatan (A), aliran darah
hanya terlihat pada area perifer dari lesi hipoekoik yang berukuran 15 mm (panah).
Setelah diinjeksi Levovist melalui vena Cubiti (B), kontras yang melalui vena porta (panah)
mengalir keluar dari tumor dan masuk ke dalam cabang posterior superior vena porta
yang ada.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
2. CT Scan

(A) HCC dengan perlemakan. Gambaran mikroskopisnya memperlihatkan gambaran HCC


berkapsul dengan perlemakan hati yang menonjol. (B) HCC dengan invasi pada
vaskularisasi hepar. Gambaran helical CT Scan vena portal memperlihatkan massa HCC
berkapsul yang besar pada lobus kiri hepar, yang menginvasi cabang-cabang portal kiri
hepar.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
3. MRI

(D) pada fat-suppressed-T2-weighted MRI, bagian sentral dari tumor (kepala panah)
menunjukkan intensitas rendah dibandingkan parenkim hepar sekitarnya. (E) pada T1-
weighed-opposed-phase MRI, tumor juga tampak dengan intensitas rendah.
DIAGNOSIS BANDING
• Pada gambaran CT non kontras, hemangioma tampak sebagai
Hemangioma gambaran yang hipodens dengan batas yang jelas. Kalsifikasi jarang,
dan umumnya terdeteksi secara tidak sengaja

• Pada gambaran CT, FNH tampak sebagai lesi hipodens (42-57%) atau
Focal Nodular isodens (40-48%) tanpa batas yang jelas dan kadang dengan zona
Hyperplasia (FNH) sentral hipodens yang intensif. Jika lesinya isodens, efek “massa”
mungkin merupakan satu-satunya kriteria untuk mendeteksi FNH

• Pada CT kontras, gambaran karateristik penyangatan metastasis hepar


ditentukan dari tumor primernya. Kebanyakan lesi metastasis adalah
Lesi metastasis hipovaskuler.
• Itulah sebabnya pada gambarannya tampak hipodens pada CT, khususnya pada
fase vena portal, yang dibandingkan dengan jaringan hepar normal.
TATALAKSANA
Tiga prinsip penting dalam terapi hepatoma :
– terapi dini efektif
– terapi gabungan
– terapi berulang
Semakin dini diterapi, semakin baik hasil terapi terhadap tumor.
TATALAKSANA
– Terapi satu kali terhadap hepatoma seringkali tidak mencapai hasil ideal, sering
diperlukan terapi ulangan sampai berkali-kali, misalnya berkali-kali dilakukan
kemoembolisasi perkutan arteri hepatika, injeksi alkohol absolut intratumor
berulang kali, reseksi ulangan pada rekurensi pasca operasi, dll
PROGNOSIS
• Hepatoma primer jika tidak diterapi, survival rata-rata alamiah adalah 4, 3 bulan
• Kausa kematian umumnya : kegagalan sistemik, perdarahan saluran cerna atas,
koma hepatik, dan ruptur hati
– Tidak sedikit kasus yang pasca reseksi bertahan hidup lama.

Anda mungkin juga menyukai