Anda di halaman 1dari 66

PEMICU 5

Vivian Saputra
405140126
ABSES HATI
Abses Hati
• Abses hati  berbentuk infeksi pada hati yang
disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal
• ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati
nekrotik, sel – sel inflamasi atau sel darah di dalam
parenkim hati.
Epidemiologi Abses Hati
• Di negara berkembang, AHA didapatkan secara
endemik dan jauh lebih sering dibandingkan AHP.
• AHP tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di
daerah tropis dengan kondisi higiene yang kurang.
• AHP lebih sering terjadi pada pria, dengan rentang
usia ± > 40 tahun, dengan insidensi puncak pada
dekade ke-6.
Klasifikasi Abses Hati
Abses Hati Amebik (AHA)
Salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paling sering dijumpai di
daerah tropik/subtropik.
Etiologi: Entamoeba histolytica

Abses Hati Piogenik (AHP)


Dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess, bacterial abscess
of the liver, bacterial hepatic abscess.
Etiologi: Enterobacteriaceae, Microaerophilic streptococci, Anaerobic
streptococci, Klebsiella pneumoniae, Bacteriodes, Fusobacterium,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus milleri, Candida albicans, Aspergillus,
Actinomyces, Eikenella corrodens, Yersinia enterolitica, Salmonella typhi,
Brucella melitensis, dan fungal
Pathogenesis
Classification
• Bacterial abscess • Fungal abscess
• Protozoal abscess – Aspergillosis
– Amoebiasis – Candida sp
• Helminthic abscess – Mucormycosis
– Ascaris lumbricoides – Torulopsis glabrata
– Fasciola hepatica – Trichosporon sp
Clinical manifestations
• Fever of unkown origin
• Pain, muscle guarding, punch tenderness,
rebound tenderness on RUQ
• Non-specific symptoms  chills, anorexia,
weight loss, nausea, vomiting
• Hepatomegaly & jaundice: 50%
Laboratory findings
• Alkaline phosphatase >> (70%)
• Serum bilirubin >> (50%)
• Aspartate aminotransferase >> (48%)
• Leukocytosis (77%)
• Normocytic normochromic anemia (50%)
• Hypoalbuminemia (33%)
Imaging studies
Radiography
• Thorax • Abdominal
– elevation of the right – Evidence of intrahepatic air
hemidiaphragm / lack of
diaphragmatic motion – Intrahepatic air-fluid level
– right pleural effusion – Free air in biliary tract
– hypoventilation and atelectasis – Foreign bodies
of the right lower pulmonary
lobe
– subdiaphragmatic air-fluid level
– free air in the
subdiaphragmatic area
– infiltration of the lungs
• USG
– Circular foci which are hypoechoic to anechoic
– fluid level can actually be detected
– Multiple small abscesses aggregate  beginning of
coalescence into a single larger abscess ( cluster sign)
– no gas be present in the abscess, a dorsal reduction in
sound waves ( comet tail)
– anechoic centre inside the echo-rich area ( double wheel
structure)

– Mycotic abscess  anechoic focus is visible with a centre


that is rich in echoes ( target phenomenon)
• CT
– Pyogenic & mytotic abscess  hypodense areas
both in their natural state as well as after
administration of a contrast medium; ring-shaped
enhancement
– small amount of ascites
• Culture
– Liver abscess from biliary tract
• enteric gram-negative aerobic bacilli and enterococci
– Liver abscess from pelvic & other intraperitoneal
sources
• mixed flora  aerobic and anaerobic species
• B. fragilis
– hematogenous spread of infection
• a single organism is encountered
• S. aureus or a streptococcal species such as S. milleri
– Candida sp
– Entamoeba histolytica
Complications
• Abscess penetration to the biliary tract
• Abscess rupture into the abdominal cavity or
subphrenic space
• Thrombosis of the portal vein
• Abscess penetration to the pleural cavity
• Pyogenic / mycotic  sepsis  ophthalmitis
Treatment
• Antibiotic therapy
– cephalosporin + metronidazole + aminolycoside
– Aminoglycoside + clindamycine
– Candidal liver abscess  amphotericin B or liposomal
amphotericin or fluconazole alone (6 mg/kg daily)
• Drainage (percutaneus or surgical)
– I/ antibiotic fail, persistence of fever, leucocytosis,
bacteriaemia)
– Antibiotic continued
• Liver resection
Prognosis
• Mortality was appreciable despite treatment,
averaging 15%
• Several factors predict the failure of
percutaneous drainage
– multiple, sizable abscesses
– viscous abscess contents that tend to plug the
catheter
– associated disease (e.g., disease of the biliary tract)
requiring surgery
– lack of a clinical response to percutaneous drainage in
4–7 days
ABSES HATI AMEBIK
Faktor Resiko
• Pernah terkena infeksi amuba
• Kadar kolesterol tinggi
• Pascatrauma hepar
• Alkoholik
Patogenesis
• Entamoeba histolytica terbawa aliran v. Porta
ke hepar  infeksi  reaksi radang 
nekrosis jaringan hepar. Hepatosit juga
mengalami perubahan akibat toksin yang
dilepaskan oleh amuba.
• Cairan abses terdiri atas jaringan hati yang
nekrosis dan eritrosit berwarna tengguli.
Cairan ini terbungkus oleh hiperplasia jaringan
ikat (simpai)
Etiology
Clinical manifestations
• Febrile
• right-upper-quadrant pain (dull or pleuritic in
nature and may radiate to the shoulder)
• Point tenderness over the liver
• right-sided pleural effusion
• Jaundice is rare
• active diarrhea (one third patients)
• loss and hepatomegaly
Laboratory findings
• leukocytosis (>10,000 cells/L)
• Anemia
• liver enzyme levels are normal or minimally
elevated
• alkaline phosphatase level is most elevated
and remain so for months
• Aminotransferase elevations suggest acute
disease or a complication
Differential diagnosis
• pulmonary or gallbladder disease
• Malaria
• typhoid fever
Tata Laksana
• Farmakologi
– Metronidazol/tinidazol dosis 50 mg/kgBB/hari.
Diberikan selama 10 hari
Tata Laksana
• Non-Farmakologi
– Aspirasi
• Indications
– the need to rule out a pyogenic abscess
– the lack of a clinical response in 3–5 days
– the threat of imminent rupture
– the need to prevent rupture of left-lobe abscesses into the pericardium
– Penyaliran melalui laparotomi
• Indikasi
– Pengobatan gagal dengan terapi konservatif, termasuk aspirasi berulang
– Abses hati lobus kiri yang terancam pecah ke rongga peritoneum & ke
organ lain termasuk ke dinding perut
– Infeksi sekunder yang tidak terkendali
Prevention
• adequate sanitation and eradication of cyst
carriage
• avoidance of unpeeled fruits and vegetables
and the use of bottled water
• disinfection by iodination (tetraglycine
hydroperiodide)
Komplikasi
• Perforasi abses ke berbagai rongga tubuh dan
ke kulit
– Efusi pleura yang besar dan luas
– Efusi perikard & tamponade jantung
– Peritonitis umum
ABSES HATI PIOGENIK
Abses Hati Piogenik
• Terjadi akibat komplikasi apendisitis pada anak
dan dewasa muda, dan pada orang tua
sebagai komplikasi penyakit saluran empedu.
Etiologi
Usual Causative Organisms Unusual Causative Organisms
• Escherichia coli • Salmonella
• Klebsiella pneumoniae • Haemophilus
• Proteus vulgaris • Yersinia
• Enterobacter aerogenes
• Streptococcus milleri
• Bacteroides
• Clostridium
Patogenesis
• Abses hati dapat berbentuk soliter ataupun
multipel
• Dapat terjadi dari penyebaran hematogen
maupun secara langsung dari tempat terjadinya
infeksi di dalam rongga peritoneum
• Hati menerima darah secara sistemik maupun
melalui sirkulasi vena portal  terinfeksinyahati
oleh karena paparan bakteri yang berulang
• Adanya penyakit sistem biliaris  obstruksi aliran
empedu  proliferasi bakteri
• Adanya tekanan & distensi kanalikuli  melibatkan
cabang-cabang dari vena portal & limfatik 
terbentuk abses fileflebitis  menyebar secara
hematogen  bakteremia sistemik
• Penetrasi akibat trauma tumpul  nekrosis hati,
perdarahan intrahepatik & kebocoan saluran
empedu  kerusakan dari kanalikuli  masuknya
bakteri ke hati  pertumbuhan bakteri dengan
supurasi & pembentukan pus
• Lobus kanan hati lebih sering terjadi AHP krn
menerima darah dari arteri mesenterika superior dan
vena portal, sedangkan lobus kiri menerima darah
dari arteri mesenterika inferior dan aliran limfatik
Manisfestasi klinis
• Malaise • Mual dan muntah
• Demam • Nafsu makan berkurang
• Nyeri tumpul pada • Penurunan BB
abdomen yg menghebat • Lemah
dengan adanya • Ikterus
pergerakan
• Feses berwarna seperti
• Bila dekat dengan kapur
diafragma  iritasi
diafragma  nyeri pada • Urin berwarna gelap
bahu sebelah kanan,
batuk, atau atelektasis
Pemeriksaan fisik
• Hepatomegali
• Nyeri tekan hepar yang diperberat dengan
adanya pergerakan abdomen
• Splenomegali jika AHP sudah kronik
• Asites
• Ikterus
• Tanda-tanda hipertensi portal
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium
– Leukositosis tinggi dgn pergeseran ke kiri
– Anemia ringan, LED >>
– ALP >>
– Enzim transaminase & serum bilirubin >>
– Albumin <<
– PT >>  kegagalan fungsi hati

• Kultur darah (Gold Standard)  melihat bakteri


penyebab
• Foto toraks & abdomen
– Diafragma kanan meninggi
– Efusi pleura, atelektasis basiler
– Empiema, abses paru
– Di bawah diafragma trdpt bayangan udara / air-fluid level
• USG  sensitivitas 80-90%
• Abdominal CT scan  dapat mendeteksi luas lesi <1cm
• MRI
• Biopsi hati
Tatalaksana
• Drainase perkutaneus dgn tuntunan USG atau CT
– Komplikasi : perdarahan, perforasi organ
intraabdominal, infeksi, kesalahan dlm penempatan
kateter
• Antibiotik
– Disesuaikan dengan hasil tes kepekaan kuman
– Bila hasil tes belum ada sedangkan pengobatan harus
dimulai  kombinasi gentamisin, metronidazol, atau
klindamisin. Pengobatan selama 2 bulan kecuali bila
abses telah diatasi dengan pembedahan secara baik
• Reseksi hati  AHP multipel
Komplikasi
Saat diagnosis ditegakkan: Setelah mendapat terapi:
• Septikamia / bakterimia, • Diatesis hemoragik
mortalitas 85% • Infeksi luka
• Ruptur abses hati disertai • Abses rekuren
peritonitis generalisata, • Perdarahan sekunder
mortalitas 6-7%
• Kelainan pleuropulmonal • Rekurensi atau reaktifasi
abses
• Gagal hati
• Perdarahan ke dalam rongga
abses
• Empiema
• Fistula hepatobronkial
• Ruptur ke dalam perikard
atau retroperitoneum
Prognosis
• Mortalitas AHP setelah diterapi antibiotika yg sesuai dgn
penyebab & dilakukan drainase  10-16%
• Prognosis buruk:
– Keterlambatan diagnosis & pengobatan
– Hasil kultur darah yg memperlihatkan bakterial
penyebab multipel
– Tdk dilakukan drainase
– Ikterus
– Hipoalbuminemia
– Efusi pleural / penyakit lain
BALANTIDIASIS
Balantidium
• Balantidiasis (also known as balantidiosis) is
defined as large-intestinal infection
with Balantidium coli, which is a ciliated
protozoan (and the largest protozoan that
infects humans). B coli is known to parasitize
the colon, and pigs may be its primary
reservoir.
Tanda dan gejala
• Diare (watery, bloody, • Penurunan BB
mucoid) • Pusing
• Nausea • Colitis ringan
• Vomitting • Demam
• Abdominal pain • Kehilangan cairan tubuh
• Anorexia • Sindrom disentri

DD  fungal pneumonia
Faktor resiko
• Kontak dengan babi atau pupuk yang
terkontaminasi dengan kotoran babi
• Tinggal di daerah yang airnya terkontaminasi
dengan kotoran hewan yg terinfeksi
• Nutrisi yang buruk
• Pengkonsumsi alkohol
• Imunosupresi
Diagnosis
• Wet smear stool speciments
• Scrapings from the periphery of ulcers during an
endoscopic examination
• Chest radiography
• CT scan
• Colonoscopy
• Temuan histologi  B coli dapat menyerang mukosa
dan submukosa, menyebabkan ulserasi dan infiltrasi
sel polimorfonuklear dengan limfosit dan eosinofil.
Tatalaksana
• Tetrasiklin
• Metronidazole
• Iodoquinol
• Puromycin
• Nitazoxanide
Septikemia / bakterimia
• Merupakan terdapatnya bakteri dalam darah
yang sering terjadi dengan infeksi yang berat.
• Dapat mengancam jiwa dan memburuk
dengan cepat
• Penyebab  infeksi bakteri
• Kelompok orang yg memiliki faktor resiko
lebih besar:
1. Imunokompromais
2. Very young babies
3. Orang tua, terutama yang memiliki masalah
kesehatan
4. Orang dengan DM
5. Orang yang baru saja di rawat di RS
Tanda dan gejala
• Nafas cepat
• Perubahan status mental
• Confusion
• Demam & menggigil atau dapat juga suhu tubuh
yang sangat rendah
• Nadi cepat
• Buang air kecil menurun
• Mual, muntah
• Diare
Diagnosis
• Terdapat bakteri di dalam darah atau cairan
tubuh lainnya
• Leukositosis atau leukopenia
• Trombositopenia
• Tekanan darah rendah
• Acidosis
• Fungsi ginjal atau hati menurun
• USG, X-ray, CT scan  mencari sumber infeksi
Tatalaksana
• Antibiotik spektrum luas
• Oksigen  mempertahankan oksigen darah
normal
• Obat untuk meningkatkan tekanan darah
• Jika terjadi gagal ginjal  dialisis
Prognosis
• Sepsis sering mengancam kehidupan, terutama
pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
atau mengidap penyakit kronik
• Kerusakan yang disebabkan karena penurunan
aliran darah ke organ-organ vital seperti otak,
jantung, dan ginjal mungkin memerlukan waktu
untuk dapat di sembuhkan. Kemungkinan terjadi
masalah jangka panjang dengan organ-organ tsb
• Tidak semua pasien sepsis dapat bertahan hidup
Gagal hati
• Gagal hati terjadi ketika sebagian besar hati
rusak dan tidak dapat berfungsi lagi
• Suatu kondisi yang mengancam jiwa
• Terjadi secara bertahap dan selama bertahun-
tahun
Etiologi
• Virus  Hepatitis B, C, EBV, HSV
• Konsumsi alkohol jangka panjang
• Sirosis
• Malnutrisi
• Hemochromatosis (kelainan bawaan yang
menyebabkan tubuh menyerap dan menyimpan
terlalu banyak besi)
• Overdosis acetaminophen
• Reaksi terhadap obat tertentu dan obat herbal
• Konsumsi jamur beracun
Tanda dan gejala
• Tanda awal  nausea, fatigue, diare,
penurunan nafsu makan
• Lebih serius  jaundice, mudah terjadi
perdarahan, swollen abdomen, disorientasi
mental atau confusion (hepatik ensefalopati),
mengantuk, koma
Diagnosis
• Blood test
• Imaging test  USG
• Liver biopsy
Tatalaksana
• Transplantasi hati
• Obat untuk menetralisis racun
• Pencegahan  mengurangi resiko terjadinya sirosis
dan hepatitis
1. Vaksin hepatitis
2. Makanan yang bersih dan bergizi
3. Kurangi mengkonsumsi alkohol. Hindari jika sedang
mengkonsumsi acetamynophen
4. Hygiene yang baik
5. Tidak menggunakan alat toilet untuk bersama termasuk
sikat gigi
6. Menggunakan kondom ketika melakukan hub seksual
7. Tidak menggunakan jarum bersamaan
Komplikasi
• Edema cerebral
• Perdarahan
• Infeksi
• Gagal ginjal
Empyema
• Merupakan kumpulan nanah di ruang antara
paru-paru dan permukaan dalam dari dinding
dada (rongga pleura)
• Biasanya disebabkan karena infeksi yang
menyebar dari paru-paru
• Faktor resiko  bacterial pneumonia, TBC,
chest surgery, abses paru, trauma atau cedera
dada, thoracentesis.
Tanda dan gejala
• Nyeri dada, memburuk ketika bernapas dalam
• Batuk kering
• Keringat berlebih, terutama keringat malam
• Demam dan menggigil
• Malaise
• Sesak napas
• Penurunan BB
Diagnosis
• Chest X-ray
• CT scan
• Analisis cairan pleura
• Thoracentesis
Tatalaksana
• Tujuan  mengobati infeksi yang ada
- Drainase nanah
- Antibiotik untuk mengendalikan infeksi
- Masalah pernapasan  operasi
• Prognosis  baik. Namun jika terjadi
komplikasi seperti pneumonia dpt
menimbulkan kerusakan paru yang permanen
dan kematian

Anda mungkin juga menyukai