Anda di halaman 1dari 76

REFERAT

INFEKSI NEONATAL

PEMBIMBING :
dr. Suranti, Sp.A

Oleh :
Vivian Saputra / 406172084

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAA SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
DEFINISI/TERMINOLOGI
• ditemukan adanya mikroorganisme dan respons imun belum disertai dengan
Infeksi adanya gejala klinis

Penyakit
• ditemukan mikroorganisme, respons imun, dan gejala klinis
Infeksi

• bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0-28 hari). Pada masa neonatal, akan dimulai
Neonatus terjadinya adaptasi terhadap lingkungan dan perubahan sirkulasi darah.
EPIDEMIOLOGI
• Infeksi neonatal  salah satu insiden tersering pada neonatus dan bayi & menjadi
salah satu penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada neonatus dan bayi.
• Infeksi pada bayi baru lahir terbagi menjadi dua yaitu early onset infection (infeksi
dini) dan late onset infection (infeksi lambat).
• Angka kejadian infeksi dini ±1-2 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian yang
disebabkan infeksi dini adalah sekitar 3% (bayi baru lahir) dan ±16% (BBLSR)
• Angka kematian akibat infeksi lambat pada neonatus usia 8-14 hari adalah sekitar
36%, sedangkan pada neonatus usia 15-28 hari mencapai sekitar 52%.
ETIOLOGI

• melalui transplasental dapat disebabkan oleh sifilis, rubella, varicella,


Infeksi cytomegalovirus (CMV), parvovirus B19 dan toksoplasmosis.
intrauterin

• Virus herpes simpleks, virus hepatitis B dan HIV sering ditularkan lewat
Infeksi jalan lahir yang terinfeksi selama proses persalinan.
intrapartum

• dapat terjadi akibat kontak langsung dengan ibu atau orang sekitar yang
terinfeksi, misalnya pada infeksi TB. Selain itu, infeksi postpartum yang
Infeksi
disebabkan HIV dapat terjadi melalui ASI yang terinfeksi.
postpartum
Patogenesis

• Intrauterin
Infeksi

• Intrapartum • Post Partum

• Barier Plasenta
• Asending infection • Nosokomial (NGT,
• Aspirasi ketuban Suction, ETT, botol
• Virus : rubella, • Luka kulit bayi susu)
herpes,sitomegalo, • Hygienis tenaga medis
koksaki, influenza,
• Air ketuban &
parotitis mukonium tertelan • Luka umbilikus
• Bakteri :grop B • >> bila KP 18-24 jam • Kateter Umbilikus
Streptococcus, • Jejas Forceps
tuberculosis
• Parasit : plasmodium,
treponema,
toksoplasma
SEPSIS NEONATORUM
SEPSIS NEONATORUM

SEPSIS SYOK SEPTIK


SINDROM SEPSIS
Keadaan ditemukannya sindrom sepsis yang disertai
gejala klinis terhadap sepsis yang disertai hipotensi namun masih
penyakit infeksi berat dengan gangguan berespons terhadap
disertai dengan respons perfusi organ pengobatan cairan &
sistemik farmakologik

Epidemiologi : Insiden sepsis >> pada kelompok neonatus & bayi <1 tahun
Pasien dengan sepsis berat, sebagian besar disebabkan oleh infeksi
saluran nafas (sekitar 36-42%), bakteremia, dan infeksi saluran kemih.
Etiologi
Bayi dan anak di rumah sakit
- Sesuai pola kuman di rumah
sakit Asplenia
fungsional/asplenik
- Coagulase-negative
Staphylococcus - Sepsis Salmonella
- Methicillin Resistant - Organisme berkapsul: S.
Staphylococcus aureus (MRSA) pneumonia, H. influenzae
- Organisme gram negatif

sesuai usia Bayi dan anak


di komunitas :
- S. pneumonia
- N. meningitidis Organisme lain
- S. aureus dan SEPSIS - Jamur (Candida, Aspergillus)
Streptokokus grup A - Virus (influenza, varicella,
NEONATUS HSV)
- H. influenzae tipe B
- Bordetella pertussis
Faktor Resiko
• Ketuban pecah dini & ketuban pecah >18 jam
• Infeksi dan demam >38°C pada masa peripartum
• Korioamnionitis
• ISK
• Ketuban hijau keruh dan berbau
IBU • Persalinan dan kehamilan kurang bulan
• Gemelli

• Prematuritas dan BBLR


• Prosedur invasif
• trauma pada proses persalinan
• Bayi dengan galaktosemia
• Asfiksia neonatorum
BAYI • Tidak diberi ASI
• Dirawat di rumah sakit atau di bangsal intensif terlalu lama
Faktor Resiko Mayor dan Minor
NO Faktor Mayor Faktor Minor
1 Ketuban Pecah > 24 jam Ketuban Pecah > 12 jam
2 Ibu demam intrapartum > 38°C Ibu demam intrapartum > 37,5°C.
3 Korioamnionitis Gemelli
4 Fetal takikardi > 160 kali /menit APGAR score yang rendah
1”  skor < 5
5”  skor < 7
5 Ketuban berbau Ibu dengan ISK / tersangka ISK yang tidak diobati

6 BBL sangat rendah (<1500 gram)


7 Usia Gestasi < 37 minggu
8 Keputihan pada ibu
Klasifikasi
Berdasarkan Onset waktu :

• timbul dalam 3 hari pertama (<72 jam)


• gambaran klinis cepat memburuk terutama ditandai
gejala pernapasan yang menonjol (ARDS)
Sepsis Awitan Dini • Mortalitas & morbiditas sangat tinggi
• Sumber infeksi dari proses persalinan dan jalan lahir ibu

• timbul umur >72 jam


• sumber infeksi dari lingkungan sekitar atau rumah sakit
(infeksi nosokomial)
Sepsis Awitan Lanjut • ditemukan fokus infeksi (kulit, umbilikus, mata, saluran
napas)
MANIFESTASI KLINIS
• Manifestasi klinis dini sepsis dan sepsis yang terjadi pada masa neonatus dan anak dengan gangguan
imunitas yang berat sangat sulit untuk diketahui.
• Stadium dini sepsis sulit dibedakan dari penyakit infeksi biasa, tetapi kemudian anak menunjukkan
adanya tanda awal sepsis yang dapat berupa menggigil, hiperventilasi, takikardia, vasodilatasi, yang
disusul dengan hipotensi.
• Gelisah dan agitasi  biasanya tanda awal syok septik
• Pada stadium dini syok septik dapat ditemukan kulit yang hangat (warm shock)
• Hipotensi yang terjadi dapat mengakibatkan  timbulnya gagal ginjal akut, gangren perifer, dan
laktik asidosis.

• Pada syok berat dapat timbul gagal organ berganda  memperburuk prognosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
• Pemeriksaan kuman dengan kultur darah  gold standar
• Pungsi lumbal
• Pewarnaan Gram
• Pemeriksaan Hematologi
• Hitung trombosit  Pada penderita sepsis neonatorum dapat terjadi trombositopenia
(trombosit <100.0000/µL), MPV dan PDW ↑ signifikan pada 2-3 hari pertama kehidupan.
• Hitung leukosit dan hitung jenis leukosit
• Rasio neutrofil imatur dan neutrofil total (rasio I/T)
• Pemeriksaan C-reactive protein (CRP)

• Pencitraan
DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan adanya:
• Infeksi, meliputi faktor predisposisi infeksi, tanda atau bukti infeksi yang sedang
berlangsung, respon inflamasi; dan
• Tanda disfungsi/gagal organ.
Kriteria Disfungsi
Organ
DIAGNOSIS BANDING
• Intoksikasi
• Sindrom kawasaki
• Syok anafilaksis
• Leptospirosis
• Tuberkulosis
• Malaria
• Kriptokokosis
• Penyakit Lyme
• Rocky Mountain Spotted Fever
TATALAKSANA
Tatalaksana infeksi
1. Antibiotika
• Prinsip utama paradigma terapi antibiotik empiris pada sepsis dengan penyebab yang belum
diketahui:
• Berikan pilihan antibiotik pertama secara efektif dan tepat
• Dasarkan pemilihan antibiotik, baik empiris maupun bertarget, pada pengetahuan pola kepekaan
lokal (antibiogram lokal)
• Optimalkan dosis dan rute pemberian antibiotik
• Berikan antibiotik tunggal, spektrum luas dengan durasi sesingkat mungkin
• Sesuaikan atau hentikan terapi antibiotik sedini mungkin untuk mengurangi kemungkinan
resistensi (de-eskalasi)
2. Antibiotika Kombinasi
• Pilihan Kombinasi Antibiotik Empiris untuk sepsis anak dengan penyebab belum diketahui:
– Extended-spectrum penicillina + aminoglikosidab
– Sefalosporinc generasi ketiga atau keempat + aminoglikosidaa + vankomisin
– Karbapenem + aminoglikosidaa + vankomisin

aampisilin-sulbaktam menjadi pilihan pertama extended-spectrum penicillin dalam


terapi sepsis
bfloroquinolon dapat menggantikan aminoglikosida pada semua regimen di atas
cSefalosporin generasi ketiga seftriakson tidak boleh digunakan ketika dicurigai atau

terbukti adanya Pseudomonas


3. Anti jamur
− Pasien dengan predisposisi infeksi jamur sistemik (skor Kandida ≥3 dan kadar prokalsitonin
>1,3 ng/mL) memerlukan terapi anti-jamur.
− Penggunaan anti-jamur pada sepsis disesuaikan dengan data sensitivitas lokal. Bila tidak ada data,
dapat diberikan lini pertama berupa: amphotericin B atau flukonazol, sedangkan lini kedua adalah
mycafungin.

Algoritma Pemberian Anti Jamur


Tatalaksana Disfungsi Organ
• Pernapasan
• Ventilasi Non-Invasif
• Ventilasi mekanik invasif
• Resusitasi Cairan dan Tatalaksana Hemodinamik
• Transfusi darah
• Transfusi plasma
• Kortikosteroid
• Kontrol glikemik
• Nutrisi
• Menghilangkan sumber infeksi
Evaluasi Penggunaan Antibiotika dan Anti-jamur
Evaluasi Disfungsi Organ dan Prognosis
• Perbaikan disfungsi organ dan prognosis dinilai dengan skor PELOD 2 dan
prokalsitonin, menggunakan panduan derajat keparahan penyakit:
• Derajat ringan: skor PELOD2 nilai 0-3 dan kadar PCT 0,5-1,99 ng/ml
• Derajat sedang: skor PELOD2 nilai >3-9 dan kadar PCT 2,0-9,99 ng/ ml
• Derajat berat: skor PELOD2 nilai >9 dan kadar PCT 10 ng/ml
TETANUS NEONATORUM
TETANUS NEONATORUM

Gangguan neurologis ditandai dengan


Definisi me tonus otot dan spasme tanpa disertai
gangguan kesadaran, disebabkan
tetanospasmin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani

Tetanus tersebar di seluruh dunia terutama pada daerah


risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DTP yang rendah.
Epidemiologi WHO menyebutkan sekitar 34.000 tetanus neonatorum
menyebabkan kematian pada tahun 2015
TETANUS NEONATORUM

Etiologi Clostridium tetani


bakteri Gram positif, anaerob obligat, dapat membentuk
spora, dan berbentuk drumstick.

Port d’entree
Spora Clostridium tetani masuk melalui luka tali pusat,
karena perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan misalnya :
- Pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang
tidak steril
- Setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak,
daun-daunan, dsb
Dampak Tetanospasmin
pada tubuh
GEJALA & TANDA
• Gejala awal ; kekakuan otot rahang untuk mengunyah  trismus (pd bayi ‘mecucu’)
• Sulit menelan, gelisah, mudah terkena rangsang
• Kekakuan otot wajah (rhesus sardonicus)
• Kekakuan otot tubuh (punggung, leher dan badan)  spt busur
• Kekakuan otot perut
• Kejang-kejang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Laboratorium
Hasil lab umumnya tidak khas, cairan serebrospinal normal dan jumlah leukosit
dapat normal atau sedikit meningkat.
• Pemeriksaan Penunjang lain
– Pemeriksaan mikrobiologi, bahan diambil dari luka berupa pus atau jaringan
nekrotis kemudian dibiakkan pada kultur agar darah atau kaldu daging.
– Pemeriksaan cairan serebrospinalis
– Pemeriksaan EEG
PENGOBATAN
• Pengobatan pada tetanus terdiri atas :
• Pengobatan umum : kebutuhan cairan dan nutrisi, menjaga kelancaran jalan nafas,
oksigenasi, mengatasi kejang, perawatan luka atau port’d entree lain yang didugas
seperti karies dentis dan OMSK.
• Pengobatan khusus : pemberian antibiotik dan serum anti tetanus.
Tindakan atau pengobatan pada pasien tetanus neonatorum:
• Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
• Berikan diazepam 10 mg/kgbb/hari secara IV dalam 24 jam atau dengan bolus IV setiap 3
jam (dengan dosis 0,5 ml per kali pemberian), maksimum 40 mg/kgbb/hari.
• Bila frekuensi nafas kurang dari 20 kali/ menit dan tidak tersedia fasilitas penunjang nafas
dengan ventilator, diazepam dihentikan meski bayi masih mengalami spasme.
• Bila bayi mengalami henti nafas selama spasme atau sianosis sentral setelah spasme,
berikan oksigen dengan kecepatan aliran sedang, bila belum bernafas spontan lakukan
resusitasi, bila tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas NICU.
• Berikan bayi Human tetanus imunoglobulin 500 IU IM atau antitoksin tetanus (equine
serum) 5000 IU IM sebelumnya dilakukan tes kulit terlebih dahulu.
• Tetanus toksoid 0,5 ml IM diberikan pada tempat yang berbeda dengan tempat
pemberian antitoksin.
• Pemberian antibiotic
– Lini 1: Metronidazol 30 mg/kgbb/hari dengan interval setiap 6 jam
(oral/parenteral) selama 7-10 hari.
– Lini 2 : Penisilin Procain 100.000 U/kgbb/hari IV dosis tunggal 7- 10 hari.
• Jika terdapat sepsis atau bronkopneumonia, berikan antibiotik yang sesuai.
• Bila terjadi kemerahan dan atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal tali pusat,
atau keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali pusat,
berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.
KOMPLIKASI PROGNOSIS
• bronkopneumonia • Prognosis tetanus ditentukan oleh
• respiratory distress masa inkubasi, period of onset, jenis
• gagal nafas akut luka dan keadaan status imunitas
pasien.
• fraktur kompresi
• Tetanus neonatorum merupakan
• hipertermia tetanus berat  prognosis buruk.
PENCEGAHAN
• Toksoid tetanus yang diberikan 3 kali berturut-turut pada trimester
ketiga kehamilan
• Sterilitas pada waktu pemotongan tali pusat dan perawatan tali pusat
selanjutnya
MENINGITIS NEONATORUM
MENINGITIS NEONATORUM
• Meningitis  peradangan yang mengenai sebagian/ seluruh selaput otak (meningen)
Definisi
ditandai dengan pe↑an jumlah sel darah putih dalam cairan serebrospinal.

• Meningitis terjadi pada sekitar 0,1 – 0,4 neonatus per 1000 kelahiran hidup, dengan angka
Epidemiologi
kejadian lebih tinggi pada bayi prematur dan bayi yang dirawat lama di rumah sakit.

• Organisme penyebab meningitis neonatorum tersering, : GBS, (terutama tipe III) dan bakteri batang gram negatif
(terutama Escherichia coli dengan antigen K1)
• Agen kausatif lain : Listeria monocytogenes (serotipe IVb), streptokokus lain(enterokokus, Streptococcus
Etiologi pneumoniae), basilika enterik gram negatif lain (Klebsiella, Enterobacter dan Serratia spp), dan Neisseria
meningitidis.
Faktor risiko meningitis neonatorum

• Prematuritas
• Kolonisasi GBS pada rektovaginal ibu
• Korioamnionitis atau demam pada ibu
• Ruptur membran yang prematur
• Ruptur membran berkepanjangan (>18 jam)
• Monitor fetus secara invansif
• Berat badan lahir sangat rendah (<1500 gram)
• Dirawat di RS dalam waktu lama
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis meningitis bakterial pada neonatus tidak spesifik : sulit makan, letargi,
rewel, apnea, apatis, febris, hipotermia, ikterik, ubun-ubun menonjol, pucat, syok,
hipotoni, shill cry.

Gejala klinis pada bayi dan anak yang menderita meningitis : adanya kaku kuduk,
ubun-ubun menonjol, konvulsi, fotofobia, cefalgia, penurunan kesadaran, irritable,
letargis, anoreksia, nausea, vomitus, koma, febris
PEMERIKSAAN FISIK
• Tanda disfungsi serebral : confusion, irritable, delirium sampai koma, biasa disertai febris
dan fotofobia.
• Tanda rangsang meningeal : pada ±50% penderita meningitis bakteri.
– Pemeriksaan kaku kuduk, Kernig, Brudzinski dapat membantu dalam diagnosis
meningitis namun dapat negatif pada anak yang sangat muda, debilitas, dan bayi
malnutrisi.
• Palsi nervus kranialis akibat TIK atau adanya eksudat yang menyerang saraf.
• Gejala neurologis fokal  karena adanya iskemia sekunder terhadap inflamasi vaskuler dan
tombosis.
• Bangkitan kejang umum atau fokal terjadi pada 30% penderita
• Papil edema dan gejala tekanan tinggi intrakanial seperti koma, peningkatan tekanan darah
disertai bradikardia dan palsy nervus III.
• Pada tahap akhir penyakit, beberapa penderita menunjukkan gejala SSP fokal dan sistemik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Gold standard : analisis CSF, termasuk didalamnya adalah hitung leukosit, kadar
glukosa dan protein, pewarnaan Gram dan kultur.
• Pemeriksaan CSF perlu dilakukan rutin ulang dan kultur 2 – 3 hari setelah inisiasi
terapi antibiotik. Pemeriksaan ini penting terutama pada pasien yang tidak respon
secara klinis dan mengalami kejang dan demam yang menetap. Pemeriksaan CSF
ulang perlu dilakukan sebelum menghentikan terapi antibiotik.
TERAPI
• Terapi Antimikrobial
– Sebelum hasil kultur keluar, pasien meningitis neonatorum perlu diberikan antibiotik empiris :
ampisilin + aminoglikosida atau pemberian cefalosporin generasi 3 dengan kecurigaan ke arah
infeksi gram negatif.
– Dosis ampisilin : 100 – 150 mg/kgbb intravena per 8 jam dan gentamisin 3 mg/kgbb/hari
intravena.
– Pemberian cephalosporin generasi 3 bisa dengan cefotaxime 200 mg/kgbb/hari intravena
diberikan per 6 jam atau ceftriaxone 80 – 100 mg/kgbb/hari intravena setiap 12 – 24 jam, dengan
loading dose 75 mg/kgbb.
• Pemberian Kortikosteroid
– Kortikosteroid : dexamethasone, biasa diberikan pada neonatus sebagai terapi tambahan dan
untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti kehilangan pendengaran.
– dosis : 0,15 mg/kgbb setiap 6 jam selama 2 hari diberikan 1 sampai 2 jam sebelum pemberian
antibiotik.
MENINGITIS NEONATORUM

KOMPLIKASI PROGNOSIS
• abses otak • Penderita meningitis neonatorum
• hidrosefalus memiliki risiko terjadinya kecacatan
• efusi subdural sedang hingga berat.
• Ventrikulitis • ± 25-50% memiliki masalah dengan
bahasa, fungsi motorik, pendengaran,
• tuli dan kebutaan. penglihatan, dan kognisi; 5-20%
mengalami epilepsi di masa
mendatang.
REKAM MEDIS
IDENTITAS
• Nama lengkap : By. SIQ
• Usia : 0 tahun 17 hari
• No RM : 222250
• Jenis kelamin : Laki- laki
• Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 6 Januari 2019
• Pendidikan : Belum sekolah
• Pekerjaan : Belum bekerja
• Status Perkawinan : Belum Menikah
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Alamat : Tegalharjo 12/4 Trangkil, Pati, Jawa Tengah
ANAMNESIS
• Dilakukan alloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 23
Januari 2018 pukul 12.30 di ruang perinatal level 2 RSUD RAA
Soewondo Pati dengan nomor RM 222250.

• Keluhan Utama:
Lahir tidak langsung menangis
Riwayat Penyakit Sekarang
• Tanggal 6 Januari 2019 pukul 18.50 WIB lahir bayi laki-laki secara spontan per
vaginam dengan indikasi gemelli, dari ibu G1P0A0, usia kehamilan 32 minggu,
ANC (+) di puskesmas. Riwayat ketuban pecah dini (-), riwayat penyulit selama
hamil dan melahirkan (-). Riwayat demam, keputihan, anyang-anyangan, darah
tinggi, riwayat minum obat atau jamu selama kehamilan disangkal. Plasenta lahir
secara manual, kotiledon lengkap, infark (-). Jumlah ketuban cukup, warna jernih,
bau wajar.
• Setelah lahir, pasien tidak langsung menangis, tampak pucat, APGAR score 1-2-3.
Berat badan lahir 1400 gram, panjang badan 39 cm. Dilakukan pembersihan jalan
nafas, pemberian O2, rangsang taktil dan pencegahan hipotermi. Kemudian
pasien dirawat di ruang perinatal level 2 karena berat badan lahir sangat rendah
dan pola nafas tidak adekuat dan tidak teratur. Selama di perinatal level 2 pasien
tampak lemah, pucat, kurang aktif, menangis(+) merintih dan pola nafas pasien
tidak adekuat.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pada tanggal 8 Januari 2019, tiba-tiba pasien mengalami henti nafas dan tubuh
pasien tampak kebiruan, pasien segera dipindahkan ke NICU dan dipasang
ventilator. Pasien dirawat di NICU selama tujuh hari, selama di NICU pasien
megalami kuning di seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki, kejang (-),
demam(-), muntah(-).

• Tanggal 15 Januari 2019 pasien kembali dirawat di perinatal level 2, pasien


tampak pucat, lemas, kurang aktif, menangis (+), tubuh pasien kuning dari kepala
sampai kaki, muntah (+) 2 kali isi susu, sedikit. Pasien difototerapi selama dua
hari dan pasien mulai minum ASI melalui selang orogastrik sedikit-sedikit. Pasien
buang air besar 2 kali per hari, warna kuning, konsistensi lunak, lendir (-), darah
(-), buang air kecil 5-6 kali per hari, warna kuning, darah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat Penyakit Keluarga:
• Riwayat keluhan serupa (-) • Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat asma (-)
• Riwayat keguguran (-)
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat asma (-)
• Riwayat trauma (-)
• Riwayat alergi makanan atau obat (-)
• Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat penyakit ginjal (-)
• Riwayat penyakit jantung/paru (-)
Riwayat Perinatal
• Antenatal :
Selama kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan kandungan di puskesmas, riwayat kehamilan
dengan penyulit (-), riwayat minum obat/jamu (-).
• Natal :
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, lahir secara spontan pervaginam di rumah sakit
RSUD RAA Soewondo Pati. Umur kehamilan 32 minggu dengan berat badan lahir 1400 gram, dengan
APGAR-SCORE 1-2-3 .
• Post natal:
Pasien dirawat di RS (+) sejak lahir karena pucat, berat badan lahir sangat rendah, nafas tidak
adekuat, kuning.

Riwayat Imunisasi:
• Belum dilakukan imunisasi
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan:
• BB = 1400 gram; PB = 39 cm; LK = 29 cm
• Kurva Lubcencho:
– BB/usia kehamilan = SMK (diantara persentil 10 dan 90)
– PB/usia kehamilan = SMK (diantara persentil 10 dan 90)
– LK/usia kehamilan = SMK (diantara persentil 10 dan 90)
Riwayat Asupan Nutrisi:
• Pasien diberikan ASI melalui selang OGT (orogastric tube)
• Kesan: kualitas dan kuantitas asupan nutrisi tercukupi
PEMERIKSAAN FISIK
• Dilakukan tanggal 23 Januari 2018 jam 13.30
• Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : kurang aktif, menangis (+)
• Tanda Vital
 Tekanan Darah : -
 Frekuensi Nadi : 123 kali / menit
 Frekuensi Nafas : 56 kali / menit
 Suhu : 36,1˚C
 SpO2 : 97 %
• Data Antropometri
 BB : 1400 gram
 PB : 39 cm
PEMERIKSAAN SISTEM
• Kepala: bentuk normal, UUB tidak menonjol, belum menutup, caput
succedaneum (-), cephal hematom (-), sutura melebar (-)
• Mata: bola mata ODS (+/+), tidak cekung, CA (+/+), SI (+/+), RC langsung dan
tidak langsung (+/+), pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, , katarak kongenital
(-/-), injeksi konjungtiva (-/-), palpebra edema (-/-)
• Telinga: bentuk normal, liang telinga (+/+), sekret (-/-), daun telinga recoil
cepat (+/+)
• Hidung: bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), hiperemis (-/-)
• Mulut: sianosis (-), mukosa merah muda, labiognatopalatoskizis (-), lidah
normal, tidak ada hipersalivasi
• Leher: letak trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN SISTEM
• Cor:
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, thrill (–)
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (–)
• Pulmo:
Inspeksi : dada simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris statis
dan dinamis, retraksi (+), pola nafas tidak teratur
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Auskultasi : SDV +/+, Rh -/-, Wh -/-

• Abdomen:
Inspeksi : tampak datar, tidak ada benjolan
Auskultasi : bising usus (+) normal, 9 x/menit
Palpasi : supel, tidak terdapat hepatosplenomegali
PEMERIKSAAN SISTEM
• Ekstremitas dan tulang belakang : akral hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik,
tidak ada skoliosis, lordosis, kifosis, spina bifida
• Kulit : turgor kulit baik, lanugo jarang, ikterik (+) kramer 5, ruam (-)
• Kelenjar getah bening: tidak teraba pembesaran
• Anus dan genitalia :
• Anus: tidak terdapat anus imperforate/atresia ani/fistula/ekskoriasi
• Genital: bentuk penis normal, epispadia (-), hipospadia (-), testis di skrotum, rugae jelas

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks pada bayi :
Refleks moro (+)
Refleks palmar grasp (+)
Refleks plantar grasp (+)
Refleks rooting (+)
Refleks sucking (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 06/01/2019 09/01/2019 16/01/2019
Lekosit L 2,8 L 5,3 L 9,4
Eritrosit L 2,67 L 3,26 L 1,66
Hb L 11,4 13,4 L 6.2
Hematokrit L 32,5 L 36,9 L 16.6
Trombosit 215 181 294
Netrofil L 33,50
Limfosit H 58,80
Monosit 6.90
Eosinofil L 0,40
Basofil 0,40
GDS 158
Bilirubin Total H 13.23 H 10.12
Bilirubin Direct H 0.62 H 0.58
Bilirubin Indirect H 12.61 H 9.54
RESUME
• Telah diperiksa seorang bayi laki-laki berusia 0 bulan 17 hari dengan tidak langsung
menangis pada saat lahir, tampak pucat, APGAR score 1-2-3. Berat badan lahir 1400 gram,
panjang badan 39 cm. Telah dilakukan pembersihan jalan nafas, pemberian O2, rangsang
taktil dan pencegahan hipotermi. Pasien kemudian dirawat di ruang perinatal level 2 karena
berat badan lahir sangat rendah dan pola nafas tidak adekuat. Selama di perinatal level 2
pasien tampak lemah, pucat, kurang aktif, menangis(+) merintih dan pola nafas pasien tidak
adekuat dan tidak teratur. Pasien sempat mengalami henti nafas dan tubuh pasien tampak
kebiruan, pasien segera dipindahkan ke NICU dan dirawat di NICU selama tujuh hari. Lalu
pasien kembali dirawat di perinatal level 2 dan mengalami kuning dari kepala sampai kaki
dan sudah difototerapi selama dua hari. Pasien mulai minum ASI melalui selang orogastrik
sedikit-sedikit. Keluhan muntah (+) 2x isi susu. Pasien buang air besar 2 kali per hari, warna
kuning, konsistensi lunak, lendir (-), darah (-), buang air kecil 5-6 kali per hari, warna kuning,
darah (-).
RESUME

• Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Ny. SI dan Tn. P, lahir
secara spontan pervaginam di RSUD RAA Soewondo Pati pada tanggal 6 Januari
2019, usia kehamilan 32 minggu, berat badan lahir 1400 gram. Saat lahir pasien
tidak langsung menangis dan APGAR score 1-2-3.
• Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien tampak
kurang aktif, menangis (+), tanda-tanda vital: nadi 123 kali/menit, nafas 56 x/menit,
suhu 36,1oC, BB: 1400 gram, PB: 39 cm, LK: 29 cm, conjunctiva anemis +/+, sklera
ikterik(+/+), akral hangat, CRT < 2 detik, ikterik (+) kramer 5 , sianosis (-), retraksi (+).
• Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, didapatkan penurunan leukosit, eritrosit,
hematokrit, Hb, neutrofil dan eosinofil serta peningkatan limfosit, bilirubin total,
direk dan indirek.
DAFTAR MASALAH/DIAGNOSA

Diagnosa kerja:
• Sepsis
• BBLSR
• Asfiksia berat
• Anemia
• Hiperbilirubinemia
Clinical Reasoning
• Sepsis: Pada anamnesis diperoleh bahwa pasien sebelumnya ada keluhan tampak tidak
aktif, muntah, nafas tidak adekuat, kuning. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak kurang aktif, menangis merintih, dan ada hipotermi. Pada pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan penurunan leukosit, eritrosit, hematokrit dan neutrofil.
• BBLSR: Pasien lahir dengan berat badan 1400 gram
• Asfiksia berat : pasien tidak bernafas spontan, adekuat dan teratur setelah lahir, APGAR
score 1-2-3, retraksi (+).
• Anemia: Pada pemeriksaan fisik didapatkan conjunctiva anemis +/+, pada pemeriksaan
laboratorium darah pada tanggal 16/01/2019 diperoleh kadar hemoglobin 6,2 g/dl.
• Hiperbilirubinemia : Pada anamnesa pasien sempat kuning dari kepala sampai kaki, dari
pemeriksaan fisik didapatkan kulit ikterik Kramer 5, sclera ikterik kanan dan kiri, dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan bilirubin total, bilirubin direk dan
bilirubin indirek.
Diagnosis Banding Rencana Diagnostik
• Intoksikasi • Kultur darah
• Sindrom kawasaki • Foto rontgen toraks
• Leptospirosis • Urinalis
• Tuberkulosis • Pengukuran kadar asam laktat
• Malaria • Analisis gas darah
• Kriptokokosis • Kadar elektrolit darah
• Penyakit Lyme • Tes fungsi hati
Rencana Terapi Farmakologis Rencana Terapi Non-Farmakologis
• Infus D5 • Oksigen 1 L/menit
• Injeksi meropenem 30mg tiap 8 jam • Transfusi PRC 15 cc/kgBB
• Injeksi aminophilin 5 mg tiap 12 jam
• Injeksi amikasin 20 mg 24 jam
Rencana Evaluasi
• Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
• Evaluasi respons pengobatan: gejala klinis
• Awasi tanda-tanda perburukan (penurunan kesadaran, kejang, apneu, sianosis)
• Evaluasi kecukupan cairan dan gizi

Edukasi
- Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien (definisi, etiologi, faktor resiko, komplikasi,
tatalaksana, prognosis).
- Memotivasi ibu agar telaten memberikan ASI setelah keadaan pasien membaik dan menjaga
hygiene selama kontak dengan bayi dan ketika memerah ASI.
Prognosis
– Ad Vitam : Dubia ad bonam
– Ad Sanationam : Dubia ad bonam
– Ad Functionam : Dubia ad bonam

Kesimpulan
• Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 0 bulan 17 hari dengan keluhan tidak
langsung menangis saat lahir, kurang aktif, nafas tidak adekuat, dan muntah.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan diagnosa kerja sepsis neonatorum, BBLSR, asfiksia berat, anemia, dan
hiperbilirubinemia.
Analisis Kasus
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai