Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

DEFINISI ILMU EKONOMI PERTANIAN

 Ekonomi pertanian termasuk dalam


kelompok ilmu-ilmu kemasyarakatan (social
sciences), yaitu ilmu yang mempelajari
perilaku dan upaya serta hubungan antar
manusia.
 Perilaku yang dimaksud bukan hanya
perilaku petani secara sempit, tapi juga
persoalan ekonomi lainnya yang
berhubungan dengan produksi pertanian
secara langsung maupun tidak
 Ilmu ekonomi pertanian mempelajari
tentang fenomena-fenomena dan
persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan pertanian mikro maupun makro.
 Ilmu Ekonomi Pertanian mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan ilmu
sosiologi, antropologi, psikologi, hukum,
politik dan geografi.
SIFAT ILMU EKONOMI PERTANIAN

Ilmu Ekonomi Pertanian berkembang dari


dua pandangan yaitu:

1. Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu


ekonomi yang diterapkan pada bidang
pertanian.
2. Merupakan salah satu bagian atau cabang
dari ilmu pertanian, yaitu tentang aspek-
aspek sosial ekonomi dari persoalan-
persoalan yang dipelajari oleh ilmu
pertanian.

Bagian ini kemudian bercabang menjadi


dua yaitu ilmu ekonomi pertanian dengan
cabang ilmu yang dipelajarinya tataniaga,
ekonomi produksi pertanian dan lain-lain,
serta ilmu sosiologi pertanian.
Pokok Bahasan Ekonomi Pertanian
1. Analisis ekonomi dari proses produksi
dan hubungan sosial dalam produksi
pertanian, hubungan antar faktor-faktor
produksi, antara faktor produksi dan
hasil produksi, dan antara beberapa hasil
produksi dalam satu proses produksi →
ekonomi mikro
2. Menganalisis, menginterpretasikan dan
menghubungkan persoalan-persoalan
ekonomi makro, misalnya persoalan
pendapatan nasional, konsumsi, investasi,
lapangan kerja dan pembangunan
ekonomi.
 Kegiatan berproduksi merupakan kegiatan
yang banyak membahas aspek mikro yaitu
hubungan antara input dan output
 Perananan input terhadap output bukan hanya
dalam faktor jumlah dan ketersediaan, tapi
juga ditinjau dari segi efisiensi
penggunaannya
 Adanya faktor faktor tersebut diatas yang
menyebabkan terjadinya senjang
produktivitas (yield gap)
 Senjang produktivitas disebabkan oleh :
1. Teknologi yang tak dapat
dipindahkan dan perbedaan
lingkungan → yield gap I
2. Kendala biologi dan kendala sosial
ekonomi → yield gap II
Perbedaan Yield gap I
Hasil pada
Usahatani
Yield gap II

Hasil Hasil Hasil Usahatani


Lembaga Potensial Sesungguhnya
Eksperimen Usahatani
 Tersedianya sarana/faktor produksi/input
belum berarti produktivitas di tingkat petani
meningkat/tinggi
 Ada hal lain yang ikut mempengaruhi tingkat
produktivitas, yaitu efisiensi penggunaan
faktor produksi
 Konsep efisiensi pada usahatani terdiri dari :
1. Efisiensi Teknis
2. Efisiensi Harga
3. Efisiensi ekonomi
1. Efisiensi teknis → Jika petani mampu
mengalokasikan faktor produksi yang
dipakai sehingga menghasilkan produksi
yang tinggi.
2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga) → Jika
petani mendapatkan keuntungan yang besar
karena pengaruh harga faktor produksi
yang digunakan.
3. Efisiensi ekonomi → Jika usaha pertanian
tersebut mencapai efisiensi teknis dan
sekaligus juga mencapai efisiensi harga
 Upaya peningkatan produktivitas perlu
dilakukan melalui peran serta pemerintah
dalam membuat kebijaksanaan
perangsang berproduksi

 Kebijaksanaan perangsang berproduksi


dikategorikan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijaksanaan harga
2. Kebijaksanaan non harga
 Apabila petani memperhatikan prinsip
prinsip efisiensi (menjalankannya),
ditambah dengan upaya bagaimana
memanfaatkan kesempatan ekonomi
(mengejar keuntungan yang tinggi), maka
meningkatkan produksi bukan menjadi
suatu masalah
 Hal yang harus diperhatikan petani
selanjutnya adalah masalah pemasaran →
bagaimana memasarkan produksi yang
dicapai
 Aspek pemasaran sangat ditentukan oleh
keseimbangan antara permintaan dan
penawaran → menentukan harga
 Permintaan dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan konsumen, harga, dan selera
 Penawaran dipengaruhi oleh karakteristik
faktor produksi dan manajemen
 Faktor eksternalitas juga dapat
mempengaruhi keseimbangan permintaan
dan penawaran → peraturan pemerintah,
bencana alam, perubahan iklim, dll
 Hal lain yang lebih rumit dan sering
menimbulkan permasalahan dalam aspek
pemasaran adalah:
1. Adanya intervensi dari kebijaksanaan
yang tidak konsisten dengan
kebijaksanaan pemasaran
2. Adanya kendala dalam sistem
pemasaran yang sulit untuk
diselesaikan oleh pelaku pemasaran
3. Adanya potensi dan kesempatan untuk
membuka pemasaran baru atau
mengembangkan pemasaran yang ada, tapi
karena suatu hal (birokrasi) menjadikan
potensi dan kesempatan ini tidak dapat
dikembangkan
4. Adanya suatu sistem yang tidak terpadu
dimana kegiatan produksi, distribusi, dan
konsumsi tidak terjadi saling berkaitan dan
berinteraksi satu sama lain

Anda mungkin juga menyukai