Anda di halaman 1dari 41

ARITMIA

Nur Chrysanti Monita


1606833444
OGK-B
Kasus
◦ Seorang pasien wanita, berumur 60 tahun mengalami palpitasi dan dyspnea. Hasil
pemeriksan EKG menunjukkan laju ventrikular 200 kali/menit, adanya kompleks QRS
(0,15 s) sama dana depolarisasi yang berulang, serta berlangsung selama 20 detik.
1

JELASKAN KONDISI YANG DIALAMI PASIEN DI


ATAS DAN DIAGNOSIS APA YANG DAPAT
MENGGAMBARKAN KONDISI PASIEN DI ATAS!
Yang Dialami Pasien
◦ Pasien mengalami palpitasi : kondisi dimana denyat jantung terasa lebih cepat atau
melewatkan satu detak.
◦ Pasien mengalami dispnea : pasien mengalami sesak napas
◦ Berdasarkan hasil pemeriksaan EKG, pasien memiliki laju ventrikular 200 kali/menit
 Laju ventrikular normal adalah 60 – 100 kali per menit, sedangkan pasien memiliki
laju ventrikular sebanyak 200 kali/ menit. Hal tersebut menunjukkan adanya
ketidaknormalan. Pasien kemungkinan menderita sinus takikardia, dikarenakan
laju ventrikular > 100 kali per menit
◦ Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kompleks QRS (0,15 s). Kompleks QRS normal
adalah < 0,12 s.
2

APAKAH KEMUNGKINAN FAKTOR-FAKTOR


PENYEBAB DARI ARITMIA?
Faktor Penyebab Aritmia
◦ Perubahan sistem struktur atau elektrik/konduksi di jantung
◦ Kondisi aritmia meningkat pada iskemik jantung, CHF, hipoksemia,
hiperkapnea (kelebihan CO2), hipotensi, gangguan elektrolit, toksik krn obat,
kafein atau etanol berlebihan, ansietas dan exercise
Faktor Penyebab Aritmia
Serangan jantung

Gagal jantung atau cardiomyopathy

Gangguan katup jantung

Penyakit jantung bawaan

Tekanan darah tinggi

Konsumsi alkohol

Imbalans elektrolit
Cont’d
Myocarditis dan Pericarditis

Diabetes

Sleep apnea

Gangguan fungsi tiroid (hipotiroid dan hipertiroid)

Penggunaan obat-obatan yang dapat memicu aritmia

Kehamilan

Gagal Jantung Kongestif


3

JELASKAN KLASIFIKASI DARI ARITMIA!


Klasifikasi Aritmia
• Atrial aritmia (takikardi atrial, atrial flutter, fibrilasi atrial)
• Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT) dan
Supraventikular junctional ectopic tachycardia (JET)
• Atrioventricular reentrant tachycardia (AVRT), Wolf-
Parkinson-White Syndrome

Paroxymal
• Terdapat 2 jalur impuls yang muncul dalam nodus AV
Supraventricular • Laju atrial 160-220 bpm
Tachicardia (PSVT)
Supraventikular
Fibrilasi Atrial
Takikardia Atrial Atrial Flutter •Penyebab : multiple reentrant
•Penyebab : reentrant •Denyut 350-500 bpm
◦ Fokus ektopik •Pola QRS tidak teratur
•Denyut 250-350 bpm
◦ Denyut 150-250 bpm •Laju ventrikular tidak teratur dan cepat
disebabkan oleh blok AV
◦ Gelombang P variasi
•Manifestasi :
–Meningkatkan resiko pembentukan trombus
dan strok
–Menyebabkan laju ventrikel yg tidak teratur
dan cepat
Supraventrikular
AV Nodal Reentrant Tachycardia
Supraventrikular Jet
SUPRAVENTRIKULAR
Wolf-Parkinson-White Syndrome
◦ Koneksi elektrik kedua muncul antara atrial dan ventrikel
◦ Menghasilkan PR pendek
◦ Pre eksitasi
SUPRAVENTRIKULAR
Wolf-Parkinson-White Syndrome
4

JELASKAN PATOFISIOLOGIS YANG DAPAT


MENGGAMBARKAN KONDISI ARITMIA!
Patofisiologis Aritmia
◦ Aritmia didefinisikan sebagai kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari
impuls, atau gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan
normal aktivasi atrium sampai ventrikel. Penyakit ini dapat diketahui dari hasil EKG.
◦ Aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:
1. Gangguan pembentukan impuls,
Peningkatan automatisitas sel pacemaker; ectopic pacemaker
2. Gangguan penghantaran impuls,
Perlambatan penghantaran impuls atau blokade; perubahan dalam kecepatan
konduksi; perubahan masa refrakter
Gangguan Pembentukan Impuls
a) Gangguan pembentukan impuls di sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
b) Pembentukan impuls di atria (aritmia atrial)
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Fluter (Gelepar) atrial
4. Fibrilasi atrial
c) Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung/ Junctional)
1. Ekstrasistol penghubung AV
2. Takikardia penghubung AV
3. Irama lolos penghubung AV
Gangguan Penghantaran Impuls
1. Blok Konduksi
a. Bendasarkan tempat blok
◦ Blok SA
◦ Blok AV
◦ Blok Fasicular
◦ Blok Bundle Branch
◦ Blok IVCD (Intra Ventrikular Conduction Defect)
b. Berdasarkan derajat blok
◦ Derajat I
◦ Derajat II : - Mobitz I (Wenckebach)
- Mobitz II
◦ Derajat III : Blok total
2. Aksesori Konduksi
◦ Jalur Kent / Sindroma Wolff-Parkinson-White
◦ Jalur James / Sindroma-Lown-Ganong-Levin
◦ Jalur Mahaim
Reentry
◦ Re-eksitasi arus balik pada
ventrikel
◦ Menghasilkan depolarisasi
prematur ventrikel tunggal
◦ Bila berlajut  takikardi ventrikel
5&7

SEBUTKAN DAN JELASKAN TARGET PENGOBATAN DAN


OBAT APA SAJA YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI
AGEN TERAPI! DAN JELASKAN HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT
ANTIARITMIA!
Klasifikasi Obat Aritmia
(Vaughan Williams, 1984)
Klasifikasi Obat Aritmia
Kelas IA
(Quinidine, procainamide, and disopyramide)
◦ Hal yang perlu diperhatikan:
Terlalu banyak mengkonsumsi
quinidine menyebabkan
cinchonism (seperti
penglihatan kabur, tinnitus, sakit
kepala, disorientasi, dan
psikosis)
Kelas IB
(Lidocaine and mexiletine)
◦ Hal yang perlu diperhatikan:
Lidocaine memiliki indeks terapeutik
yang cukup luas. Sehingga
menunjukkan sedikit gangguan fungsi
ventrikel kiri dan tidak memiliki efek
negatif inotropik. Efek sistem saraf pusat
(SSP) meliputi nystagmus (indikator awal
toksisitas), mengantuk, bicara cadel,
paresthesia, agitasi, kebingungan, dan
kejang.
Mexiletine memiliki indeks teraoeutik
yang sempit dan hati-hati harus
digunakan saat pemberian obat
dengan inhibitor CYP2D6. Mual, muntah,
dan dyspepsia adalah efek samping
yang paling umum.
Kelas IC
(Flecainide and propafenone)
◦ Hal yang perlu diperhatikan:
Flecainide umumnya ditoleransi
dengan baik, dengan efek
samping paling sering
penglihatan kabur, pusing, dan
mual.
Propafenone memiliki profil efek
samping yang serupa, tetapi
mungkin juga menyebabkan
bronkospasme karena efek β-
blocking-nya. Harus dihindari
pada pasien dengan asma.
Propafenone juga merupakan
inhibitor dari P-glikoprotein. Obat
harus digunakan dengan hati-hati
apabila pasien juga
mengkonsumsi penghambat
CYP2D6.
Kelas II
(β-adrenergic antagonists, or β-blockers)
◦ Obat Kelas II mengurangi depolarisasi fase 4. Dengan demikian, menekan otomatisitas,
memperpanjang konduksi AV, dan menurunkan detak jantung dan kontraktilitas.
Obat-obat golongan II berguna untuk mengobati takiaritmia yang disebabkan oleh
peningkatan aktivitas simpatetik. Mereka juga digunakan untuk atrial flutter dan fibrilasi
dan untuk AV nodal reentrant tachycardia. Selain itu, β-blocker mencegah aritmia
ventrikel.
◦ Hal yang perlu diperhatikan: obat β-blockers menyebabkan bronkospasme sehingga
tidak dapat dikonsumsi untuk pasien penderita asma.
Kelas III
Terdiri dari:
1. Amiodarone
2. Dronedarone
3. Sotalol
4. Dofetilide
5. Ibutilide
Hal yang perlu diperhatikan:
Amiodarone menunjukkan berbagai efek toksik,
termasuk fibrosis paru, neuropati, hepatotoksisitas,
deposit kornea, neuritis optik, perubahan warna kulit biru
keabu-abuan, dan hipo-atau hipertiroidisme.
Dronedarone memiliki adverse effect yang lebih baik
daripada amiodarone tetapi masih menyebabkan
gagal hati. Obat ini kontraindikasi pada mereka yang
memiliki gejala gagal jantung atau fibrilasi atrium
permanen karena meningkatkan risiko kematian.
Dofetilide dan Ibutilide meningkatkan resiko proaritmia,
sehingga penggunaannya untuk pasien rawat inap saja.
Kelas IV
Meskipun voltage sensitive calcium channels
terdapat di banyak jaringan yang berbeda,
efek utama dari Calcium Channel Blockers
adalah pada otot polos pembuluh darah
dan jantung. Verapamil cenderung bekerja
pada jantung daripada pada otot polos
pembuluh darah, dan diltiazem bersifat
intermediet.
Di jantung, verapamil dan diltiazem
mengikat hanya untuk membuka
depolarized voltage-sensitive channels yang
terdepolarisasi, sehingga menurunkan arus
ke dalam yang dibawa oleh kalsium. Mereka
mencegah repolarisasi sampai obat
berdisosiasi dari saluran, menghasilkan
penurunan tingkat fase 4 depolarisasi
spontan.
Digoxin
◦ Digoxin menghambat channel Na+/K+-ATPase sehingga memperpendek periode
refraksi di atrial dan sel myocardial ventricular dan memperpenjang periode refraksi
efektif dan menurunkan kecepatan konduksi di AV node.
◦ Pada dosis toksik digoxin menyebabkan adanya denyut vetrikular ektopik.
Adenosine
◦ Merupakan nukleosida alami, tetapi pada dosis tinggi, obat menurunkan kecepatan
konduksi, memperpanjang periode refraktori, dan menurunkan otomatisitas di AV
node.
◦ Adenosin intravena adalah obat pilihan untuk mengobati takikardia supraventricular
akut. Ia memiliki toksisitas rendah tetapi menyebabkan flushing, nyeri dada, dan
hipotensi.
Magnesium Sulfate
◦ Magnesium diperlukan untuk transportasi natrium, kalsium, dan kalium melintasi
membran sel. Ini memperlambat laju impuls nodus SA pembentukan dan
memperpanjang waktu konduksi sepanjang jaringan miokard. Magnesium sulfat
intravena adalah garam yang digunakan untuk mengobati aritmia, sebagai
magnesium oral tidak efektif dalam pengaturan aritmia. Paling terutama, magnesium
adalah obat pilihan untuk mengobati yang berpotensi aritmia aritmia fatal de pointes
dan aritmia yang diinduksi digoksin.
6

JELASKAN MANAGEMENT TERAPI


FARMAKOLOGI UNTUK ARITMIA!
Pemilihan Terapi Aritmia
◦ Diagnosis tepat aritmia yang terjadi  slow or fast rate
◦ Tentukan penyebabnya dan obati
◦ Pencegahan thd kambuhnya aritmia
Manajemen Terapi

Non-Farmakologi

Farmakologi
Non-Farmakologi
•Akut • Implantasi internal cardioverter-defibrilators
(ICDs)  syok arus searah
–Carotid sinus massage
Alat yang dimasukkan ke dalam tubuh yang
dpt mendeteksi takikardi atau fibrilasi ventrikel
•Profilaksis yang lama dan mengakhirinya dengan
memberikan kejutan langsung pada atrium 
–Implantable defibrillator
memulihkan irama normal dari jantung
Diimplantasi di bawah kulit dan dilekatkan ke
jantung dengan 2 elektroda, 1 mll vena ke
•Pacing atrium kanan dan lainnya ke ujung ventrikel
–Sementara kanan
–permanen
Farmakologi
Kelas I : Gol penyekat Na
• Ia : Quinidin, procainamid, disopyramid
• Ib : Lidocain, mexiletin, phenytoin
• Ic : Propafenon, flecainamid
Kelas II : Gol penyekat beta
• Propranolol, bisoprolol dll
Kelas III : Gol obat yang memperpanjang potensial aksi &
repolarisasi :
• Amiodaron, sotalol, bretilium dll
Kelas IV : Gol kalsium antagonis :
• Verapamil, diltiazem
8

SETELAH 6 MINGGU PASIEN MENDAPATKAN TERAPI SESUAI


DENGAN KONDISI YANG DIALAMI, PASIEN MENGELUHKAN
SERING MERASAKAN LELAH. PEMERIKASAAN LANJUTAN
MENUNJUKKAN DENYUT JANTUNG SAAT ISTIRAHAT MENJADI LEBIH
RENDAH DARI DENYUT JANTUNG SEBELUMNYA. PASIEN
MENGALAMI PENINGKATAN KADAR THYROID-STIMULATING
HORMONE DAN TIROKSIN RENDAH DARI HASIL UJI
LABORATORIUM. DARI KONDISI DI ATAS, OBAT APAKAH YANG
MUNGKIN SEDANG DIKONSUMSI PASIEN?
Obat yang mungkin dikonsumsi
pasien?
◦ Dapat disimpulkan bahwa obat yang mungkin dikonsumsi pasien adalah Amiodarone.
Referensi
◦ Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Basic & clinical pharmacology (12th
ed.). New York ; New Delhi: TataMcGraw-Hill education.
◦ Katzung B. G. 2009. Basic and Clinical Pharmacology. 11th ed. USA: McGraw Hill
Companies.
◦ Whalen, Karen. (2015). Lippincott’s Pharmacology Sixth Edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer.
◦ http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/71073/e44364312afd035ba2c4089c5e86
3412
◦ https://fkuwks2012c.files.wordpress.com/2015/05/aritmia.ppt
◦ http://eprints.undip.ac.id/55171/3/Danielle_Karen_Widjaja_22010113130175_Lap.KTI_Ba
b2.pdf

Anda mungkin juga menyukai