Dasar-Dasar Terapi Secara Rasional
Dasar-Dasar Terapi Secara Rasional
SpPD, FINASIM
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Moewardi / Fakultas
kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Materi Kuliah Budaya Ilmiah 19- September 2011
Seorangklinisi atau dokter dalam
menjalankan profesinya tidak hanya
menentukan diagnosis dan terapi saja,
tetapi!
yang lebih penting adalah
• membantu pasien dan keluarganya dalam
mengatasi masalah penyakit dan
kematian.
Untuk menentukan terapi harus
berdasarkan diagnosis yang tepat.
Mengapa ?
karena tidak berdasarkan evidence base medicine
(EBM).
Profesidokter dan kesehatan tidaklah
cukup hanya berpedoman pada
kemampuan klinik dan pengalaman .
Atau
Digunakan sebagai”
1.Gold standart/ standar baku/standar emas “
2.Guideline therapi.
3.Review
Sistematic reviews dari literatur kedokteran.
Large
prospective studies (pemantauan
waktu).
2. Systemic Review
• Topik klinik dan untuk mejawab
pertanyaan yang spesifik.
6. Cross-Sectional Study
7. Review
Pembagaian berdasarkan pendekatan
terhadap :
• Prevention.
• Diagnosis.
• Prognosis
• Therapy.
Level I:
• Designed randomized controlled trial.
Level II-1:
• Designed controllled trial tanpa random
Level II-2:
• Studi cohort atau case-control analytic.
Level II-3:
• Multiple time series dengan atau tanpa intervensi.
Level III:
• Pendapat ahli, penelitian klinik dasar, studi
descriptive atau laporan kasus.
Pembagian berdasarkan kekuatan dalam
intervensi terhadap terapi.
Misal Mana yang harus dipilih untuk menentukan
terapi pada pasien ?
Antara
• 1.Designed randomized controlled trial.
Atau
• 2. Designed controllled trial tanpa random.
• Jawab
Tentunya dipilih yang nomor 1.
Level A:
• Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik
lebih baik dengan resiko sedikit.
Level B:
• Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik
sedikit lebih baik dengan resiko sedikit
Level C:
• Suatu penelitian yang memberikan manfaat klinik
sedikit, dimana perbandingan antara manfaat dan
resiko sama.
Level D:
• Suatu penelitian yang memberikan resiko klinik
lebih berat.
Level E:
• Suatu penelitian yang tidak mempunyai bukti
cukup, kualitas jelek atau banyak pertentangan.
Level A:
• Consistent Randomised Controlled
Clinical Trial, Cohort study, keputusan
klinik berdasarkan validitas pada populasi
yang berbeda.
Level B:
• Consistent Retrospective
Cohort,Explonatory Cohort, Ecological
Study,,Outcomes Research, Case-control
Study, atau extrapolasi dari studi level A.
Level C:
• Case-series Study atau extrapolasi
dari studi level B
Level D:
• Opini tanpa critical appraisal atau
berdasarkan patophysiologi.
Digunakan untuk informasi terapi bila tidak ada
penelitian RCT dalam jumlah besar.
Uji
klinik merupakan jenis khusus dari studi
kohort yang kondisi studinya selektif, dintervensi
yang bertujuan untuk membandingkan suatu obat
baru dengan obat standart.
1. Dapatkah bekerja pada keadaan ideal ?
• Efikasi adalah lebih memberikan manfaat dari
pada kerugian dalam kondisi edeal
Kedua :
• Dibagi menjadi 2 kelompok (prognosis sebanding ):
Kelompok eksperimen (obat baru) yang diperkirakan bermanfaat.
Kelompok kontrol (obat lama).
Alokasi
Sampel
Sembuh
Intervensi pembanding
(kontrol)
Tidak sembuh
Studipada binatang tidak dimasukan
dalam uji klinik.
2 Uji Tahap II
• Uji efek pengobatan (efektifitas dan
keamanan).
• Terhadap pasien terbatas antara 100-200
pasien.
3 Uji Tahap III.
• Uji evaluasi terapi dalam skala penuh.
• Membandingkan obat yang baru dengan obat
standart.
• Disebut “Uji klinik” atau “studi komparatif.”
Lifestyle + Lifestyle +
Metformin+ Metformin+
Lifestyle Insulin basal Insulin
+ Intensive
Metformi Lifestyle +
n Metformin+
Sulfonylurea
Lifestyle +
Lifestyle + Metformin+
Metformin+ Pioglitazone+
Pioglitazone Sulfonylurea
Lifestyle + Lifestyle +
Metformin+ Metformin+
GLP-1 Agonis Insulin Basal