Anda di halaman 1dari 18

Nama kelompok:

1.Anisa Risyanti
2.Bella Nata Fitri
3.Camelia Clara Angelina
4.Dewi puspita Ningrum
5.Dilla Sinan Sari
6. Putri Kartika Qotrunnada
◦ Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri bersifat halofilik yang
tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio
termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik
dengan atau tanpa oksigen

◦ . Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH


6,5 - 8,5 . Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen . Bakteri
ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel
batang dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan
katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung
sel .
Klasifikasi Vibrio sp
◦ Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies:
◦ Vibro anguillarum
◦ Vibrio vulnificus
◦ Vibrio salmonicida
◦ Vibrio hollisae
◦ Vibrio alginolyticus
◦ Vibrio damsel
◦ Vibrio cholera
◦ Vibrio fluvialis
◦ V. parahaemolyticus
◦ Vibrio mimicus
Morfologi dan Identifikasi Vibrio

Ciri Khas Organisme


◦ Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan
yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat
dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa
literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm.

Biakan
◦ Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan
warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu
kamar (30°C). TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur
menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri
Vibrio sp ditemukan enam spesies bakteri patogen Vibrio sp, yaitu:
◦ Vibrio anguillarum
◦ Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif.
Sedangkan methyl red dan H2S negatif.
Vibrio alginolyticus
◦ Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan
manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.
Vibrio cholera
◦ Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah
menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase,
oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan
sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
Vibrio salmonicida
◦ Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh.
Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif.
Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif
Vibrio vulnificus
◦ Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S
glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif, sedangkan, laktosa bersifat
negatif.
◦ Vibrio parahaemolyticus
◦ Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni
berwarna hijau tua. Karak-teristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif,
katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan
sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif.
Vibrio cholerae dan Vibrio parahaemolyticus
VIBRIO CHOLEREA
◦ Morfologi dan Sifat :
◦ Kuman batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 mikrometer
◦ Gerak sangat aktiv dengan adanya flagel monotrik
◦ Tidak membentuk spora
◦ Pada biakan lama, dapat menjadi berbentuk batang lurus
◦ Negatif gram
Sifat Biakan
◦ Koloni cembung, bulat, smooth, opak dan tampak granuler; tes oksidase positif
◦ Bersifat aerob atau anaerob fakultatif
◦ Suhu optimum 37 derajat celcius
◦ pH optimum 8,5-9,5. Tidak tahan asam, bila dalam perbenihan terdapat
karbohidrat yang dapat diragi, kuman dapat mati.
◦ Tumbuh baik pada medium yang mengandung garam mineral dan asparagin
sebagai sumber karbon dan nitrogen.
◦ Contoh : Agar Alkaline taurocholate tellurite dan Agar TCBS
◦ Meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas, tidak meragi arabinosa.
◦ Meragi nitrat. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan nitrat)
akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna merah(
tes indol positif)
◦ Reaksi nitrosa indol (merah kolera) positif. Tes ini dapat dihambat oleh glukosa
Toksin
◦ Enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas BM 90.000
◦ Menyebabkan peningkatan aktivitas adenil siklase dan konsentrasi AMP siklik serta
hipersekresi usus kecil sehingga menyebabkan diare masif dengan kehilangan cairan
mencapai 20 liter per hari pada kasus berat.
◦ Vibrio biotip el tor menghasilkan : soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel darah
merah
◦ Struktur antigen :
◦ Antigen flagel H; bersifat heat labile. Anti bodi terhadap Antigen H tidak bersifat
protektif. Pada uji aglutinasi berbentuk awan
◦ Antigen somatik O; terdiri dari lipopolisakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk
seperti pasir. Anibodi terhadap anti-gen O bersifat protektif. Serogrup O tipe (0:1)
terdapat pada biotipe cholerae dan El Tor. Terdapat 3 faktor antigen : A,B,C yang
membagi serogrup 0:1 menjadi serotip Ogawa, inaba, dan hikojima
Patogenitas
◦ Dalam Keadaan normal hanya patogen untuk manusia
◦ Tidak bersifat invasif, kuman tidak pernah masuk dalam sirkulasi darah, tetapi menetap
atau terlokalisasi dalam usus.
◦ Menghasilkan toksin kolera (enterotoksin), musinase dan endotoksin
◦ Secara histologis, usus tetap normal
◦ Gejala Klinis
◦ Masa inkubasi 1-4 hari
◦ Gejala : mual,muntah,diare, dan kejang perut
◦ Ricewater stools yang terdiri dari mukus, sel epitel dan kuman vibrio dalam jumlah
besar.
◦ Gejala kehilangan cairan dan elektrolit, dehidrasi, kolaps sirkulasi dan anuri
◦ Angka kematian tanpa pengobatan : 25-50%
Diagnosa Laboratorium
◦ Bahan pemeriksaan : tinja dan atau muntahan
◦ Perbenihan :
◦ Agar pepton
◦ Agar darah dengan pH 9,0
◦ TCBS
◦ Tes fermentasi :
◦ Tes aglutinas
◦ Reaksi merah kolera
◦ Slide aglutination test
◦ Kekebalan
◦ Asam lambung dapat membunuh kuman yang masuk dalam jumlah kecil
◦ Antibodi yang terbentuk : IgA dan IgG yang hanya ada dalam waktu yang relatif singkat.
◦ Pengobatan
◦ Prinsip : Rehidrasi dengan cairan dan elektrolit.
VIBRIO PARAHAEMOLYTICUS

◦ Morfologi dan sifat


◦ Sifat-sifat, struktur dan pewarnaan serupa dengan spesies vibrio lainnya
◦ Metabolisme: fermentasi dan respirasi tanpa menghasilkan gas.
◦ Sifat biakan
◦ pH optimum 7,6-9,0
◦ Membutuhkan perbenihan selektif
◦ Halofilik: Membutuhkan minimal 2% NaCl. Biotip alginolyticus tahan sampai 11% NaCl; penting untuk
membendakan dari biotip parahaemolyticus.
◦ Pada agar TCBS membentuk koloni besar, smooth berwarna hijau (bedakan dari koloni V.cholerae yang
berwarna kuning.
◦ Generation time : 9-15 menit, Ini penting untuk epidemiologi gastroenteritis.
◦ Struktur Antigen
◦ Antigen O dan K penting untuk typing secara serologis
◦ Terdapat 11 tipe O dan 57 tipe K
Patogenitas

◦ Gejala dan tanda klinis serupa dengan yang disebabkan oleh V.Cholerae
◦ Belum pernah dapat diisolasi enterotoksin V.parahaemolyticus
◦ 95% isolat menunjukan tes hemolisis Kanagawa Positif. Tes ini mendeteksi hemolisis yang
melisiskan eritrosit manusia dan kelinci tetapi tidak melisiskan eritrosit kuda.
◦ Hubungan yang tepat antara hemolisis dengan enteropatogenik belum jelas. Hemolisin yang
diberikan ke dalam usus kelinci menyebabkan kolera dan didapatkan adanya dilatasi dan degenerasi
usus
Gejala klinis
◦ Dapat berupa gastroenteritis yang self limitting sampai yang berat seperti kolera
◦ Diare timbul dengan tiba-tiba dan sangat cair, tanpa darah dan mukus.
◦ Kadang-kadang disertai sakit kepala dan panas.
◦ Gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Pada kasus yang berat perlu
perawatan
◦ Terdapat infiltrasi lemak pada hati
◦ Diagnosis Laboratorium
◦ Bahan pemeriksaan adalah tinja dan usap dubur
◦ Harus segera dilakukan pembiakan atau dimasukkan ke dalam medium transpor ( Cary
blair atau Amies)
◦ Perbenihan : TCBS dan kaldu alkalipepton dengan penambhan 3% NaCl.
Pengobatan
◦ Biasanya self limitting
◦ Pada kasus berat, perlu rehidrasi dan penambahan elektrolit
◦ Antibiotika : kloramfenikol, kanamisin, tetrsasiklin, dan sefalotin.
◦ Pencegahan
◦ Kuman ini banyak terdapat di air laut, sehingga perlu perhatian khusus pada pekerja-
pekerja kapal., perenang dan juru masak sea food
◦ Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat
◦ Epidemiologi
◦ Di Jepang, 5% diare disebabkan V.parahaemolyticus
Sifat Patogenitas dan Gejala Klinis

◦ Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara
eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi Vibrio
khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu
makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah.

◦ Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Pada Vibrio parahaemolyticus
gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber penularannya adalah
melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi oleh lalat. Serta hubungan
antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang yang telah sembuh dari penyakit,
dan orang yang tidak pernah sakit tetapi membawa bibit penyakit atau healthy carrier.
Resistensi
◦ Antibiotik merupakan suatu senyawa kimia yang sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme, karakteristiknya tidak
seperti enzim, dan merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Penggunaan antibiotik yang berlebih pada tubuh manusia
dapat menyebabkan resistensi sel mikroba terhadap antibiotik yang digunakan. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat
tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik. Sejumlah isolat Vibrio yang diisolasi dari udang ternyata resisten terhadap
berbagai macam antibiotik seperti spektinomisin, amoksisilin, kloramfenikol, eritromisin, kanamisin, tetrasiklin, ampisilin,
streptomisin, dan rifampisin.
Pengobatan
◦ Mengatasi terjadinya dehidrasi dengan pemberian pediatric cholera solution yang banyak mengandung K+ dan HCO3.
Pemberian antibiotic tetrasiklin yang dapat mempersingkat masa pemberian caira atau rehirdasi. Sedangkan pada Vibrio
parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin, dan sefalotin.
Pencegahan
◦ Pendidikan kesehatan (health education)
◦ Perbaikkan sanitasi khususnya control terhadap vector lalat
◦ Vaksinasi dapat melindungi orang-orang yang kontak langsung dengan penderita.
◦ Diadakan perhatian khusus kepada pekerja-pekerja kapal, perenang, dan juru masak seafood karena habitat dari bakteri ii
adalah di laut.
◦ Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.

Anda mungkin juga menyukai