Anda di halaman 1dari 43

OM SWASTIASTU

KELOMPOK 3

• SANG AYU MADE DIAN ANDAYANI ( P07120016090 )


• I PUTU EKA PUTRA SUARTAMA ( P07120016091 )
• NI MADE ARI SUCIATI ( P07120016092 )
• LUH GEDE SWI SAPUTRI ( P07120016093 )
• DEWA AYU PUTRI DIAH ANGGRAENY ( P07120016094 )
Masalah perawatan pada

OSTEOMIELITIS OSTEOPOROSIS FRAKTUR


A. PENGERTIAN OSTEOMIELITIS

Osteomielitis ialah infeksi jaringan


tulang yang mencakup sumsum atau
kortek tulang yang disebabkan oleh
bakteri piogenik. Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik.
B. ETIOLOGI

Penyebab paling sering adalah stafylococcus auerus (70%


- 80%).
Organisme penyebab yang lain adalah salmonela
streptococcus dan pneumococcus (Overdoff, 2002:571).
Masuknya Bakteri stafylococcus auerus dapat melalui
beberapa cara Aliran darah, Penyebaran langsung,
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
C. PATOFISIOLOGI

Osteomielitis mungkin dilokalisasi atau mungkin menyebar melalui


sumsum tulang, dan
korteks periosteum. Patogen bakteri bervariasi berdasarkan usia
pasien dan mekanisme
infeksi. Hematogenous osteomyelitis, Osteomielitis inokulasi
langsung, Osteomielitis kronis
D. MANIFESTASI KLINIS

 Panas tinggi, anoreksia, malaise (adanya proses septikemia)


 Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota
bersangkutan, pembengkakan lokal (tanda-tanda radang
akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri
tekan Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak
begitu berat, anggota yang terkena nanah dan bengkak
E.PENATALAKSANAAN

Analgesik untuk menghilangkan nyeri


 Pemberian cairan intravena dan kalua perlu transfusi darah
Istirahat local dengan bidai atau traksi
Pemberian antibiotic secepatnya sesuai penyebab utamanya yaitu
stafilococcus aureus sambal menunggu hasil biakan kuman
Drainase bedah
ASKEP
A. PENGERTIAN OSTEOPOROSIS
 Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang
ditandai dengan rendahnya massa tulang dan
memburuknya mikrostruktural jaringan tulang,
menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan
risiko terjadinya fraktur.

 Lokasi kejadian patah tulang osteoporosis yang


paling sering terjadi adalah pada patah tulang
vertebra (tulang punggung), tulang leher femur,
dan tulang gelangtangan (patah tulang Colles).
B. ETIOLOGI
Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi estrogen
dan perubahan dengan penuaan, sedangkan penyebab
sekundernya terdapat predisposisi, yaitu sebagai berikut.

 Sejarah keluarga  Penyakit rematik


 Gangguan hematologi
 Gangguan endokrin
 Gangguan nutrisi dan gastrointestinal  Gangguan genetik
 Penyakit ginjal, meliputi  Gangguan lainnya
Obat-obatan
C.PATOFISIOLOGI
Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang di mana
resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa
tulang. Mineralisasi tulang tetap. Remodeling tulang digambarkan dengan
keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun pertumbuhan
terhenti, remodeling tulang berlanjut.

Remodeling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut


sepanjang hidup. Jika massa tulang tetap pada dewasa, menunjukkan
terjadinya keseimbangan antara formasi dan resorpsi tulang.
Keseimbangan ini dilaksanakan oleh osteoblas dan osteoklas
pada unit remodeling tulang.
D. TANDA DAN GEJALA
1.Patah tulang
2.Punggung yang semakin membungkuk
3.Penurunan tinggi badan
4.Postur tubuh kelihatan memendek akibat dari Deformitas vertebra
thorakalis
5.Nyeri punggung
6.Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri
dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul
mendadak
7.Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
8.Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila
melakukan aktivitas
9.Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan
menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan
sehingga dapat terjadi paraparesis

10.Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua)


biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah
menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien
biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri
punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan
tangan setelah jatuh.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Lab :
a.pemeriksaan darah rutin
b.pemeriksaan kimia darah
c.pemeriksaan hormone tiroid
d.pemeriksaan 25-hidroksivitamin D
e.urinalisa untuk mendeteksi adanya hiperkalsiuria
f.kadar testosterone
g.biopsi tulang
Radiodiagnostik :
Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan
saat ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray
absorptiometry (DXA)) adalah yang terbanyak digunakan.

DXA terbukti merupakan teknologi yang paling luas diterima untuk


mengetahui hubungan antara densitas tulang dengan risiko fraktur.
DXA juga merupakan teknik dengan akurasi dan presisi baik, serta
paparan radiasi yang rendah
F. Penatalaksanaan
Konservatif
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari
perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama
hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah
terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1. Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan
mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari) dalam dietnya (minum susu atau
makan makanan tinggi kalsium seperti salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau
aerobik dan menjaga berat badan normal.
2. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan tangan
harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.
3. Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan. Olahraga
yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olahraga yang
direkomendasikan termasuk di antaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan
joging.
ASKEP
PENGERTIAN FRAKTUR

 Fraktur adalah patahan pada kontinuitas struktur tulang.


 Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, kedaan tulang itu sendiri dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson, 2006 )
 Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup ( atau
sederhana ) kalau kulit atas salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan
ini disebut fraktur terbuka ( atau compound ) yang cenderung untuk
mengalami kontaminasi dan infeksi (A, Graham, A & Louis, S. 2000).

 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang


atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh ruda paksa.
KLASIFIKASI JENIS
FRAKTUR
Menurut (Brunner & Suddarth, 2005), jenis-jenis fraktur adalah :

A. Complete fracture (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulanng
dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
B. Closed fracture (simple frakltur), tidak menyebabkan robeknya kulit integritas
kulit masih utuh.
C. Open fracture (compound fraktur / komplikata / kompleks), merupakan fraktur dengan luka
pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau
membrane mukosa sampai kepatahan tulang. Fraktur tebuka digradasi menjadi :

Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
Grade III : luka sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
D. Greenstick,
E. Transversal,
F. Oblik,
G. Spiral,
H. Komunitif,
I. Depresi,
J. Kompresi,
K. Patologik
L. Epifisial,
M. Impaksi,
Menurut, (Sjamsuhidajat, 2005) patah tulang dapat dibagi menurut

1. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu

a. Patah tulang tertutup


b. Patah tulang terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke
dalam luka sampai ketulang yang patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi
tiga derajat yang yang ditentukan oleh berat ringannya patah tulang.
Tipe Fraktur Menurut Garis Fraktur

a. Fisura tulang

b. Patah tulang serong

c. Patah tulang tulang lintang

d. Patah tulang kuminutif oleh cedera hebat

e. Patah tulang segmental karena cedera hebat


f. Patah tulang dahan hijau : periost tetap utuh

g. Patah kompresi akibat kekuatan besar pada tulang pendek atau epifisis tulang pipa

h. Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavsi

i. Patah tulang impresi


j Patah tulang patoiogis akibat tumor tulang atau proses destruktif lain.
ETIOLOGI FRAKTUR

Menurut Oswari E, (2000), penyebab fraktur adalah :


– Kekerasan langsung
– Kekerasan tidak langsung
– Kekerasan akibat tarikan otot
Menurut (Brunner & Suddarth, 2005) fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang
disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.
PATOFISIOLOGI

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan
rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler.
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan
tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2006 : 1183)
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi faktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah

 Nyeri,
 Hilangnya fungsi,
 Deformitas,
 Pemendekan ekstremitas,
 Krepitus,
 Pembengkakan lokal,
 Perubahan warna.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut ( Doengoes, 2000 ) pemeriksaan diagnostik fraktur


diantaranya :

a.pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi atau luasnya


fraktur.
b.skan tulang, tonogramm, scan CT/ MRI : memperlihatkan
fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c.Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler
dicurigai.
d.Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun ( perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple), peningkatan jumlah SDP adalah respon stress
normal setelah trauma
e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan
beban kreatinin untuk kliren ginjal.

f. koagulasi : perubahan dapat terjadi pada


kehitangan darah, transfusi multiple,
atau cedera hati.
Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R :

a.Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan


kemudian di rumah sakit

b.Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen


tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya

c.Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahakankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan dibawah
fraktur.

d.rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur ( Price, 2006 )


Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2003)

Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok


dan penurunan kesadaran, baru periksa patah tulang

Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa


nyaman, mencegah komplikasi
C. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini, dan
pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera adalah :

1) Meraba lokasi apakah masih hangat

2) Observasi Warna

3) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler

4) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hitang sensasi pada lokasi
cedera

5) Meraba lokasi cedera apaka pasien bisa membedakan rasa sensasi nyeri
6) Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakan.
D.Pertahankan kekuatan dan pergerakan

E.Mempertahankan kekuatan kulit

F.Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkan intake


protein 150-300 gr/hari
G.Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan
untuk mempertahankan fragmen yang tetah dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh
Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner a Suddarth (2005) :

1. Inflimasi, tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom

2. proliferasi sel, terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi


revaskularisasi

3. Pembentukan kalus, jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang

4. Opsifikasi, merupakan proses penyembuhan pengambitan jaringan tulang


yang baru
5. Remodeling, perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati
dan reorganisasi.
KOMPLIKASI

komplikasi fraktur menurut (Price, A dan L. Wilson, 2006)


Malunion  Fat embolisme syndroma
Delayed union  Tromboembolik komptication
Nonunion  Infeksi
Compartment syndrome  Avascular nekrosis
Shock  Refleks symphathethik dysthropy
ASKEP

Anda mungkin juga menyukai