1. Studi tentang soal-soal dan keputusan moral yang
menghadang individu dan organisasi yang terlibat suatu rekayasa. 2. Studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang erat berkaitan satu sama lain tentang perilaku moral, karakter, cita-cita, dan hubungan orang-orang dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam pengembangan teknologi (Martin & Schinz inger, 1994). 3. Studi tentang permasalahan dan perilaku moral, karakter, cita-cita orang secara individu dan ataupun secara berkelompok yang terlibat dalam perancangan, pengembangan, dan penyebarluasan teknologi. KEANEKARAGAMAN ISU-ISU MORAL
1. Petugas inspeksi menemukan peralatan kontruksi
yang cacat, lalu ia menempelkan tanda bukti pelanggaran untuk mencegah penggunaan alat itu. Atasan petugas tersebut yang memandang hal ini sekadar sebagai pelanggaran kecil dari peraturan yang tidak begitu mengkhawatirkan, memerintahkan agar tanda tilang itu dicabut, supaya proyeknya tidak tertunda. Petugas inspeksi itu mengajukan keberatan, namun ia diancam dengan tindak disipliner. 2. Sebuah perusahaan peralatan listrik mengaajukan permohonan izin untuk mengoperasikan sebuah pembangkit tenaga nuklir. Instansi pemberi izin tertarik untuk mengetahui apakah standar-standar untuk keadaan darurat telah ditetapkan untuk menjamin keselamatan manusia, kalau-kalau reaktor tidak menjalankan fungsinya. Rekayasawan perlengkapan itu menjelaskan sistem alarmnya dan perjanjian dalam hal penanganan kesehatan dengan rumahsakit2 setempat. Mereka tidak menekankan bahwa standar-standar ini hanya berlaku bagi personel instalasi nuklir tersebut dan bahwa mereka tidak punya rencana bagi masyarakat di sekitarnya. Ketika ditanya soal kelalaian dalam hal ini, mereka menjawab “itu tanggung jawab orang lain” 3.Sebuah pabrik kimia membuang limbah di sebuah tempat pembuangan. Zat-zat berbahaya merembes ke lapisan air tanah. Para rekayasawan pabrik menyadari situasi ini tetapi tidak mengubah metode pembuangan karena para pesaing mereka juga menempuh cara ini yang memang murah. Selain itu, tidak ada peraturan hukum yang secara eksplisit melarang praktek tersebut. Pemerintah setempat juga tidak tanggap dan waspada terhadap bahaya ini. 4. Perusahaan elektronik ABC mulai memproduksi versi sendiri dari sebuah produk baru yang banyak diminati. Sebenarnya produk ini belum siap dijual, namun demikian, foto-foto dan spesifikasi yang mengesankan telah muncul dalam berbagai iklan. Calon-calon pembeli dibimbing untuk percaya bahwa produk itu telah tersedia di luar pasaran resmi dan telah ditarik dari jalur-jalur persaingan. Contoh-contoh di atas menunjukkan betapa problema- problema etis paling banyak muncul bila ada perbedaan dalam hal penilaian atau harapan tentang apa itu tata cara yang benar atau tindakan yang tepat.
Ke-4 kasus di atas telah mengangkat sejumlah
pertanyaan moral yang saling terkait. Kasus petugas inspeksi di atas yag menunjukkan diabaikannya peraturan, memiliki banyak variasi : dalam pengujian prototipe atau produk jadi dalam sebuah pabrik, dalam penanganan pemeriksaan keuangan, atau dalam tanggapan atas laporan tak diminta tentang situasi-situasi berbahaya. Kasus pembangkit tenaga nuklir di atas menunjuka pelbagai kemungkinan di mana penggunaan akhir suatu produk dan kegagalan-kegagalannya yang mungkin saja terjadi, bisa tak tertangkap oleh perancangnya. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan antisipasi efek-efekya pada setiap orang bisa mengakibatkan musibah Di dalam kerekayasaan, studi tentang moral/etika dapat dibedakan ke dalam beberapa kajian yang saling melengkapi dan terkait satu terhadap yang lain, yaitu: (Martin & Schinz inger, 1994). Dalam melakukan rekayasa dalam pembuatan suatu produk, para rekayasawan membuatnya dengan melalui 7 tahap yaitu : 1. Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan konsumen, artinya kita harus mengetahui produk apa yang diperlukan oleh konsumen. 2. Melakukan analisis fungsi terhadap produk yang akan dibuat. 3. Membangkitkan ide. 4. Menentukan alternative. 5. Membuat prototipe 6. Melakukan uji coba 7. Implementasi Tahap pertama
Pada tahap pertama yaitu identifikasi kebutuhan
konsumen, rekayasawan akan melakukan survey mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat selaku konsumen untuk mempermudah setiap pekerjaannya. Misalnya dalam melakukan survey, seorang rekayasawan tidak boleh memaksa konsumen untuk melakukan wawancara atau mengisi kuesioner. Seorang rekayasawan harus dapat menebak produk seperti apa yang dapat membantu kehidupan manusia. 2. Tahap kedua
Tahap yang kedua yaitu analisis fungsi. Pada tahap
ini seorang rekayasawan akan menganalisis fungsi dari produk yang akan dibuatnya. Dalam menganalisis fungsi produk, rekayasawan harus memperhatikan mengenai keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan faktor lainnya yang akan dirasakan oleh konsumen selaku pengguna teknologi. 3. Tahap ketiga
Tahap ketiga yang dilakukan adalah membangkitkan
alternatif ide. Biasanya untuk memberikan solusi bagi suatu masalah, rekayasawan memiliki beberapa alternatif yang akan diterapkan. Alternatif yang ada harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan manusia untuk membantu segala aktivitasnya tanpa melanggar norma dan aturan yang berlaku. Tahap keempat
Pada tahap keempat, seorang rekayasawan akan
memilih satu dari beberapa alternatif yang ada. Dalam pemilihan alternatif rekayasawan harus mempertimbangkan secara matang. Alternatif yang dipilih haruslah yang terbaik dari alternatif yang ada. Sehingga rekayasawan dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen. Selain dipertimbangkan kegunaan dari suatu produk, alternatif yang dipilih harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi mengingat produk tersebut akan digunakan oleh masyarakat luas. Tahap kelima, akan dibuat suatu prototype. Hasil dari prototype harus sesuai dengan aslinya. Ukuran, bentuk dan kualitas harus dibuat berdasarkan rancangan asli.
Pada tahap enam, akan dilakukan suatu uji coba. Ketika
akan melakukan uji coba, rekayasawan harus memastikan bahwa seluruh rancangannya telah tersusun dengan sempurna. Faktor keselamatan harus sudah diperhitungkan. Begitu juga dengan ukuran, bentuk, kualitas dan lainnya harus sudah diperhitungkan dengan matang. Tahap terakhir yaitu implementasi. Setelah lulus dari uji coba seorang rekayasawan mampu mengimplementasikan hasil rancangannya dengan pengawasan terhadap rancangan tersebut untuk memastikan kualitas dari rancangan. Tujuan Etika Rekayasa
Untuk meningkatkan otonomi moral, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional tentang isu-isu moral berlandaskan kaidah- kaidah moral yang berlaku (Martin & Schinz inger, 1994). Kaidah pokok etika rekayasa
Menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, Memberikan jasa-jasa profesi hanya pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensinya, Memberikan pernyataan-pernyataan kepada umum hanya secara objektif dan jujur, Bertindak sebagai pelaku yang jujur dan terpercaya terhadap pemberi kerja ataupun klien, dan menghindarkan diri dari konflik- konflik kepentingan, Meningkatkan reputasi profesionalnya melalui unjuk kerja yang baik, dan bukan melalui persaingan secara curang, Berperilaku terhormat, bertanggungjawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan profesi, Secara terus menerus meningkatkan kemampuan profesionalnya sepanjang karir dan memberi kesempatan engineers di bawah bimbingannya untuk mengembangkan kemampuan profesional. Hak-hak Rekayasawan di dalam suatu perusahaan Hak asasi manusia sebagai manusia pelaku moral, misal: hak mengejar kepentingan pribadi yang sah atau hak berkarir, hak untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Hak profesional yang memiliki tanggung jawab moral khusus , misal: hak menolak melaksanakan aktivitas yang tak sesuai dengan etika, hak mengungkapkan penilaian profesional pribadi, hak memperingatkan masyarakat akan ancaman bahaya suatu produk rekayasa. Hak kontraktual, misal: memperoleh gaji dengan jumlah tertentu. Hak non-kontraktual, misal: hak atas privasi, hak atas non diskriminasi.