Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik dieksklusi. Analisis multivariat sesuai
dengan tingkat keparahan penyakit, jenis kelamin, dan komorbiditas digunakan
untuk membandingkan 60 hari harapan hidup yang menerima terapi antibiotik
awal yang cukup dan yang menerima satu jenis antibiotik dibandingkan dua
jenis antibiotik di awal.
Abstrak (cont...)
Hasil:
Terapi antibiotik awal yang adekuat bermakna dikaitkan dengan kelangsungan hidup
yang lebih baik (subdistribution hazard ratio (SRT), 0,63, interval kepercayaan 95% (95%
CI), 0,42-0,94, P = 0,02); efek ini paling kuat pada pasien dengan Streptococcus
pneumonia CAP (SHR, 0,05; 95% CI, 0,005-0,46; p = 0,001) atau syok septik (SHR: 0,62;
95% CI 0,38-1,00; p = 0,05).
Dual therapy dihubungkan dengan terapi antibiotik awal yang adekuat. Namun, tidak
ditemukan perbedaan tingkat kematian dalam 60 hari antara monoterapi (β-laktam)
dengan dual therapy (β-laktam plus macrolide atau fluoroquinolone).
Tingkat pneumonia nosokomial dan multidrug-resistant bacteria tidak berbeda secara
signifikan pada ketiga kelompok ini.
Kesimpulan:
Terapi antibiotik awal yang adekuat secara nyata menurunkan mortalitas 60 hari. Dual
therapy meningkatkan kemungkinan terapi awal yang adekuat tetapi tidak
memprediksi penurunan mortalitas 60 hari. Dual therapy tidak meningkatkan risiko
pneumonia nosokomial atau multidrug-resistant bacteria.
Pendahuluan
Community Acquired Pneumonia (CAP) atau disebut juga pneumonia komunitas
merupakan salah satu infeksi berat yang paling umum terjadi pada pasien sakit
kritis dan menyebabkan angka kematian yang tinggi
Kegagalan menggunakan antibiotik yang adekuat meningkatkan risiko kematian,
terutama pada pasien dengan sepsis berat.
Antibiotik yang disarankan untuk pasien dengan CAP yang membutuhkan rawat
inap adalah fluoroquinolone saja atau kombinasi dua antibiotik, termasuk
macrolide.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efikasi dari penggunaan dua antibiotik
lebih baik (misalnya dengan betalaktam dan makrolid atau fluorokuinolon)
dibandingkan dengan monoterapi (betalaktam atau fluorokuinolon saja)
Makrolid berguna untuk mengatasi respon inflamasi melalui efek imunomodulasi
dan dapat digunakan untuk bakteri atipikal.
Material dan Metode
Data Inklusi :
- Data dikumpulkan secara prospektif, pengambilan data menggunakan perangkat lunak untuk
mengidentifikasi 956 pasien yang dirawat di 12 ICU untuk CAP antara tahun 1996 dan 2010 dan
dimasukkan dalam OutcomeRea® database (www.outcomerea.org).
- Pasien diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan antibiotik yang didapatkan selama
48 jam dalam tiga hari pertama setelah masuk ICU:
1. β-laktam saja
2. β-laktam ditambah macrolid
3. β-laktam ditambah fluoroquinolone.
Data Eksklusi :
- Pasien yang diberikan monoterapi non-β-laktam
- Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Pneumonia yang terjadi lebih dari dua hari setelah di rawat ICU (kemungkinan pneumonia
yang didapat di ICU)
- Rawat inap sebelumnya
- Imunodefisiensi (infeksi HIV, terapi glukokortikoid jangka panjang, hemodialisis jangka panjang ,
atau kemoterapi kanker)
- Pasien yang meninggal dalam tiga hari setelah masuk ICU.
Definisi
CAP didefinisikan sebagai adanya gejala dan tanda yang
konsisten dengan infeksi saluran pernafasan bawah, terdapat
infiltrat baru pada gambaran radiografi atau computed
tomography, dan infeksi yang terjadi di luar rumah sakit.
Pasien dengan CAP diidentifikasi didasarkan pada diagnosis
saat masuk ke ICU dan temuan mikrobiologi dalam darah dan
spesimen saluran pernapasan (dahak, cairan bilasan bronkus,
aspirasi endotrakea atau protected plugged catheter) menurut
definisi terbaru dari CDC dan International Sepsis Consensus
Conference.
Hasil tes antigen urin untuk Legionella pneumophila (serotipe 1)
dan Streptococcus pneumoniae juga diperhitungkan.
Definisi (cont...)
Terapi antibiotik awal yang adekuat didefinisikan sebagai satu atau lebih
antibiotik yang aktif secara in vitro pada mikroorganisme yang
teridentifikasi
Pengobatan sesuai dengan pedoman saat ini.
Bakteri MDR dibagi menjadi empat kelas
1. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
2. Extended-spectrum β-lactamase (ESBL) -menghasilkan Enterobacteriacae
3. Bakteri non-fermentasi (Pseudomonas spesies, Acinetobacter
spp.,Stenotrophomonas maltophilia)
4. Clostridium difficile.
Lama pengobatan setidaknya lima hari tetapi tergantung juga pada
kebijaksanaan dokter yang merawat.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan setiap hari oleh dokter senior di ICU.
Untuk setiap pasien, data dimasukkan ke dalam bentuk laporan kasus elektronik
menggunakan VIGIREA® dan perangkat lunak pengambilan data RHEA®, dan
semua bentuk laporan kasus kemudian dimasukkan ke dalam gudang data
OutcomeRea® (Outcomeréa, Paris, Perancis).
Semua kode dan definisi ditetapkan sebelum studi pendahuluan.
Dicatat usia dan jenis kelamin setiap pasien.
Tingkat keparahan penyakit dievaluasi pada hari pertama di ICU menggunakan
Simplified Acute Physiology Score (SAPS II), Sequential Organ Failure Assessment
(SOFA) score dan Glasgow Coma Scale (GCS).
Knaus scale definitions digunakan untuk mencatat kegagalan organ kronis,
termasuk kegagalan sistem pernafasan, jantung, hati, ginjal dan sistem kekebalan
tubuh.
CURB-65 (Confusion, Urea, tingkat pernapasan, tekanan darah pada pasien ≥65
tahun) untuk menentukan derajat keparahan pneumonia.
Variabel
Hubungan mortalitas dan titik akhir lainnya dievaluasi untuk
variabel berikut:
-skor keparahan
-usia
-seks
-lama rawat inap di ICU dan rumah sakit
-komorbiditas
-sepsis, sepsis berat atau syok septik
-penggunaan ventilasi invasif atau non-invasif
-agen inotropik, glukokortikoid atau hemodialisis-hemofiltrasi
-patogen.
Kualitas Data