1
DESKRIPSI
2
KOMPETENSI
MAMPU:
Memahami bentuk gangguan-gangguan
sistem saraf sentral, kesadaran, koma.
“language” dan “speech”, sensoris,
otak kecil dan motoris, berserta teknik
pemeriksaannya, pengenalan ke-12 saraf
cranial dan autonomik
3
TOPIK PEMBAHASAN
Menjelaskan:
- Sistem saraf
- Gangguan sistem saraf sentral
- Tanda-tanda gangguan kesadaran,
koma
- Gangguan lobar dan cerebellum
- Gangguan sensoris dan motoris
- Teknik mengukur gangguan
- 12 saraf cranial dan saraf automomik
4
GANGGUAN SISTEM SARAF
• SISTEM SARAF
Adalah sistem yang mengumpulkan,
menyimpan dan mengkontrol informasi.
5
Fungsi (Lanjutan)
• FUNGSI:
Respons otomatis terhadap berbagai
stimuli melalui alur reflex, walau ada
juga yang bisa melalui inisiasi akivitas
area kesadaran yang lebih tinggi di otak.
8
Gerak Reflek
9
GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -2)
• GANGGUAN:
- Kerusakan sampai disfungsi bagian
komponennya:
Di antaranya:
- Gangguan di otak,
- Gangguan di spinal cord,
- Neuropathy,
- Cedera saraf.
11
GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -4)
14
GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL ... (Lanjutan-2)
15
GANGGUAN KESADARAN
• Simtoma:
Kedalaman koma ada berbagai tingkat.
Yang ringan: bisa respons terhadap stimuli
ucapan beberapa kata atau menggerakan
lengan.
Yang berat: tidak dapat menjawab stimuli keras
yang diulang-ulang.
Walau demikian pada koma yang dalam
terkadang masih ada respons otomatic
(bernafas biasa, batuk menguap, memandang,
gerak mata) ini menunjukan bahwa bagian
bawah otak masih berfungsi.
20
Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-1)
21
Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-2)
kematian.
28
Memori (Lanjutan-1)
Retrograde amnesia:
Kekuranganmampuan
mengkonsolidasi memori yang
baru/sudah lewat (Gangguan
ada pada traumatic brain injury)
29
MEMORI (Lanjutan-2)
31
HIPPOCAMPUS (Lanjutan)
35
Gangguan berbicara dan berbahasa (lanjutan -3)
36
GANGGUAN berbicara & berbahasa (Lanjutan-4)
43
Limbic System
Sindroma limbic lobe dan temporal melibatkan
emosi, yakni yang terkait dengan rasa sakit,
senang, marah dan rasa takut.
Sistem limbic kadang disebut sebagai limbic
lobe, ada di bawah batang otak.
48
CELEBELLAR DISORDERS
49
CELEBELLAR DISORDERS (Lanjutan-1)
• Cerebellar ataxia:
Inkoordinasi gerak adalah tanda cardinal
lesi cerebellar dan dapat menunjukkan
berbagai manifestasi.
• Postural tremor:
Terjadi pada 10% kasus disfungsi cerebellar.
(timbul saat tungkai atau tubuh diletakkan
dalam posisi tertentu)
52
Cerebellar Disorders (Lanjutan-3)
• Dysmetria:
Kurang atau estimasi berlebih dari gerak
yang diperlukan menuju kearah target,
banyak dijumpai pada gangguan cerebellar.
(nampak sebagai eror untuk menghasil-
kan kekuatan untuk menampilkan gerak
yang diinginkan).
Inisiasi gerak lambat dibanding normal,
namun gagal mengubah arah secara
cepat (ini menimbulkan tremor)
53
Cerebellar Disorders (4)
• Dysdiadochokinesis:
Tidak mampu menampilkan pengubahan
gerak dengan cepat.
Gerak lambat tanpa ritme atau konsistensi.
• Scanning speech:
Pronunciation (lafal) kata sangat lambat,
datar tanpa melodi dan ritme. (pada ini
terjadi hipotonus dan inkoordinasi otot
larynx yang mengontrol suara).
54
Cerebellar Disorders (5)
58
GANGGUAN SENSORIS (Lanjutan-2)
62
GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan-1)
63
GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan-1)
64
GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan-2)
66
GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan 4)
1. EEG (elektroencephalography)
Elektrode di pasang di kulit kepala
menghasilkan gambar langsung aktivitas
otak, tidak mampu secara akurat megidenti-
fikasi daerah mana di otak yang mengeluarkan
sinyal listrik, khususnya sewaktu daerah yang
ingin dievaluasi terletak di bagian dalam. 68
Teknik Mengukur Aktivitas & Evaluasi Struktur Otak (Lanjutan-1)
2. Positron-Emersion Tomography
Dengan bantuan suntikan zat radioaktif diikuti
pemeriksaan X-ray berulang-ulang meme-
takan secara anatomik pola aliran darah.
Diperiksa keadaan saat istirahat dan saat
mengadakan aktivitas
Kelemahan: sifat invasif inherens zat radioaktif
dan neuron bereaksi lebih cepat dari
perubahan aliran darahnya, maka sebagian
aktivitas otak bisa tidak terdeteksi.
69
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
71
4. CT-Scan
72
CRANIAL NERVES
(SARAF CRANIAL)
74
CRANIAL NERVES (SARAF CRANIAL) (Lanjutan)
76
Autonomik Nervous System (Lanjutan)
78
AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-2)
79
SESI 13b
GANGGUAN
SUSUNAN SARAF PERIFER
Disusun oleh
Dr. Mayang Anggraini Naga
U-IEU (Revisi-2009)
80
DESKRIPSI
81
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
82
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK BAHASAN
Menjelaskan:
- Sistem saraf tepi dan berbagai gangguannya
- Sistem saraf otonom, simpatis dan parasimpatis
- Klasifikasi cedera saraf tepi, neurometsis dan
klasifkasi neuropati,
- Teknik pengukuran aktivitas otak &
evaluasi struktur otak,
- Carpal tunnel syndrome, Bell’s palsy, sciatic dan
thoracic outlet syndrome
- Gangguan motor-neuron (Myasthenia gravis)
- Infeksi yang menyerang saraf
83
SUSUNAN SARAF PERIFER
• Susunan saraf perifer (tepi) terdiri dari saraf-
saraf yang berjalan antara otak atau korda
spinalis dan bagian tubuh lainnya.
86
SISTEM SARAF OTONOM
• Serat saraf otonom meninggalkan korda
spinalis dan mempersarafi otot jantung dan
polos, kulit, organ dalam, serta kelenjar
endokrin dan eksokrin.
89
SISTEM SARAF SIMPATIS (Lanjutan)
91
SISTEM SARAF PARASIMPATIS
Reseptor:
Reseptor asetilkolin praganglion untuk serat
simpatis dan parasimpatis = reseptor nikotinik
(dapat dirangsang oleh nikotin)
Reseptor asetilkolin pascaganglion = reseptor
muskarinik (bisa dirangsang oleh racun
jamur muskarin).
93
SISTEM SARAF SOMATIK
95
TEKNIK PENGUKURAN AKTIVITAS &
EVALUASI STRUKTUR OTAK
ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
Mengukur aktivitas listrik otak melalui
elektrode-elektrode yang diletakkan di kulit
kepala.
96
ELEKTROENSEFLOGRAFI Lanjutan)
97
PET (POSITRON-EMISSION TOMOGRAPGY)
98
PET (Lanjutan-1)
99
PET (Lanjutan-2)
• Keterbatasan PET:
100
MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING)
101
PRINSIP MRI
104
COMPUTED TOMOGRAPHY (Lanjutan)
105
GANGGUAN SARAF TEPI
(PERIPHERAL NERVOUS DISORDERS)
106
GANGGUAN SARAF TEPI
(PERIPHERAL NERVOUS DISORDERS) (Lanjutan)
2. Axonotmesis:
Ini timbul bila axon rusak namun jaringan
ikat pembungkus yang memproteksi saraf
tetap intact.
110
KLASIFIKASI CEDERA SARAF TEPI (Lanjutan-2)
3. Neurotmesis:
Ini terjadi akibat kerusakan komplit serabut
dan endoneuronnya, juga menghasilkan
kehilangan axon, berikut jaringan ikat
perlindungannya yang juga rusak di site
cedera.
Umum timbul akibat luka tembak, atau
tusuk atau cedera avulsion yang
merusak sarafnya.
111
Klasifikasi Cedera Saraf Tepi… (Lanjutan-3)
112
Klasifikasi Cedera Saraf Tepi… (Lanjutan-4)
Gejala:
Adanya defisit distal daerah yang
terinervasi saraf panjang timbul bentuk
gangguan neuropathy dengan gejala:
- tingling,
- prickling,
- burning,
- bandlike dysesthesis dan
- paresthesis pada kaki.
116
GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan-1)
118
GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan-3)
Contoh:
Apabila seorang bisa bertahan terhadap
laserasi saraf median di regio tangan,
yang tidak memiliki inervasi autonomic,
maka kulitnya halus dan tidak berkeringat
atau keriput.
121
NEUROTMESIS
122
NEUROMETSIS (Lanjutan)
Gejala: - baal,
- kesemutan,
- tingling,
- sakit atau
- kelemahan otot
bergantung kepada saraf yang terkena
gangguan.
125
NEUROPATHY (Lanjutan-1)
- Gangguan autoimune:
- rheumatoid
- arthritis,
- SLE,
- perarteritis nodosa
- Sekunder akibat malignansi:
- Kanker paru,
- lymphoma,
- leukemia.
- Inhereted: Peroneal muscular atrophy.
127
NEUROPATHY (Lanjutan-3)
128
NEUROPATHY (Lanjutan-4)
Contoh:
- Distal Neurpathy (N) = kerusakan pada
ujung jauh dari otak/korda spinalis.
- Alcoholic neuropathy.
129
Neuropathy (Lanjutan-5)
• NEURITIS:
Istilah yang sering digunakan manggantikan
neuropathy.
Causa: DM
Hipovitaminose (Vit B, alkoholisme,
gangguan metabolisme)
Uremia,
Infeksi leprosy,
Keracunan lead,
Keracunan obat-obatan.
Radang saraf pada Guillan-Barre
Syndrome.
131
Neuropathy (Lanjutan-7)
• Jarang terdeterminasi.
• Charcot-Marie-Tooth Disease (CMT) atau
peroneal muscular atrophy, yang melibatkan
gangguan saraf motoris dan sensoris yang
diturunkan.
Ditemukan oleh 3 ahli: Jean Martin Charcot,
Pierre Marie, dan Howard Henry Tooth (1880-
an) Gangguan dimulai dengan saraf peroneal
dan menyerang otot kaki dan tungkai bawah.
Kemudian menjalar progresif ke otot tangan dan
lengan bawah.
• Neuropathy CMT umum terjadi pada 1/2500 di
USA. Timbul di masa kanak-2.
133
HEREDITER NEUROPATHY (Lanjutan)
134
METABOLIC NEUTOPATHY
• DIABETIC NEUROPATHY
Ini merupakan komplikasi umum pada diabetes
mellitus, sebagai gangguan progresif kerusakan
serabut saraf dan atropi, perubahan fungsi
neuron, kehilangan sensasi dan fungsi motoris
yang semakin parah.
Yang terkena biasanya adalah bagian distal,
simetris dan disebut diabetic polyneuropathy.
Walau timbul hanya unilateral, gangguan
sarafnya mudah nampak. DM dapat melibatkan
berbagai saraf maka neuropathynya jarang
tunggal ( polyneuropathy)
135
DIABETIC NEUROPATHY (Lanjutan)
• Diagnosis:
Berdasarkan riwayat sakit/hidup/pekerjaan,
dan pemeriksaan klinis, berikut EMG bisa
mendeteksi fibrilasi potensial.
139
NEURALGIA
140
NEURALGIA (Lanjutan)
141
GANGGUAN LAIN-LAIN:
142
GANGGUAN LAIN-LAIN (Lanjutan-1):
Neurofibromatosis
(inhereted = von Recklinghausen’s disease)
- Timbul di kulit, apabila timbul pada
saraf sentral
epilepsi,
gangguan pendengaran dan
pengelihatan.
143
CARPAL TUNNEL SYNDROME
• Gejala:
Baal, kesemutan dan rasa sakit di
daerah ibu jari (tangan), telunjuk dan
jari tengah yang akan semakin sakit
pada malam hari.
• Causa:
Tekanan pada saraf median yang lewat
masuk “carpal tunnel” di bawah ligament
di daerah bagian depan pergelangan
tangan.
Saraf median mengangkut pesan sensoris
dari ibu jari sebagian, dan jari lain berikut
stimuli motoris ke otot tangan
kerusakannya akan menimbulkan rasa
kesemutan, kaku dan lemah.
145
CARPAL TUNNEL SYNDROME (Lanjutan-2)
• Causa:
Terbanyak adalah hernia diskus intervertebralis
yang menekan akar saraf spinal.
147
SCIATICA (Lanjutan)
148
BELL’S PALSY
150
BELL’S PALSY (Lanjutan-2)
151
THORACIC OUTLET SYNDROME
152
THORACIC OUTLET SYNDROME (Lanjutan-1)
153
THORACIC OUTLET SYNDROME (Lanjutan-2)
• Terapi:
- Exercise untuk memperbaiki posture
tubuh,
- NADS dan
- Muscle-relaxant.
• Terapi: antitoxin
161