Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara penyuntingan fragmen DNA
secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan.
Latar Belakang Perkembangan Hewan
Transgenik
• Pada awalnya cara yang digunakan oleh para peternak untuk meningkatkan
kualitas hewan peliharaannya yaitu dengan Pemuliaan Selektif.
• Namun pemuliaan selektif ini membutuhkan waktu lama dan biaya mahal,
terutama untuk hewan dengan dengan masa gestasi yang panjang, butuh
waktu bertahun-tahun untuk membangun perubahan fenotipik yang
diinginkan. Namun, kemunculan teknologi transgenik dan penerapannya pada
program pemuliaan hewan bisa sangat meningkatkan kecepatan dan
jangkauan pemuliaan selektif.
• Hingga sampai saat ini produksi hewan transgenik semakin berkembang
pesat dan beranekaragam demi memenuhi kebutuhan manusia.
Tujuan Pembuatan Hewan Transgenik Tetap
Dilakukan
• Diperolehkannya ternak dengan karakteristik unggul dari sebelumnya. Misalnya dalam
meningkatkan produk seperti daging, susu dan telur, resisten terhadap berbagai
penyakit, ukuran yang lebih besar, kecepatan tumbuh dan reproduksinya.
• Ternak transgenik digunakan sebagai suatu cara memodifikasi anatomi dan fisiologi
ternak itu sendiri.
• Ternak transgenik dibuat khusus untuk memproduksi protein manusia, yang dapat saja
berupa enzim atau hormon.
• Untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara.
• Untuk meningkatkan kualitas gizi serta daya simpan produk.
• Untuk mengubah sesuatu yang bersifat merusak menjadi produsen, contohnya E.coli
yang merupakan bakteri yang terdapat dalam usus manusia dan dikenal sebagai sumber
penyakit khususnya dalam pencernaan yang dapat dijadikan sebagai bakteri penghasil
insulin.
Pembuatan dan Pengembangan Hewan
Transgenik
Ada 3 cara yaitu :
1. Mikroinjeksi DNA
Dilakukan dengan menginjeksi langsung gen terpilih yang diambil dari anggota lain
dalam spesies yang sama ataupun berbeda ke dalam ovum yang telah dibuahi.
2. Transfer gen dengan media retrovirus
Menggunakan retrovirus sebagai vector, kemudian menginjeksikan dna ke dalam
sel inang. dna dari retrovirus berintegrasi ke dalam germ untuk bekerja.
3. Transfer gen dengan media sel cangkokan embrionik.
Diaplikasikan dengan menggunakan sequence dna yang diharapkan dapat muncul ke
dalam kultur in vitro sel cangkokan embrionik. sel cangkokan tersebut menjadi
organisme lengkap. Sel kemudian berikatan dalam embrio pada tahap
perkembangan blastosit.
Perakitan Tikus Transgenik dengan Metode
Mikroinjeksi DNA
Sel telur yang
dihasilkan dari
proses Sel telur diambil
superovulasi dan dari oviduk tikus
fertilisasi in vitro betina donor
pada tikus betina
donor
Sel telur diinjeksi
segera dengan Sel telur
transgen yang berisi diintroduksi
copy gen asing ke atau ditanam ke
dalam pronukleus
betina menjadi linier
dalam oviduk
(bebas DNA induk betina
prokariot) angkat
Individu tikus
transgenik dapat
dikawinkan
sesamanya untuk
menghasilkan
homozigot
transgenik
Perakitan Tikus Transgenik dengan Retrovirus
Transfer gen
menggunakan Mikroinjeksi ke inti sel
retrovirus pada sel sperma yang
embrio tahap awal membesar
terdapat di tikus (pronukleus jantan)
betina reseptif donor dari sel telur yang
telah dibuahi
Dilakukan
transfeksi
Dikultur dengan
Sel dari
menjadi sel pemberian
embrio stadia
blastosis batang transgen pada
embrionik sel batang
embrionik
Dilakukan
pengkayaan
Dimikroinjeksi Diimplantasik
sel batang
embrionik
kan ke dalam an ke dalam
yang blastosit tikus berina
tertransfeksi
Individu tikus
trangenik
PRODUK DARI PEMANFAATAN HEWAN
TRANSGENIK DALAM MENINGATKAN
KETAHANAN PANGAN
Beberapa produk yang dihasilkan tidak main-main karena memiliki harga jual yang
tinggi.
a. Lembu transgenik penghasil protein susu, peneliti berhasil menyisipi hewan uji
lembu dengan gen α-lactalbumin yang berasal dari manusia melalui metode
mikroinjeksi. Dari hasil uji produksi susu sebesar 91 ml, ditemukan sekresi α–
lactalbumin dengan konsentrasi 2,4 mg ml-1 (eyestone, 1999).
PROSEDUR PEMBUATAN LEMBU
TRANSGENIK
diinjeksi dengan DNA yang
fertilisasi secara in vitro Zigot mengandung gen α–lactalbumin
(teknik microinjection )
b. Ikan transgenik yang memiliki sifat tumbuh lebih cepat dan ukuran 3 kali
lebih besar dari pada ikan kontrol yang diperoleh dari penyisipan gen
Growth Hormone (GH) yang baik yang di iinsersikan pada ikan lain melalui
metode mikroinjeksi.
PROSEDUR PEMBUATAN IKAN TRANSGENIK
c. Produksi air susu yang dihasilkan dari sapi perah transgenik mirip
dengan kandungan air susu ibu dengan menyisipkan gen Human
Lactoferin (hLF) ke dalam embrio sapi melalui proses kloning.
PROSEDUR KLONING SAPI PERAH TRANSGENIK PENGHASIL ASI
Pengambilan gen Human
Lactoferin (hLF) dari inti
sel somatik, inti sel Proses impantasi calon
Hasil cloning sapi
somatic manusia yang individu ke dalam rahim
Penghasil ASI
mengkode produksi ASI sapi
Pembelahan dan
perbanyakan sel hasil
Proses pemograman ulang dari transfer nucleus ke
nucleus di dalam sel telur sel telur
DAMPAK POSITIF
PEMBUATAN HEWAN TRANSGENIK
Hewan transgenik diharapkan dapat memberikan kontribusi yang tinggi pada manusia
yaitu :
1. Dihasilkan hewan yang memiliki karakter unggul (breeding).
2. Memperbaiki kualitas produk ternak dalam bidang pangan dan mengurangi bahaya
kelaparan.
3. Meningkatkan ketahanan ternak terhadap penyakit.
4. Dapat digunakan sebagai pengobatan manusia, misalnya mendapatkan protein
farmasetik untuk insulin yang diproduksi dari air susu hewan ternak.
5. Menghasilkan produk yang lebih banyak dari sumber yang lebih sedikit dan dapat
digunakan sebagai bahan baku industri.
6. Mempelajari teknik rekayasa gen.
DAMPAK NEGATIF
PEMBUATAN HEWAN TRANSGENIK
1. Memiliki dampak buruk bagi hewan yang dilibatkan, misalnya insiden kesulitan lahir dan
rendahnya keturunan.
2. Potensi pergeseran gen hewan.
3. Potensi pergeseran ekologi karena gangguan adaptasi terhadap alam.
4. Potensi mudah terserang penyakit karena gen yang lemah.
5. Potensi erosi plasma nutfah hewan memberikan ancaman bagi eksistensi hewan ternak.
6. Dapat memberikan ancaman persaingan terhadap komoditas serupa yang dihasilkan
secara konvensional.
7. Munculnya berbagai jenis bahan kimia baru baik yang terdapat di dalam organisme
transgenik maupun produknya yang berpotensi timbulnya toksinitas pangan.