Anda di halaman 1dari 23

Referat

Otitis Media Supuratif Kronis dan Komplikasinya

Disusun oleh :
Dita Prameswari
406181023
Pembimbing :
dr. Siti Nurhikmah, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSUD RAA SOEWONDO PATI
17 SEPTEMBER – 21 OKTOBER
2018
DEFINISI

• Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh


mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid.

• Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah radang


kronis telinga tengah dengan adanya perforasi pada
membran timpani dan riwayat keluarnya cairan dari
telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus
atau hilang timbul
ANATOMI TELINGA
EPIDEMIOLOGI

• Paling banyak ditemukan di negara berkembang dipengaruhi oleh


ras dan faktor sosioekonomi.
• Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%.

• Pasien OMSK meliputi 25% dari pasien-pasien yang berobat di


poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.
• Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006
menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh
kunjungan pasien.
KLASIFIKASI OMSK

Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe


aman/tipe rinogen) tidak aman/tipe tulang)
 Proses peradangan terbatas
 Proses peradangan umumnya
pada mukosa saja dan biasanya
tidak mengenai tulang. sampai mengenai tulang

 Perforasi sentral atau pars  Perforasi marginal atau atik ,


tensa mengenai pars flaksida.
 Faktor yang mempengaruhi :  Karakteristik utama :
patensi tuba eustakhius, ISPA ,
kolesteatom
pertahanan mukosa terhadap
infeksi yang gagal pada pasien
dengan imunodefisiensi
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:
Kongenital

 Teori Teed : penebalan epitel ektodermal 


involusi menjadi lapisan lapisan epitel telinga
tengah  Jika gagal menjadi kolesteatom
kongenital.
 Membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi, lokasi di kavum timpani, daerah
petrosus mastoid atau di serebelopontin angle
Didapat
Secondary acquired cholesteatoma.
Primary acquired cholesteatoma
 Timbul setelah terjadi perforasi membran
 Timbul akibat adanya proses invaginasi
timpani.
dari membrane timpani pars flaksida
karena adanya tekanan negatif di telinga • Teori Migrasi : masuknya epitel kulit dari
tengah akibat gangguan tuba. liang telinga atau dari pinggir perforasi ke
telinga tengah
• Teori metaplasia : terjadi metaplasia akibat
infeksi lama
• Teori implantasi : terjadi implantasi epitel
kulit secara iatrogenik ke dalam telinga
tengah sewaktu operasi
PATOGENESIS
FAKTOR RESIKO GEJALA KLINIS

 Telinga berair (otore)


 Lingkungan
 Genetik Sekret dapat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer)
 Otitis media sebelumnya
 Infeksi  Gangguan pendengaran

 ISPA Penurunan fungsi koklea perlahan  penetrasi toksin


melalui foramen rotundum atau fistel labirin . Bila
 Autoimun
terjadi labirinitis supuratif tuli saraf berat.
 Alergi
 Otalgia (nyeri telinga)
 Gangguan fungsi tuba
eustachius Disebabkan karena terbendungnya drainase pus.
 Vertigo
Tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom
DIAGNOSIS
• Anamnesis (history-taking) • Pemeriksaan audiologi mengevaluasi
tingkat penurunan pendengaran
 OMSK : Terjadi perlahan dan keluhan utama
telinga berair.
• Pemeriksaan radiologi  Mastoid yang
 Pada tipe tubotimpani sekretnya banyak tampak sklerotik dibandingkan yang
,seperti benang, tidak berbau busuk, dan normal.
intermiten.
• Pemeriksaan bakteriologi  Bakteri yang
 Tipe atikoantral sekretnya lsedikit, berbau
sering dijumpai Pseudomonas aeruginosa,
busuk, bercampur darah , kadangkala disertai
Staphylococcus aureus, dan Proteus sp.
jaringan granulasi.

• Pemeriksaan otoskopi  Melihat letak


perforasi dan kondisi mukosa telinga tengah.
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI EKSTRAKRANIAL
(INTRATEMPORAL ) OMSK
KOMPLIKASI INTRAKRANIAL
OMSK
KOMPLIKASI TELINGA TENGAH

• Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli


konduktif. Pada membran timpani yang masih utuh, tetapi
rangkaian tulang pendengaran terputus, akan menyebabkan
tuli konduktif yang berat.
Paresis nervus fasialis
• Kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau
oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam
kanalis fasialis tersebut.
• Pada pasien OMSK tindakan dekompresi harus segera
dilakukan tanpa harus menunggu pemeriksaan
elektrodiagnostik.
KOMPLIKASI TELINGA DALAM

Fistula labirin Labirinitis


Kolesteatom merusak vestibuler labirin • Labirinitis yang mengenai seluruh
sehingga terbentuk fistula. bagian labirin /labirinitis general 
gejala vertigo berat + tuli saraf berat
Tindakan bedah : Matriks kolesteatom
dan jaringan granulasi harus diangkat • Labirinitis terbatas (labirinitis
dari fistula sampai bersih dan daerah sirkumskripta)  vertigo saja atau
tersebut harus segera ditutup dengan tuli saraf saja.
jaringan ikat atau sekeping tulang/
tulang rawan
Petrositis
Penyebaran infeksi telinga tengah ke apeks os petrosum.
Keluhannya antara lain diplopia (n.VI), nyeri daerah parietal,
temporal, dan oksipital (n.V), otore persisten (sindrom Gradenigo)

Tromboflebitis Sinus Lateralis


Akibat infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati os mastoid. Hal ini
jarang terjadi. Gejalanya berupa demam yang awalnya naik turun lalu
menjadi berat yang disertai menggigil (sepsis). Nyerinya tidak jelas
kecuali terjadi abses perisinus. Kultur darah positif terutama saat demam.
Abses Ekstradural
• Terkumpulnya nanah antara duramater dan tulang. Hal ini berhubungan
dengan jaringan granulasi dan kolesteatom yang menyebabkan erosi
tegmen timpani atau mastoid. Gejala berupa nyeri telinga hebat dan
nyeri kepala.

Abses Subdural
• Biasanya terjadi tromboflebitis melalui vena. Gejala berupa demam,
nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai koma, gejala SSP berupa
kejang, hemiplegia dan tanda kernig positif.
KOMPLIKASI KE SSP

Meningitis
Gambaran klinik berupa kaku kuduk, demam, mual muntah, serta nyeri
kepala hebat, kesadaran menurun. Analisa LCS kadar gula menurun dan
protein meninggi.
Abses Otak
Ditemukan di serebelum, fossa kranial posterior/lobus temporal, atau
fossa kranial media. Umumnya didahului abses ekstradural.
Hidrosefalus Otitis
Hal ini disebabkan tertekannya sinus lateralis sehingga lapisan
arakhnoid gagal mengabsorbsi LCS.
• Pada komplikasi intrakranial DOC :
ampisilin 4 × 200-400 mg/kg/hari
kloramfenikol 4 × 500-1000 mg/hari (dewasa) atau 60-100
mg/kg/hari (anak)
metronidazole 3 × 400-600 mg/hari

*Antibiotika disesuaikan dengan kemajuan klinis dan


biakan sekret telinga atau LCS.
PROGNOSIS

Pasien OMSK memiliki prognosis bonam apabila dilakukan


kontrol yang baik terhadap infeksinya.

Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi


dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun
hasilnya tidak sempurna.

Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena


telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis
KESIMPULAN

 OMSK adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya


perforasi pada membran timpani dan riwayat keluarnya cairan dari
telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang
timbul.
 2 tipe: tipe tubotimpani dan tipe atikoantral (ganas karena terdapat
kolesteatom yang bersifat destruksi)
 Komplikasi Otitis media supuratif kronik (OMSK) dapat memiliki
komplikasi intratemporalis dan intrakranial yaitu di telinga tengah
(Paresis nervus fasialis), Komplikasi di telinga dalam (Fistula
labirin, Labirinitis), Komplikasi ke Ekstradural (Petrositis,
Tromboflebitis Sinus Lateralis, Abses Ekstradural, Abses
Subdural), Komplikasi ke SSP (Meningitis, Abses Otak,
Hidrosefalus Otitis)
 Penatalaksanaan OMSK : medikamentosa dan operasi

Anda mungkin juga menyukai