Anda di halaman 1dari 27

PANCASILA

IVALAINA ASTARINA, SE., M.M


PENGERTIAN PANCASILA
A. Secara Etimologis
Secara Etimologis/bahasa, menurut tingkatannya, “Pancasila” itu berasal dari bahasa sansekerta dari
India (bahasa kasta Brahmana)
Menurut Mohammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” ada 2 macam arti
yaitu :
-Panca artinya lima.
-Syila, artinya batu sendi, alas atau dasar
-Syiila, artinya peraturan tingkah laku yang penting/baik/senonoh.
Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi “susila” artinya tingkah laku yang baik.
Maka perkataan “Panca-syila” artinya berbatu sendi yang lima.
Sedangkan perkataan “Panca-syiila” artinya lima aturan tingkah laku yang penting.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


B. Secara Historis
• Konsep Pancasila dibahas dalam Sidang BPUPKI.
• Sidang I : tgl 29 Mei- 1 Juni 1945, Sidang II : tgl 10-16 Juli 1945.
• Mr. Muhammad Yamin, secara lisan dalam pidatonya (29 Mei 1945) :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
• Secara tertulis Muh. Yamin menyampaikan usul :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


• Mr. Soepomo dalam pidatonya (31 Mei 1945)
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat

• Ir. Soekarno dalam pidatonya (1 Juni 1945) :


1. Kebangsaan – Nasionalisme
2. Perikemanusiaan- Internasionalisme
3. Mufakat – Demokrasi
4. Keadilan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


• Piagam Jakarta (22 Juni 1945) disusun oleh Panitia 9 :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 (18 Agustus 1945) :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi seluruh rakyat Indoesia.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


• Konstitusi RIS (29 Desember 1949 s.d. 17 Agustus 1950), rumusan dasar negara
berbunyi sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial

• UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)rumusan dasar negara sama seperti yang
tercantum dalam Konstitusi RIS.
• Dekrit Presiden 5 Juli 1959, isinya : membubarkan badan konstituante, kembali ke UUD
1945, membentuk MPRS dan DPAS
• Dari keseluruhan rumusan Pancasila itu yang sah adalah yang tercantum dalam alenia
IV Pembukaan UUD 1945.
©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M
Pancasila Sebagai Dasar Negara

Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara


Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara ialah Pancasila berperan sebagai
landasan dan dasar bagi pelaksanaan pemerintahan, membentukan
peraturan, dan mengatur penyelenggaraan negara.

Melihat dari makna pancasila sebagai dasar negara kita tentu dapat
menyimpulkan bahwa pancasila sangat berperan sebagai kacamata bagi
bangsa Indonesia dalam menilai kebijakan pemeritahan maupun segala
fenomena yang terjadi di masayrakat.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Pancasila Sebagai Dasar Negara

Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara


Seperti yang sudah dibahas tadi kalau saja Pancasila memegang peran yang
sangat penting. Berikut adalah beberapa fungsi dari Pancasila.

Pancasila Pancasila Pancasila Pancasila Pancasila


Pedoman Hidup Jiwa Bangsa Kepribadian Bangsa Sumber Hukum Cita – Cita Bangsa

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Pancasila Sebagai Ideologi
Pengertian:
Istilah ideologi berasal dari kata Yunani idein (melihat) dan logia
yang berarti kata, ajaran. Ideologi diartikan sebagai sistem dasar
seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana
pokok untuk mencapainya.

Pertama kali diperkenalkan oleh


Destult de Tracy untuk menyebut cabang filsafat, science des
idees, ilmu tentang terjadinya cita-cita, gagasan-gagasan atau
buah pikiran (science of idea).
©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M
Pancasila Sebagai Ideologi

IDEOLOGI BAGI SUATU BANGSA

1. Landasan untuk memahami dan menafsirkan realitas hidup


berdasarkan atas nilai-nilai dasar yang terdapat dalam ideologi
tersebut, yang terjabar dalam berbagai sistem kehidupan
berbangsa dan bernegara
2. Orientasi dasar yang memberikan makna dan tujuan dalam
kehidupan bangsa
3. Nilai (kualitas yang dianggap baik) yang dipakai sebagai
pedoman dan pegangan untuk melangkah dan bertindak
©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M
Pancasila Sebagai Ideologi

4. Bekal dan jalan untuk menemukan jati diri dan identitas

5. Kekuatan yang dapat memberi semangat dan motivasi dalam


penyelenggaraan hidup berbangsa dan bernegara.

6. Pendidikan bagi bangsa untuk memahami serta memolakan


penyelenggaraan kehidupannya sesuai dengan nilai, norma, dan
hukum yang berdasar pada ideologi tersebut.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Pancasila Sebagai Falsafah

Falsafah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah


anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang
dimiliki oleh orang atau masyarakat.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-nilai


yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
selalu dijunjung tinggi oleh setiap warga masyarakat, karena pandangan hidup
Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pandangan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia menjelma menjadi pandangan
hidup bangsa yang dirintis sejak jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda 1928.
Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara ini serta disepakati dan
ditentukan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dalam pengertian yang demikian,
maka Pancasila selain sebagai pandangan hidup negara, sekaligus juga sebagai ideologi
negara.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

1) mengatasi berbagai konflik atau ketegangan sosial, artinya ideologi dapat


meminimalkan berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat dengan simbol-simbol
atau semboyan tertentu.;
2) menjadi sumber motivasi, artinya ideologi dapat memberi motivasi kepada
seseorang, kelompok orang atau masyarakat untuk mewujudkan cita-citanya, gagasan
dan ide-idenya dalam kehidupan nyata.

3) Menjadi sumber semangat dalam mendorong individu dan kelompok untuk


berusaha mewujudkan nilai-nilai yang terkadung di dalam ideologi itu sendiri serta
untuk menjawab dan menghadapi perkembangan global dan menjadi sumber insiparsi
bagi perjungan selanjutnya
©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M
Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa
©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M
Makna sila dalam sila ke 1 Pancasila
Pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha
Esa” dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah
bintang emas berkepala lima, yang mana hal tersebut
memiliki arti agama-agama besar di Indonesia, yaitu
Islam, Buddha, Hindu, Kristen, dan juga ideologi sekuler
sosialisme.
©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M
Makna sila dalam sila ke 2 Pancasila
Pada sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab” dilambangkan dengan Rantai yang disusun atas gelang-
gelang kecil, yang mana hal tersebut menggambarkan hubungan
manusia satu sama lain yang saling membantu, gelang yang
persegi menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran
menggambarkan wanita.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Makna sila dalam sila ke 3 Pancasila
Pada sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”
digambarkan dengan pohon beringin (Ficus benjamina) di bagian
kiri atas perisai berlatar putih, yang mana Pohon beringin ini
merupakan sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang.
Sebuah akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar
ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Makna sila dalam sila ke 4 Pancasila
Pada sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan”. yang dilambangkan dengan
kepala banteng pada bagian kanan atas perisai berlatar merah.

Banteng merupakan binatang sosial, sama halnya dengan manusia, menurut Bung
Karno dimana pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah,
kekeluargaan dan gotong royong merupakan nilai-nilai yang menjadi ciri bangsa
Indonesia.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Makna sila dalam sila ke 5 Pancasila
Pada sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
dilambangkan dengan padi dan kapas di bagian kanan bawah dari perisai yang berlatar
putih. kapas dan padi tersebut mencerminkan pangan dan sandang yang merupakan
kebutuhan pokok semua masyarakat Indonesia.

Gambar ini juga mencerminkan persamaan sosial dimana tidak adanya perbedaan
sosial anatara penduduk satu dan penduduk yang lainnya, tapi persamaan social ini
bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Landasan Historis
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan
dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil
karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui
proses refleksi filosofis para pendiri negara.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Landasan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur
dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi
kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, PendidikanKewarganegaraan.
Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10
ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M


Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan
filosofis bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah
merupakan suatu keharusan moral untuk secara
konsisten merealisasikan dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

©2017 Ivalaina Astarina, SE., M.M

Anda mungkin juga menyukai