Anda di halaman 1dari 54

Acute Decompensated Heart Failure

Disusun Oleh:
Dhara Wirasudaningrum 1102013080
Khansadhia H Mooiindie 1102014143
Nabilla Sophianingtyas 1102013194
Nour Indah Ogita 1102013213
Raihan Alhazmi 1102013242

KEPANITERAAN KLINIK MAHASISWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
ILMU PENYAKIT DALAM RS. BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO
PERIODE 10 SEPTEMBER 2018 – 17 NOVEMBER 2018
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Taiman Ujung
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Masuk RS : 27-10-2018

2
ANAMNESIS

Keluhan Utama: Nyeri dada sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS Polri dirujuk dari RSUK Kramat Jati dengan keluhan nyeri dada kiri
sejak 3 hari SMRS. Nyeri dada dirasakan terus-menerusdan tidak hilang saat pasien
beristirahat. Nyeri terasa tajam seperti ditusuk dan tidak menjalar. Nyeri dada tidak bisa
dilokalisir letaknya. Keluhan disertai dengan sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 3
hari SMRS dan lebih berat saat malam hari. Keluhan sesak napas berkurang jika pasien
menggunakan bantal yang tinggi saat tidur. Pasien juga mengeluh terdapat bengkak di
kedua kaki sejak 7 hari SMRS, namun tidak terasa nyeri. Riwayat pingsan disangkal oleh
pasien. BAK dan BAB pasien dalam batas normal.
Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan serupa pada tahun 2016. Pasien
mengatakan pernah didiagnosis memiliki penyakit jantung dan mendapat pengobatan. 3
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat Asma (-) Terdapat anggota keluarga pasien yaitu
• Riwayat DM (-) kakak pasien yang menderita hipertensi.
• Riwayat Kolesterol (-)
• Riwayat Hipertensi (+) sejak tahun
2011
• Riwayat Jantung (+) sejak tahun
2016
• Riwayat Trauma (-)
4
ANAMNESIS

Riwayat Pengobatan Riwayat Pribadi dan Sosial


Pasien rutin berobat serta konsumsi obat Pasien bekerja sebagai pedagang sayur
(Amlodipin dan Isosorbid Dinitrat) karena dan mampu melakukan aktivitas sehari –
penyakit jantung, namun selama 2-3 hari seperti makan, minum dan mandi.
minggu ini tidak minum obat karena Pasien memiliki riwayat merokok sejak
obat pasien habis. SMA dan sudah berhenti 2 tahun yang
lalu. Merokok 1 bungkus perhari. Pasien
tidak mempunyai kebiasaan minum
alkohol.

5
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit berat


Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6
Tekanan Darah : 160/110 mmHg.
Nadi : 93 kali per menit, reguler
Pernapasan : 26 kali per menit,
Suhu : 36.7 oC.
Berat badan : 67 kg
Tinggi badan : 167 cm
BMI : 24,1 kg/m
6
STATUS GENERALIS

KEPALA
- Bentuk : Bulat, simetris, normocephal
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : Bentuk normal, simetris
- Hidung : Bentuk normal, tidak deviasi, tidak ada napas cuping hidung

7
STATUS GENERALIS

THORAX
Bentuk normal, tidak ada retraksi, simetris saat statis dan dinamis

JANTUNG
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS VI dipertengahan linea
midclavicularis sinistra dengan linea axilaris anterior sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan: ICS V linea parasternalis dextra
Batas pinggang jantung: ICS III linea midclavicularis sinistra
Batas jantung kiri: ICS VI linea midclavicularis sinistra
8
- Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALIS

PARU
Inspeksi : pergerakan dinding dan bentuk dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri simetris,
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular (+/+), rhonki (+/-), wheezing (-/-)

ABDOMEN
- Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-).
- Auskultasi : Bising usus normal, tidak terdapat suara aliran dalam
pembuluh darah.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites (-), massa (-) 9

- Perkusi : Shifting dullness (-)


STATUS GENERALIS

EKSTREMITAS
- Superior : Oedem (-/-), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-),
capillary refill time < 2 detik
- Inferior : Oedem (+/+), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-),
capillary refill time < 2 detik

10
EKG

11
EKG

12
EKG

13
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RSUK KRAMAT JATI
Hematologi

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 15,4 14.0-16.0 g/dL

Hematokrit 45,6 40 – 52 %

Leukosit 9,0 3.8-10.6 103 /L

Trombosit 241 150 – 440 103 /L

14
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RSUK KRAMAT JATI
Kimia Darah
Gula darah
GDS 159 < 200 mg/dL
Fungsi Hati
SGOT 13 <37 mg/dl
SGPT 20 <42 mg/dl
Ginjal
Ureum 63 10 – 43 mg/dL
Kreatinin 1,2 0,5 – 1,3 Mg/dL
Elektrolit
Natrium 145 135 – 147 mg/dL
Kalium 3,8 3.5 – 5.0 mg/dL 15
Klorida 104 94 – 111 mg/dL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RS POLRI

Hematologi

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 14,3 14.0-16.0 g/dL

Hematokrit 40 40 – 52 %

Leukosit 9,6 3.8-10.6 103 /L

Trombosit 205 150 – 440 103 /L

16
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RS POLRI
Elektrolit
Natrium 139 135 – 147 mg/dL
Kalium 3,9 3.5 – 5.0 mg/dL
Klorida 102 94 – 111 mg/dL

Kimia Darah
Gula darah
GDS 116 <200 mg/dL
Ginjal
Ureum 24 10 – 43 mg/dL
Kreatinin 1,3 0,5 – 1,3 mg/dL
GFR 61 mmol/min/1.73
17
m
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RS POLRI
Elektrolit
Natrium 143 135 – 147 mg/dL
Kalium 3,43 3.5 – 5.0 mg/dL
Klorida 107 94 – 111 mg/dL

18
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

19
RESUME

Pasien datang ke IGD RS Polri dengan keluhan nyeri dada sejak 3


hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh sesak napas
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasa sesak
napas berkurang ketika tidur dengan diganjal 2 bantal. Pasien juga
mengeluh kaki bengkak sejak 3 minggu SMRS. Pasien mengatakan
BAK dan BAB dalam batas normal.

20
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Fisik dan Penunjang
EKG

Gejala : TTV: Ro thorax : Kardiomegali


Nyeri dada Tekanan Darah : 160/110 mmHg.
Sesak napas malam hari Nadi : 93 kali per menit, reguler
Tidur dengan bantal yang tinggi Pernapasan: 26 kali per menit,
Bengkak di tungkai bawah
Cor : Kardiomegali
Faktor Risiko : Paru : Ronkhi (+/-)
Hipertensi Ekstremitas inferior : edema (+/+) 21
Penyakit jantung
Merokok EKG : LVH
KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Major : Kriteria Minor :
1. Paroksismal nokturnal 1. Edema eksremitas
dispnea 2. Batuk malam hari
2. Distensi vena leher 3. Dispnea d’effort
3. Ronkhi paru 4. Hepatomegali
4. Kardiomegali 5. Efusi pleura
5. Edema paru akut 6. Penurunan kapasitas
6. Gallop S3 vital 1/3 dari normal
7. Peninggian tekana vena 7. Takikardi (>120/menit)
jugularis
8. Refluks hepatojugular

22
FOLLOW UP (29/10/2018)
29 Oktober 2018
S: Pasien mengeluh sesak napas, lemas, dan kedua kaki bengkak
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis

TD : 140/110 mmHg HR : 84x/menit RR : 24x/menit Suhu : 36,2oC

Thoraks : simetris, tidak ada retraksi

Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-) tidak ada wheezing

Ekstremitas : akral hangat , tidak sianosis, edema (+/+), CRT < 2 detik

EKG: Left Ventricular Hypertrophy Rontgen Thorax: Kardiomegali


A: Hypertensive Heart Disease

Acute Decompensated Heart Failure


P: - IVFD RL 7 tetes/ menit
- Captopril 3 x 25 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Amlodipin 1 x 10 mg 23
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
- Spironolakton 1 x 25 mg
FOLLOW UP (30/10/2018)
30 Oktober 2018
S: Pasien mengeluh sesak napas dan kaki bengkak namun berkurang
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis

TD : 120/80 mmHg HR : 80x/menit RR : 24x/menit Suhu : 36oC

Thoraks : simetris, tidak ada retraksi

Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-) tidak ada wheezing

Ekstremitas : akral hangat , tidak sianosis, edema (+/+), CRT < 2 detik

EKG: Left Ventricular Hypertrophy


Rontgen Thorax: Kardiomegali
A: Hypertensive Heart Disease

Acute Decompensated Heart Failure


P: - IVFD RL 7 tetes per menit
- Ramipril 1 x 5 mg
- Tab Spironolakton 1 x 25 mg 24
FOLLOW UP (30/10/2018)
31 Oktober 2018
S: Tidak ada keluhan
O: KU: Tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis

TD : 120/90 mmHg HR : 80x/menit RR : 18/menit Suhu : 36oC

Thoraks : simetris, tidak ada retraksi

Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-) tidak ada wheezing

Ekstremitas : akral hangat , tidak sianosis, edema (+/+), CRT < 2 detik

EKG: Left Ventricular Hypertrophy


Rontgen Thorax: Kardiomegali
A: Hypertensive Heart Disease

Acute Decompensated Heart Failure


P: - Ramipril 1 x 5 mg
- Tab Furosemid 2 x 20 mg
- Tab Spironolakton 1 x 25 mg 25
PROGNOSIS

▪ • Quo ad Vitam : Dubia ad malam


▪ • Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
▪ • Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam

26
THANK YOU

27
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh secara
adekuat yang mengakibatkan gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Pasien
dengan gagal jantung harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat aktifitas
1 disertai atau tanpa disertai kelelahan).

2 Tanda retensi cairan (kongesti paru atau edemapergelangan kaki).

Bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat.
3
29
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)

merupakan gagal jantung akut yang didefinisikan sebagai serangan cepat (rapid
onset) dari gejala-gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal.
Disfungsi ini dapat berupa disfungsi sistolik maupun diastolik, abnormalitas
irama jantung, atau ketidakseimbangan preload dan afterload. ADHF dapat
merupakan serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya, atau dapat
merupakan dekompensasi dari gagal jantung kronik yang telah dialami
sebelumnya.

30
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi kasus gagal jantung di komunitas meningkat seiring dengan


meningkatnya usia yaitu berkisar 0,7% (40-45 tahun), 1,3% (55-64 tahun), dan
8,4% (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien kasus gagal jantung memiliki fraksi
ejeksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko terjadinya gagal jantung sekitar
21% untuk laki-laki dan 20,3% pada perempuan. 31
ETIOLOGI

Penyakit Jantung Miopati Hipertensi/aritmia


Iskemik ▪ Postpartum kardiomiopati ▪ Hipertensi
▪ Miokarditis akut ▪ Artimia akut
▪ Sindrom coroner akut
▪ Komplikasi mekanik dari infark Dekompensasi Gagal
akut Penyakit Jantung Jantung Kronik
▪ Infark ventrikel kanan Iskemik ▪ Tidak patuh minum obat
Valvular ▪ Septicemia ▪ Volume overload
▪ Hygrotoxicosis ▪ Infeksi, terutama pneumonia
▪ Stenosis valvular
▪ Anemia ▪ Cerebrovascular insult
▪ Regurgitasi valvular
▪ Pirai ▪ Operasi
▪ Endocarditis ▪ Disfungsi renal
▪ Tamponade
▪ Diseksi aorta ▪ Asma/PPOK
▪ Emboli paru 32
▪ Penyalahgunaan obat / alkohol
KLASIFIKASI

33
PATOFISIOLOGI

34
PATOFISIOLOGI

35
PATOFISIOLOGI

36
PATOFISIOLOGI

37
MANIFESTASI KLINIS

38
MANIFESTASI KLINIS

39
PATOFISIOLOGI

40
DIAGNOSIS

•Umumnya memiliki tanda dan gejala kongesti paru ( dispneu saat melakukan
kegiatan, Orthopnea, Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), dan Ronchi).

•Pasien juga menunjukan adanya peningkatan tekanan vena jugular dengan atau
tanpa peningkatan reflex hepatojugular. Asites dan edema perifer juga muncul akibat
akumulasi cairan pada kavitas peritoneum dan perifer.

•Pemeriksaan biomarker terhadap gagal jantung seperti B – Type Natriuretic


Peptide (BNP), yaitu suatu neurohormonal yang dilepaskan dari ventrikel jantung
(miokardium) sebagai respon terhadap overload cairan dan peningkatan ketegangan
dinding (misalnya perenggangan), merupakan penunjang dignostik untuk ADHF dan
merupakan prediksi terhadap keparahan dan mortalitas yang dikaitkan dengan gagal
jantung.

41
DIAGNOSIS

42
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

(1) Hematologi : Hb, Ht, Leukosit.

(2) Elektrolit : K, Na, Cl, Mg.

(3) Enzim Jantung (CK-MB , Troponin, LDH).

(4) Gangguan fungsi ginjal dan hati : B UN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT, SGPT.

(5) Gula darah.

(6) Kolesterol, trigliserida.

(7) Analisa Gas Darah


43
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya :


Elektrokardiografi, untuk melihat
(1) Edema alveolar.
adanya :
(2) Edema interstitials.
(1) Penyakit jantung koroner :
(3) Efusi pleura.
iskemik, infark.
(4) Pelebaran vena pulmonalis.
(2) Pembesaran jantung (LVH : Left
(5) Pembesaran jantung.
Ventricular Hypertrophy).
(7) Radionuklir.
(3) Aritmia.
(8)Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.
(4) Perikarditis.
(9) Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
44
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemantauan Hemodinamika (Kateterisasi Arteri Pulmonal Multilumen) bertujuan untuk : (1)

Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru.

(2) Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung.

(3) Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung.

(4) Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrent.

(5) Mengetahui beratnya lesi katup jantung.

(6) Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner.

(7) Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel, fungsi ventrikel kiri).

(8) Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri koroner


45
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Echocardiogram - Menggambarkan ruang –ruang dan katup jantung

46
SASARAN PENGOBATAN GAGAL JANTUNG
AKUT
Klinis
a. ↓ Gejala (dyspea dan/atau fatik) Hemodinamik
b. ↓ Tanda klinis a. ↓ Pulmonary capillary wedge
c. ↓ Berat badan pressure menjadi <18 mmHg
d. ↑ Diuresis b. ↓ Curah jantung dan/atau volume
e. ↓ Oksigenasi sukuncup
Outcome
Laboratorium a. ↓ Lama rawat di ICU
a. Normalisasi elektrolit serum b. ↓ Lama rawat
b. ↓ BUN dan/atau kreatinin c. ↑ waktu masuk kembali kerumah sakit
c. ↓ Bilirubin serum d. ↓ Mortalitas
d. ↓ BNP
Tolerabilitas
Low rate of withdrawal from therapeutic
Normalisasi gula darah
measures 47
Insidens efek samping rendah
TATALAKSANA

Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sebagai berikut:

Pemenuhan kebutuhan oksigen


pengobatan faktor pencetus
istirahat

Perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti


pengobatan dengan oksigen
pengaturan posisi pasien demi kelancaran nafas
peningkatan kontraktilitas myocrdial (obat-obatan inotropis positif)
penurunan preload (pembatasan sodium, diuretik, obat-obatan, dilitasi vena)
penurunan afterload (obat-obatan dilatasi arteri, obat dilatasi arterivena, inhibitor
ACE)

48
TATALAKSANA
Dosis obat yang umumnya dipakai pada gagal jantung

49
TATALAKSANA

Kombinasi H-ISDN

Indikasi pemberian
Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya tidak dapat ditoleransi Sebagai terapi
tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat ditoleransi
Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat β dan
ARB atau antagonis aldosteron

Inisiasi pemberian kombinasi H-ISDN


Dosis awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari
Naikan dosis secara titrasi
Jika toleransi baik, dosis dititrasi naik sampai dosis target (hydralazine 50 mg dan
ISDN 20 mg, 3-4 x/hari)

50
TATALAKSANA

Digoksin

Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada
pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125 atau
0,0625 mg, 1 x/hari

51
TATALAKSANA

Diuretik

52
PENCEGAHAN

 Mengonsumsi makanan sehat


 Menjaga berat badan
 Berhenti merokok
 Tidak mengonsumsi minuman keras.
 Berolahraga secara teratur
 Menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah

53
PROGNOSIS

54

Anda mungkin juga menyukai