Disusun Oleh:
Dhara Wirasudaningrum 1102013080
Khansadhia H Mooiindie 1102014143
Nabilla Sophianingtyas 1102013194
Nour Indah Ogita 1102013213
Raihan Alhazmi 1102013242
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Taiman Ujung
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Masuk RS : 27-10-2018
2
ANAMNESIS
5
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
- Bentuk : Bulat, simetris, normocephal
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : Bentuk normal, simetris
- Hidung : Bentuk normal, tidak deviasi, tidak ada napas cuping hidung
7
STATUS GENERALIS
THORAX
Bentuk normal, tidak ada retraksi, simetris saat statis dan dinamis
JANTUNG
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS VI dipertengahan linea
midclavicularis sinistra dengan linea axilaris anterior sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan: ICS V linea parasternalis dextra
Batas pinggang jantung: ICS III linea midclavicularis sinistra
Batas jantung kiri: ICS VI linea midclavicularis sinistra
8
- Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALIS
PARU
Inspeksi : pergerakan dinding dan bentuk dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri simetris,
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular (+/+), rhonki (+/-), wheezing (-/-)
ABDOMEN
- Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-).
- Auskultasi : Bising usus normal, tidak terdapat suara aliran dalam
pembuluh darah.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites (-), massa (-) 9
EKSTREMITAS
- Superior : Oedem (-/-), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-),
capillary refill time < 2 detik
- Inferior : Oedem (+/+), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-),
capillary refill time < 2 detik
10
EKG
11
EKG
12
EKG
13
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RSUK KRAMAT JATI
Hematologi
Hematokrit 45,6 40 – 52 %
14
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RSUK KRAMAT JATI
Kimia Darah
Gula darah
GDS 159 < 200 mg/dL
Fungsi Hati
SGOT 13 <37 mg/dl
SGPT 20 <42 mg/dl
Ginjal
Ureum 63 10 – 43 mg/dL
Kreatinin 1,2 0,5 – 1,3 Mg/dL
Elektrolit
Natrium 145 135 – 147 mg/dL
Kalium 3,8 3.5 – 5.0 mg/dL 15
Klorida 104 94 – 111 mg/dL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RS POLRI
Hematologi
Hematokrit 40 40 – 52 %
16
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RS POLRI
Elektrolit
Natrium 139 135 – 147 mg/dL
Kalium 3,9 3.5 – 5.0 mg/dL
Klorida 102 94 – 111 mg/dL
Kimia Darah
Gula darah
GDS 116 <200 mg/dL
Ginjal
Ureum 24 10 – 43 mg/dL
Kreatinin 1,3 0,5 – 1,3 mg/dL
GFR 61 mmol/min/1.73
17
m
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RS POLRI
Elektrolit
Natrium 143 135 – 147 mg/dL
Kalium 3,43 3.5 – 5.0 mg/dL
Klorida 107 94 – 111 mg/dL
18
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
19
RESUME
20
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Fisik dan Penunjang
EKG
22
FOLLOW UP (29/10/2018)
29 Oktober 2018
S: Pasien mengeluh sesak napas, lemas, dan kedua kaki bengkak
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis
Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-) tidak ada wheezing
Ekstremitas : akral hangat , tidak sianosis, edema (+/+), CRT < 2 detik
Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-) tidak ada wheezing
Ekstremitas : akral hangat , tidak sianosis, edema (+/+), CRT < 2 detik
Cor : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-) tidak ada wheezing
Ekstremitas : akral hangat , tidak sianosis, edema (+/+), CRT < 2 detik
26
THANK YOU
27
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh secara
adekuat yang mengakibatkan gangguan struktural dan fungsional dari jantung. Pasien
dengan gagal jantung harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat aktifitas
1 disertai atau tanpa disertai kelelahan).
Bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat.
3
29
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)
merupakan gagal jantung akut yang didefinisikan sebagai serangan cepat (rapid
onset) dari gejala-gejala atau tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal.
Disfungsi ini dapat berupa disfungsi sistolik maupun diastolik, abnormalitas
irama jantung, atau ketidakseimbangan preload dan afterload. ADHF dapat
merupakan serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya, atau dapat
merupakan dekompensasi dari gagal jantung kronik yang telah dialami
sebelumnya.
30
EPIDEMIOLOGI
33
PATOFISIOLOGI
34
PATOFISIOLOGI
35
PATOFISIOLOGI
36
PATOFISIOLOGI
37
MANIFESTASI KLINIS
38
MANIFESTASI KLINIS
39
PATOFISIOLOGI
40
DIAGNOSIS
•Umumnya memiliki tanda dan gejala kongesti paru ( dispneu saat melakukan
kegiatan, Orthopnea, Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), dan Ronchi).
•Pasien juga menunjukan adanya peningkatan tekanan vena jugular dengan atau
tanpa peningkatan reflex hepatojugular. Asites dan edema perifer juga muncul akibat
akumulasi cairan pada kavitas peritoneum dan perifer.
41
DIAGNOSIS
42
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
(4) Gangguan fungsi ginjal dan hati : B UN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT, SGPT.
(7) Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel, fungsi ventrikel kiri).
46
SASARAN PENGOBATAN GAGAL JANTUNG
AKUT
Klinis
a. ↓ Gejala (dyspea dan/atau fatik) Hemodinamik
b. ↓ Tanda klinis a. ↓ Pulmonary capillary wedge
c. ↓ Berat badan pressure menjadi <18 mmHg
d. ↑ Diuresis b. ↓ Curah jantung dan/atau volume
e. ↓ Oksigenasi sukuncup
Outcome
Laboratorium a. ↓ Lama rawat di ICU
a. Normalisasi elektrolit serum b. ↓ Lama rawat
b. ↓ BUN dan/atau kreatinin c. ↑ waktu masuk kembali kerumah sakit
c. ↓ Bilirubin serum d. ↓ Mortalitas
d. ↓ BNP
Tolerabilitas
Low rate of withdrawal from therapeutic
Normalisasi gula darah
measures 47
Insidens efek samping rendah
TATALAKSANA
48
TATALAKSANA
Dosis obat yang umumnya dipakai pada gagal jantung
49
TATALAKSANA
Kombinasi H-ISDN
Indikasi pemberian
Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya tidak dapat ditoleransi Sebagai terapi
tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat ditoleransi
Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACEI, penyekat β dan
ARB atau antagonis aldosteron
50
TATALAKSANA
Digoksin
Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada
pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125 atau
0,0625 mg, 1 x/hari
51
TATALAKSANA
Diuretik
52
PENCEGAHAN
53
PROGNOSIS
54