Anda di halaman 1dari 15

KARYA ILMIAH MAHASISWA PRESTASI

PROGRAM SARJANA

PENGARUH LAJU INFILTRASI


TERHADAP BAHAYA BANJIR DI KOTA
GORONTALO

LULU RUSLIANA ARVA


511413035
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
BANJIR
Tanah tidak mampu
Distribusi hujan dan
menampung volume air
kapasitas tanah
hujan

Sebagian besar dialirkan


Bahaya banjir menjadi aliran
permukaan

 Mengapa kemampuan tanah menyerap air


hujan berkurang?
I
N
F
I
L
T
R
A
T
I
O
N
PENGUJIAN LAJU INFILTRASI
Mengapa penting?

Untuk mengetahui berapa kecepatan dan besaran masuknya atau


meresapnya air secara vertikal ke dalam tubuh tanah.

Memberikan gambaran tentang kemampuan tanah menyerap air


dan kecepatan air masuk kedalam tanah, jika terjadi banjir dengan
suatu asumsi bahwa air lambat mengalir ke tempat pembuangan
atau laut.
KLASIFIKASI LAJU INFILTRASI
Kecepatan Infiltrasi
Kelas Laju Infiltrasi
(cm/jam)

I1 Sangat Cepat > 53

I2 Cepat 28 – 53

I3 Sedang 15 – 28

I4 Lambat 2,5 – 15

I5 Sangat Lambat < 2,5

Sumber : ILRI (1974), Klasifikasi Laju Infiltrasi Rickard dan Cossens (1965)
Bagaimana Kondisi Laju Infiltrasi Di Kota
Gorontalo?
Laju infiltrasi Persentase
No Kelas Luas (Ha)
(cm/jam) (%)

1 Sangat Cepat I1 75,52 1,13

2 Cepat I2 1.333,43 19,98

3 Sedang I3 461,13 6,91

4 Lambat I4 2.614,50 39,17

5 Sangat Lambat I5 2.189,44 32,81

Sumber : Analisis Peta Laju Infiltrasi Kota Gorontalo Disertasi Dr. Ir. Arqam Laya, M.T
Zonasi Kelas Laju Infiltrasi Per-wilayah
Kecamatan
KECAMATAN I1 I2 I3 I4 I5 Grand Total

Dungingi 0.73 156.33 115.43 128.38 34.32 435.18

Kota Barat 104.90 64.25 742.39 734.02 1,645.56

Kota Selatan 16.34 85.95 85.98 738.90 355.88 1,283.05

Kota Tengah 403.55 47.00 19.32 15.37 485.25

Kota Timur 58.45 112.42 100.92 623.28 623.04 1,518.11

Kota Utara 470.29 47.54 360.82 427.27 1,305.92

Grand Total 75.52 1,333.44 461.14 2,613.08 2,189.88 6,673.06

Sumber : Analisis Peta Laju Infiltrasi Kota Gorontalo Dalam Disertasi Dr. Ir. Arqam Laya, M.T
Laju Infiltrasi dan Penggunaan Lahan

Meningkatnya urbanisasi dan alih


fungsi lahan

Konversi lahan bervegetasi


(cultivated land) menjadi lahan beton
atau aspal (non-cultivated land)

Menurunkan kapasitas lahan dalam


menyimpan air dan mengurangi laju
infiltrasi
Bagaimana Laju Infiltrasi Dan Kaitannya Dengan
Penggunaan Lahan Di Kota Gorontalo?

PL I1 I2 I3 I4 I5 Jlh. Total % Luas

Jalan 3,204 63,360 22,389 65,840 44,153 198,946 2,98

Perkebunan 8,036 401,828 96,289 226,748 131,639 864,540 12,95

Pemukiman 20,973 346,014 175,032 355,524 240,550 1.138,093 17,05

Pertokoan 7,480 93,990 44,459 50,472 53,227 249,628 3,74

Sawah 30,424 402,105 104,837 269,448 381,069 1.187,883 17,80

Sumber : Hasil Analisis Peta Penggunaan Lahan 2010 Dalam Disertasi Dr. Ir. Arqam Laya, M.T
Rekomendasi Solusi

Memperbesar
Memperluas daerah
kesempatan air untuk
resapan air atau ruang
berinfiltrasi dengan
terbuka hijau (RTH)
media-media infiltrasi

Sumur resapan Penanaman pohon

Melestarikan
Lubang biopori
lahan pertanian
Sumur Resapan
Rekomendasi Solusi
Fasilitasi pelatihan Fasilitasi
dan penyusunan implementasi
rencana bagi komite rencana komite
DAS DAS

Memperkenalkan
Fasilitas aksi warga konsep relawan
DAS DAS

Sosialisasi Memfasilitasi
Desain terbangunnya
penambahan atribut Kelembagaan jaringan antar sesama
kewargaan DAS komite DAS
 Disain kelembagaan
 Dari paparan di atas, maka dapat diajukan sebuah kerangka disain kelembagaan untuk
pengendalian banjir di suatu DAS.
 Pertama, sosialisasi penambahan atribut kewargaan DAS. Karena setiap warga pasti
tinggal di satu DAS, maka setiap warga harus mengetahui ia merupakan bagian dari DAS
apa. Hal ini penting, karena apa yang dilakukan di persil lahannya secara kolektif akan
mempengaruhi perilaku hidrologi DAS yang bersangkutan.
 Kedua, fasilitasi aksi kolektif warga DAS. Pelaksanaan aktivitas ini disarankan pada level
desa / kelurahan. Itu artinya, di tiap desa / kelurahan perlu difasilitasi terbentuknya
semacam organisasi stakeholders lokal, misalnya Komite DAS Ciliwung Kelurahan X,
yang akan mengkoordinir aksi kolektif warga di tingkat lokal.
 Ketiga, fasilitasi pelatihan dan penyusunan rencana bagi Komite DAS di tiap desa /
kelurahan agar mereka mampu membuat rencana untuk menurunkan koefisien limpasan di
desa / kelurahan masing-masing. Aktivitas fasilitasi ini juga untuk memastikan agar
rencana dari masing-masing Komite DAS di tiap kelurahan itu sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmiah. Prinsip dalam penyusunan dokumen rencana ini adalah memulai dari apa
yang dipahami (teknologi yang dikuasai) oleh masyarakat.
 Keempat, fasilitasi implementasi rencana Komite DAS. Prinsip untuk implementasi ini
adalah membangun keberhasilan-keberhasilan kecil, mulai dari penerapan teknologi yang
sederhana dan murah, seperti penerapan teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) atau
pembibitan tanaman penghijauan, menuju ke teknologi yang lebih rumit dan membutuhkan
biaya lebih besar. Untuk aktivitas ini, maka kerja sama berbagai pihak: pemerintah,
perguruan tinggi, LSM, dan swasta, menjadi penting.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai