Anda di halaman 1dari 44

STUDI KASUS

KOMPASIN
1. Apik Mila Sari (101511535016)
2. Siti Mufaidah (101511535017)
3. Eko Wahyu W (101511535023)
4. Rizky Bagas A (101511535024)
5. Saiful Azis S (101511535040)
Kompasin
“Program penurunan stunting atau
Pemberian Makanan Tambahan”
Variable bauran pemasaran “6P”
1. Product:
Intervensi gizi spesifik meliputi suplementasi gizi makro dan
mikro (pemberian tablet tambah darah, Vitamin A, taburia),
pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye
gizi seimbang, pelaksanaan kelas ibu hamil, pemberian obat
Cacing, penanganan kekurangan gizi, dan JKN.
2. Price:
Masyarakat hanya perlu mengunjungi puskesmas untuk
mendapatkan pelayanan terkait masalah stunting.
Masyarakat juga harus menjalankan anjuran yang telah
diberikan.
3. Promotion:
Program penuruan stunting akan dilakukan dengan
cara PIS-PK. Merupakan salah satu cara Puskesmas
untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga. Diharapkan
gizi masyarakat akan terpantau di seluruh wilayah
terutama di daerah dan perbatasan agar penurunan
angka stunting bisa tercapai.
4. Place:
Program penuruan stunting merupakan program
nasional.
Setiap puskesmas merupakan tempat terkait dengan
program penuruan stunting.
5. Partnership:
Program tersebut akan turut melibatkan Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Posyandu atau Pos
Pelayanan Terpadu di daerah setempat untuk
menggencarkan sosialisasi pola hidup sehat dan menambah
asupan makanan yang diberikan melalui program PMT yang
dijalankan pemerintah pusat.
Kerjasama juga dijalin dengan JKN.
6. Policy
Badan Kesehatan Dunia (WHO) membatasi masalah stunting
di setiap negara, provinsi, dan kabupaten sebesar 20%,
sementara Indonesia baru mencapai 29,6%.
Presiden Joko Widodo, pada Rapat Terbatas tentang
penurunanstunting di Kantor Presiden menekankan, bahwa
masalah stunting perlu menjadi perhatian bersama, sehingga
upaya penurunan angka stunting membutuhkan kerja
bersama yang harus melibatkan lintas sektor dan semua
elemen masyarakat.
Evaluasi terhadap Pelaksanaan
Komunikasi Pemasaran Sosial
Non-Government Organization (NGO)
untuk Isu-Isu Anti Kekerasan terhadap
Perempuan
(Studi Kasus Kampanye Anti Kekerasan
Terhadap Perempuan Cut Nyak Dien
Yogyakarta
dan Solidaritas Perempuan
untuk Hak Asasi Manusia Surakarta)
MASALAH
• Masalah kekerasan terhadap perempuan, yang pada awalnya masih
dianggap masalah yang sepele, individual (privat problem) namun
dengan strategi-strategi yang dirancang oleh organisasi-organisasi
non-pemerintah maka masyarakat menjadi terinformasikan dan
mengetahui adanya masalah kekerasan terhadap perempuan ini.
Bahkan oleh sebagian masyarakat sudah dianggap sebagai masalah
yang penting dan serius.
MASALAH
• Masalah kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena
gunung es karena yang tampak di permukaan jumlahnya jauh lebih
sedikit daripada jumlah yang sesungguhnya.
• Masalah kekerasan terhadap perempuan lebih banyak tersimpan di
dinding-dinding kokoh rumah yang akhirnya lenyap bersamaan
dengan berputarnya waktu. Hal ini dikarenakan korban-korban
kekerasan takut untuk bersuara, menyatakan bahwa mereka
merupakan korban kekerasan.
MASALAH
• Ketidakberanian korban-korban kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) ataupun korban perkosaan bersuara karena
masyarakat beranggapan miring terhadap para korban.
• Dimensi kekerasan juga menimpa tidak hanya fisik dan
psikis saja melalui pemukulan, perkosaan dan pelecehan
seksual namun juga kekerasan karena pengabaian hak-
haknya misalnya terhadap pekerja rumah tangga (PRT).
PRODUCT
• Cut Nyak Dien, Yogyakarta, sebagai salah satu organisasi
nonpemerintah yang konsen dengan isu kesetaraan
gender memperjuangkan hak-hak pekerja rumah tangga
sehingga mereka dihargai sebagai pekerja yang
bermartabat dan mendapatkan upah yang layak.
• Di Rumpun Cut Nyak Dien aktivitas komunikasi pemasaran
sosial, mereka sebut dengan divisi pendidikan publik dan
salah satu kegiatannya adalah kampanye yang bersinergi
dalam advokasi dengan divisi pendampingan dan divisi
pengorganisasian
PRODUCT
• Dilihat dari jumlah personil yang bertanggungjawab untuk
melakukan aktivitas komunikasi pemasaran sosial ini
memang tidak sebanding dengan banyaknya kegiatan yang
dilakukan serta besarnya tujuan yang ingin dicapai.
Personil yang bertanggungjawab dalam divisi kampanye di
Rumpun Cut Nyak Dien hanya 2 orang, dan satu personil
merangkap sebagai direktur, meskipun dalam pekerjaan-
pekerjaan teknis seringkali melibatkan volunteer
(sukarelawan).
PRICE
• pesan-pesan yang sudah disampaikan kepada masyarakat,
apakah sudah diterima dengan baik atau belum, misalnya
apakah mereka menyetujui pesan yang disampaikan atau
tidak, apakah mereka berubah perilakunya setelah
menerima pesan atau tidak atau bahkan sudah
mengadvokasi.
• Memberanikan diri untuk melapor
• Mengeluarkan waktu untuk mengikuti kampanye
PLACE
Pusat organisasi masing masing, dan layanan
puskesmas, sasarannya ibu rumah tangga di
wilayah jogja dan surakarta
KESIMPULAN
• Sebagai sebuah organisasi yang tidak berorientasi ke arah
profit, Spekham Surakarta dan Cut Nyak Dien Yogyakarta
menjalankan programprogram social marketing/social
campaign untuk memperjuangkan keadilan terhadap
perempuan, dan secara spesifik mengkampanyekan anti
kekerasan terhadap perempuan. Strategi untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan dengan menggabungkan dua
pendekatan yaitu social marketing dan advokasi, karena
masalah kekerasan terhadap perempuan berkaitan juga
dengan policy dan perlunya memperkuat jaringan/sekutu
untuk mengkampanyekannya.
PROMOTION
• Secara umum bentuk-bentuk dan media
komunikasi yang digunakan oleh Cut Nyak
Dien melalui beberapa media antara lain
newsletter, leaflet, pembatas buku, komik,
kalender, press release, konferensi pers dan
pengiriman artikel, buku alamat, buku
panduan untuk PRT dan migran.
POLICY
• Disahkannya UndangUndang Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan tahun 2004, menggambarkan bahwa
pemerintah memandang penting masalah kekerasan
terhadap perempuan yang jumlahnya terus meningkat
dari waktu ke waktu.
IMPLEMENTASI STRATEGI AKMS
DALAM PENANGGULANGAN TB
PARU OLEH ‘AISYIYAH
MUHAMMADIYAH DI KOTA
MAKASSAR
Produk
• Produk yang diberikan yaitu seputar pengetahuan yang
dikemas pada lembar balik/flipchart, buku panduan,
leaflet, poster, buku Khutbah tentang TB. Media ini
digunakan para kader dan tokoh agama sebagai media
promosi kesehatan.
price
• Meluangkan waktu dan biaya untuk menuju
lokasi
Place
• Wilayah program yaitu di wilayah kota Makassar
sebagai Implementing Unit (IU) dengan cakupan
program 4 kecamatan, yaitu kecamatan Makassar,
Panakkukang, Rappocini dan Mamajang
• Secara spesifik tempat yang digunakan yaitu di
rumah ibu-ibu saat arisan, pengajian, PKK dan
seluruh posyandu.
promotion
• kader melakukan penyuluhan di masing-masing
kelurahan setiap bulan. Penyuluhan diadakan
tersendiri ataupun bersamaan dengan kegiatan
masyarakat seperti arisan, pengajian, PKK dan
posyandu.
• Promosi yang dilakukan juga dilakukannya kegiatan
seperti jalan santai, kampanye TB, pojok TB dan
jambore kader yang dilaksanakan saat peringatan
hari TB.
partnership
• Untuk menyukseskan strategi ini maka ada
beberapa pihak sebagai partner yaitu Dinas
Kesehatan, Petugas Puskesmas, Kader, Tokoh
agama dan masyarakat.
policy
• Tiap 1 April yang diperingati sebagai hari TB
Nasional, dimana dilakukan berbagai kegiatan
dalam memperingati hari TB nasional tersebut,
misalmya penyuluhan, deklarasi, dan sebagainya.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
• Target program Penanggulangan TB nasional yaitu
eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB
tahun 2050
TAHAPAN
• Analisis pasar dan identifikasi masalah
terdapat 3 variabel dalam segmentasi pasar diantaranya adalah
segmentasi geografis yaitu bertepatan di Kota Makassar
• Menetapkan Tujuan
Berdasarkan analisis pasar yang dilakukan di tetapkan tujuan yaitu
pelaksanaan strategi AKMS dalam penanggulan TB Paru dengan
diberikannya informasi seputar TB secara gratis kepada seluruh
masyarakat. Selain itu diberikannya pelatihan dan media yang
digunakan pada kader dan tokoh agama sebagai penyuluh di lapangan
kepada seluruh masyarakat secara gratis.
STP (Segmentasi, target, positioning)
• Segementasi: terdapat 3 variabel dalam segmentasi pasar diantaranya
adalah segmentasi geografis yaitu bertepatan di kota Samarinda,
namun segmentasi demografisnya tidak dijelaskan berapa jumlah total
masyarakatnya, sedangkan segmentasi psikologis tidak dijelaskan pula
seberapa banyak masyarakat yang telah mengerti tentang pentingnya
program TB
• Target; Target dari program ini adalah kader dan tokoh agama sebagai
penyuluh kesehatan TB. Selanjutnya penyebaran informasi ditargerkan
kepada seluruh masyarakat di Wilayah kota Makassar sebagai
Implementing Unit (IU) dengan cakupan program 4 kecamatan, yaitu
kecamatan Makassar, Panakkukang, Rappocini dan Mamajang.
• Positioning: Dengan cara menjelaskan pengertian, cara penularan
serta pencegahan TB kepada masyarakat, program pemerintah yang
harus dilaksanakan dan akses berobat ke puskesmas yang gratis, dapat
ikut berprtisipasi menekan angka penularan TB sehingga masyarakt
sejahtera.
• Menetapkan dan mengimplementasikan
program
• Monitoring dan evaluasi
Website sebagai media
pemasaran sosial
program kesehatan
reproduksi
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 menemukan bahwa angka
kematian bayi di Indonesia adalah 32 per 1.000
kelahiran hidup. Di antara angka ini, 19 per 1.000
terjadi pada masa neonatal sejak lahir sampai usia
28 hari. Padahal targetnya di tahun 2015 nanti
angkanya harus turun menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup.
Lebih khusus di daerah jawa barat, berdasarkan
hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
Tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI untuk tahun
2012 melonjak menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup dari sebelumnya sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup (survey 2003-2007).
Padahal
Sesuai target MDGs 2015 AKI harus diturunkan
sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Sedangkan target RPJMN Tahun 2010-2014
mengamanatkan agar AKI dapat diturunkan
menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2014.
berbagai upaya percepatan penurunan angka
kematian ibu telah banyak dilakukan oleh
Kemenkes Republik Indonesia, antara lain melalui
upaya peningkatan aksesibilitas serta kualitas
pelayanan pada 2008.
Selanjutnya Indonesia pada 2012 meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal
Survival (EMAS). Program EMAS bertujuan untuk
menurunkan AKI dan AKN di Indonesia sebesar
25%. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan (2012)
membuat target untuk menurunkan AKI sampai
tahun 2015 adalah mengurangi sampai dengan tiga
perempat jumlah kematian ibu melalui
pembangunan Millenium Development Golds
(MDGs).
Namun faktanya, di beberapa daerah di Jawa Barat,
sistem pelayanan kesehatan ini masih mengalami
berbagai kendala, di antaranya infrastruktur
(sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan),
minimnya pengetahuan ibu tentang kehamilan yang
sehat, masih kurangnya tenaga kesehatan, dan lain-
lain).
Sebagai Media Pemasaran
Sosial
Menurut Kotler dan Keller (2009) pemilihan
website untuk pemasaran program kesehatan
reproduksi ini berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut :
1. Jangkauan luas dan tepat sasaran
2. Keragaman isi pesan
3. Ekonomis
4. Meningkatkan peluang
5. Visitor
pemberdayaan media sosial seperti facebook,
instagram dan twitter yang mempunyai kekuatan
viral marketing bisa digunakan untuk menunjang
kesuksesan website dan mobile apps program
kesehatan reproduksi. Hal tersebut mengingat
bahwa 87,13% pengguna internet di Indonesia
mengakses sosial media.
Mengingat internet belum sepenuhnya dapat
diakses oleh perempuan di Indonesia, baik karena
keterbatasan infrastruktur komunikasi ataupun
faktor kemampuan ekonomi, maka diperlukan
pemberdayaan pihak media dalam publikasi dengan
menggunakan media lama, seperti iklan layanan
masyarakat yang ditayangkan di seluruh stasiun TV
Indonesia pada prime time secara serempak. Juga
pemberdayakan perusahaan provider
telekomunikasi untuk menyebarkan informasi
melalui pesan singkat tak berbayar.
Untuk mengantisipasi kendala akibat sosial budaya
(contoh di pada suku Baduy dalam yang tidak
mengijinkan masuknya teknologi komunikasi),
maka print media seperti spanduk dan
pemberdayaan tenaga kesehatan tetap diperlukan
untuk menunjang keberhasilan program kesehatan
reproduksi bagi perempuan di Indonesia sampai ke
pelosok nusantara.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai