Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN

PLTG KAPASITAS 2X50 MW KOTA JAMBI

Disusun oleh:
Kelompok 1
Ayu Purwanti 101511535015
Siti Mufaidah 101511535017
Ary Kusmita 101511535026
Reynaldy Bimatara 101511535032
Inriza Yuliandari 101511535038

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
BANYUWANGI
2017

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Balakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
2.1 Profil Perusahaan.............................................................................................................. 3
2.2 Pengertian AMDAL ......................................................................................................... 3
2.3 Peran AMDAL ................................................................................................................. 4
2.4 Prosedur Alur AMDAL.................................................................................................... 8
BAB 3 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 11
3.1 Analisis Kelengkapan Dokumen AMDALberdasarkan Undang-undang ...................... 11
3.2 Analisis Kelengkapan Dokumen ANDALberdasarkan Undang-undang ....................... 11
3.2.1 Analisis Kelengkapan ANDAL ............................................................................... 15
3.2.2 Analisis Kelengkapan Ringkasan Eksekutif ............................................................ 18
3.2 Analisis Dampak Kesehatan Masyarakat ....................................................................... 22
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 26
4.2 Saran ............................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Amdal..9


Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Amdal10
Gambar 3. Peta Lokasi Pemantauan20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan pentingsuatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidupyan
g diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/ataukegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang
diperkirakanakan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang
dimaksudlingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-
budaya,dan kesehatan masyarakat.Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. AMDAL mulai
berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1086.Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beber
-apa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober
1993 pemerintah mencabut PeraturanPemerintah No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya
dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun1993 tentang AMDAL dalam rangka efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun
1997, maka Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan.Oleh karena itu, pada
tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1999.Melalui Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan
lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya
di Negara berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah menghawatirkan.
Oleh karena itu, perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai pencemaran lingkungan.
Pemerintah melalui kebijakan dan aturan harus mampu mengatur industi dalam pengolahan
limbah baik cair, kayu dan udara. Pihak industripun harus menyadari peranan pencemarannya
yang sangat besar sehingga harus mau membangun pengolahan limbah. Masyarakat harus
mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengolahan limbah rumah tangga dan
lingkungan sekitar sehingga kelestarian lingkungan baik, udara, tanah maupun air dapat
terjaga dengan baik.

1
AMDAL dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang
bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan hidup.
AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses
AMDAL yang lebih besar dan lebih penting sehingga merupakan bagian dari beberapa hal,
diantaranya adalah pengelolaan lingkungan, pemantauan proyek, pengelolaan proyek,
pengambilan keputusan, dan dokumen yang penting.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana analisis kelengkapan dokumen AMDAL Pembangunan PLTG Kapasitas
2x50 Mw Kota Jambi dibandingkan dengan peraturan perundang undangan yang
mengatur tentang AMDAL?
1.2.2 Bagaimana analisis dampak kesehatan masyarakat dan dampak lingkungan dari
dokumen AMDAL Pembangunan PLTG Kapasitas 2x50 Mw Kota Jambi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui analisis kelengkapan dokumen AMDAL Pembangunan PLTG
Kapasitas 2x50 Mw Kota Jambi dibandingkan dengan peraturan perundang undangan
yang mengatur tentang AMDAL.
1.3.2 Untuk mengetahui analisis dampak kesehatan masyarakat dan dampak lingkungan dari
dokumen AMDAL Pembangunan PLTG Kapasitas 2x50 Mw Kota Jambi.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (PLN KITSBS) adalah suatu
unit dari PT PLN (Persero) yang merupakan reorganisasi PT PLN (Persero) Pembangkitan
dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan yang didirikan pada tahun 1997. PLN KITSBS
berdiri berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 177.K/010/DIR/2004
tentang Organisasi PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan.
Tujuan pembentukan PLN KITSBS sesuai Keputusan Direksi Nomor 368.K/GM-
KITSBS/2012 sebagai salah satu unit pembangkitan PT PLN (Persero) adalah mengusahakan
pembangkitan dan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai serta
melakukan usaha sesuai dengan kaidah ekonomi yang sehat, memperhatikan kepentingan
stake holder, serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
PLN KITSBS kini mempunyai kapasitas daya mampu sebesar 2765 MW. Kantor
induk PLN KITSBS terletak di Jalan Demang Lebar Daun Nomor 375 Palembang dan
memiliki 10 (sepuluh) Sektor Pembangkitan dengan wilayah kerja yang tersebar di Provinsi
Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat dan Bandar Lampung, yaitu:
1. Sektor Pembangkitan Keramasan;
2. Sektor Pembangkitan Bandar Lampung;
3. Sektor Pembangkitan Bukit Asam;
4. Sektor Pembangkitan Bengkulu;
5. Sektor Pembangkitan Bukit Tinggi;
6. Sektor Pembangkitan Ombilin;
7. Sektor Pembangkitan Tarahan;
8. Sektor Pembangkitan Jambi;
9. Sektor Pembangkitan Teluk Sirih
10. Sektor Pembangkitan Sebalang

2.2 Pengertian AMDAL


Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006, Amdal adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan. Maksud dari dampak besar dan penting adalah

3
perubahan lingkungan hidup sekitar yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/ atau kegiatan itu nantinya berdiri dan sudah mendapatkan ijin lingkungan.
Amdal adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Tujuan dari
Amdal adalah sebagai studi kelayakan suatu usaha dan/ atau kegiatan yang akan berdiri di
lingkungan hidup sekitar agar dapat menjaga komponen lingkungan hidup sehingga tidak
menyebabkan kerusakan lingkungan.
Fungsi dari amdal antara lain sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan
pembangunan suatu wilayah, untuk dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan
atas kelayakan sebuah lingkungan hidup dari rencana usaha atau kegiatan tertentu, membantu
memberikan masukan dalam rangka menyusun sebuah rancangan yang terperinci dari suatu
rencana usaha dan/ atau kegiatan, membantu memberikan masukan dalam suatu proses
penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, membantu memberikan
informasi terhadap masyarakat tentang dampak yang mungkin dapat ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan/ atau kegiatan, sebagai rekomendasi utama untuk sebuah ijin usaha, serta
ijin kelayakan lingkungan hidup sekitar. Pemrakarsa yang sedang merencanakan untuk
membuka usaha dan/ atau kegiatan yang memiliki dampak besar dan penting pada
lingkungan hidup sekitar, sifat hukum dalam memiliki amdal adalah wajib (diharuskan).

2.3 Peran AMDAL


1. Amdal sebagai Instrumen Perlindungan Lingkungan Hidup
Dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup
perlu dijaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan. Di Indonesia, tata
kehidupan yang berwawasan lingkungan sebenarnya telah diamanatkan dalam
GBHN tahun 1973, Bab III butir 10 menyebutkan bahwa :
Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia harus
dipergunakan secara rasional. Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus
diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan
dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan
generasi yang akan datang.
Dalam upaya menjaga lingkungan itulah digunakan Amdal sebagai salah satu
instrumennya. Hal ini tertuang dalam Pasal 22 angka (1) Undang Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 22
angka (1) tersebut menentukan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki Amdal.

4
Salah satu instrumen kebijaksanaan lingkungan yaitu Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 22 angka (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup di atas, merupakan proses yang meliputi penyusunan berbagai dokumen.
Dokumen-dokumen itu berupa kerangka acuan, analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup bagi
kegiatan usaha yang dilakukan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup juga
merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan
akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Penanggulangan dampak
negatif dan pengembangan dampak positif itu merupakan konsekwensi dan
kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan.

2. Amdal sebagai Instrumen dalam Perencanaan Pembangunan


Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus
diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 angka (4) Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi
modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, pengunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan
secara bijak.Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga
pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah
lingkungan(environmentallysound). Proses pembangunan yang diselenggarakan
dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
kehidupan generasi masa kini dan yang akan datang.
Amdal sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan disebutkan dalam
Pasal 4 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin
Lingkungan. Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha
dan/atau Kegiatan.Amdal merupakan instrumen untuk merencanakan tindakan
preventif terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin
ditimbulkan dari aktivitas pembangunan.Mengingat fungsinya sebagai salah satu

5
instrumen dalam perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan, penyusunan Amdal tidak
dilakukan setelah Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan.Penyusunan Amdal yang
dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap studi kelayakan atau desain detail
rekayasa
Amdal merupakan bagian dari sistem perencanaan, Amdal seharusnya dapat
memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai scientific prediction,
Amdal memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang analisis kegiatan dan
dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah kegiatan. Amdal seharusnya
ditempatkan pada posisi yang strategis dalam upaya memberikan perlindungan
preventif dalam perizinan suatu kegiatan yang berwawasan lingkungan. (Santosa,
Taufik Imam, 2009 : 5)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses
perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek
usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal
dari berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat
diartikan sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah
memperhatikan aspek positif dan negatif suatu kegiatan usaha.
Pembangunan suatu wilayah merupakan hal tidak dapat dihindarkan.Sebagai
upaya agar pembangunan tersebut mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan dan
mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan maka diperlukan suatu
perencanaan yang matang.Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan adalah hasil analisis mengenai dampal lingkungan hidup.
Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan dapat memberikan pedoman
agar perencanaan pembangunan harus mencapai tujuan sosial dan ekonomi dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dinamis dengan lingkungan. Perencanaan
pembangunan yang ideal adalah yang tidak hanya mampu mengakomodasi
kepentingan dan kebutuhan masyarakat tetapi juga mampu memadukan berbagai
nilai dan berbagai kepentingan yang terlibat, salah satunya kepentingan akan adanya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Peranan Amdal dalam perencanaan masih terbatas pada perencanaan
proyek.Inipun masih terbatas pada proyek yang bersifat fisik, misalnya pembangunan
bendungan, jalan raya, pelabuhan dan pabrik.Proyek yang bersifat non fisik

6
umumnya masih diabaikan. Padahal proyek non fisik pun dapat berdampak besar dan
penting. (Soemarwoto, Otto, 2007 : 56)
Analisis mengenai dampak lingkungan telah banyak dilakukan di Indonesia dan
Negara lain. Pengalaman menunjukkan, Amdal tidak selalu memberikan hasil yang
kita harapkan sebagai alat perencanaan.Bahkan tidak jarang terjadi, Amdal hanyalah
merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk memenuhi ketentuan dalam
undang undang.Setelah laporan Amdal didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut
tersebut disimpan dan tidak digunakan lagi.Laporan tersebut tidak mempunyai
pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya.Hal ini terjadi
juga di Negara yang telah maju, bahkan di Amerika Serikat yang merupakan negara
pelopor Amdal.
3. Amdal sebagai Alat Pengelolaan Lingkungan
Hasil dari analisis mengenai dampak lingkungan juga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk pengelolaan lingkungan yang meliputi upaya pencegahan,
pengendalian dan pemantauan lingkungan.Upaya pencegahan artinya Amdal
digunakan untuk mengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul akibat
aktivitas/kegiatan.Dengan dapat diprediksinya dampak tersebut, maka dampak
negatif dapat dihindari dan dampat positif dapat dimaksimalkan.Amdal sebagai alat
pengendali artinya masalah atau dampak dapat dikendalikan dan diminimalisir,
misalnya dengan pemberian pembatasan seperti sanksi.Amdal sebagai sarana
pemantauan maksudnya sebagai alat kontrol dan koreksi terhadap pelaksanaan dan
operasi proyek. Dengan kata lain, pemantauan ini merupakan alat pengelolaan
lingkungan untuk menyempurnakan perencanaan program dan pembaharuan program
dikemudian hari agar tujuan pengelolaan lingkungan tercapai.
Pasal 36 angka (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin
Lingkungan. Izin Lingkungan tersebut tidak akan dikeluarkan apabila tidak ada
keputusan kelayakan lingkungan dari Komisi Penilai Amdal yang menilai dokumen
atau kajian mengenai dampak penting yang diajukan oleh pemrakarsa.

7
Suatu usaha dan/atau kegiatan sebelum mulai dilakukan wajib mempunyai
kajian mengenai dampak besar dan penting yang akan timbul apabila usaha dan/atau
kegiatan itu dilakukan. Hasil dari kajian tersebut kemudian disertakan dalam
perizinan usaha dan/atau kegiatan tersebut. Apabila hasil kajian tersebut tidak
disertakan maka izin usaha dan/atau kegiatan itu tidak akan keluar, karena kajian
tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam perizinan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang membawa dampak bagi lingkungan
Saat ini dokumen Amdal hanya digunakan oleh pemrakarsa kegiatan dan atau
usaha dan instansi pengambil keputusan sebagai legitimasi atau alasan pengesahan
saja, bahwa kegiatan tersebut tidak akan menimbulkan pencemaran/perusakan
lingkungan, karena sudah mempunyai keputusan kelayakan lingkungan dan perizinan
yang diterbitkan, karena mendapat pertimbangan Amdal sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. (Santoso, Taufik Imam, 2008 : 11).
Persoalannya adalah selama ini Amdal hanya dianggap sebagai bagian dari
sistem prosedur perizinan.Konsekwensinya apabila berbagai perizinan kegiatan yang
terbit akibat rekomendasi dokumen Amdal telah ditetapkan, maka peranan dokumen
Amdal menjadi selesai dan tidak lagi berhubungan dengan persoalan kegiatan.
(Soemarwoto, Otto, 1999 : 10)

2.4 Prosedur Alur AMDAL


Proses pelaksanaan Amdal dapat dilihat dibawah ini.

Pelingkupan KA ANDAL ANDAL

RPL RKL
Gambar 1. Proses AMDAL

Keterangan :
1. Pelingkupan adalah proses pemusatan studi pada hal hal penting yang berkaitan
dengan dampak penting.
2. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
3. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Andal) adalah telaahan secaracermat
danmendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.

8
4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.
5. Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Agar pelaksanaan Amdal berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan.Peraturan
Pemerintah tentang Amdal secara jelas menegaskan bahwa Amdal adalah salah satu
syarat perijinan.Para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi Amdal
sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan.Amdal digunakan untuk mengambil keputusan
tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegia tan.Prosedur pelaksanaan
Amdal menurut Peraturan Pemerintah. Nomor 27 Tahun 2012 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut :

Rencana Kegiatan

Dampak Penting

Bebas AMDAL KA ANDAL

UKL& UPL 30 hari -- Komisi Penilai

ANDAL & RKL-RPL

Komisi Penilai
30 hari --

Ijin Usaha/Kegiatan
Menteri, Gurbernur, 10 hari -- Keputusan
Bupati/Walikota Kelayakan

Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Amdal

9
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses Amdal adalah Komisi Penilai Amdal,
pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Komisi Penilai Amdal adalah komisi yang bertugas menilai dokumen Amdal.
Komisi Penilai Amdal dibentuk oleh menteri, gubernur, atau bupatiwalikota sesuai
dengan kewenangannya. Komisi Penilai Amdal terdiri atas :
a. Komisi Penilai Amdal Pusat, yang menilai dokumen untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang bersifat strategis nasional dan/atau belokasi di lebih dari 1 (satu)
wilayah provinsi, di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia yang sedang
dalam sengketa dengan negara lain, di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil
laut diukur dari garis pantai kea rah laut lepas dan/atau di lintas batas Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.
b. Komisi Penilai Amdal Provinsi, yang menilai dokumen Amdal untuk Usaha
dan/atau kegiatanyang bersifat strategis provinsi dan/atau yang berlokasi di
lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi, di lintas
kabupaten/kota dan/atau di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
c. Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, yang menilai dokumen Amdal untuk
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis kabupaten/kota dan tidak
strategis dan/atau di wilayah paling jauh1/3 (satu pertiga) dari wilayah laut
kewenangan provinsi.
2. Pemrakarsa adalah orang atau instansi pemerintah yang bertanggungjawab atas
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam
penyusunan dokumen Amdal dapat dilakukan sendiri oleh pemrakarsa atau
meminta bantuan kepada pihak lain. Pihak lain tersebut meliputi perorangan atau
yang tergabung dalam lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal.
3. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses Amdal berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada
lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai -nilai atau norma yang
dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses Amdal dapat dibedakan
menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati

10
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kelengkapan Dokumen AMDAL dibandingkan dengan undang undang


No Undang-undang Tentang Kesesuaian
.
1. UndangUndang Pengelolaan dan Sudah sesuai dengan pasal 33 yaitu
Dasar 1945 Pemanfaatan Bumi,air dan kekayaan alam yang
Sumber daya Alam terkandung dalam bumi adalah pokok-
pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu
harus dikuasai oleh Negara dan
digunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. UU No. 5 Tahun Pokok-pokok Terkait penguasaan dan pengelolaan
1960 Agraria tanah/lahan sudah sesuai.

3. UU No. 5 Tahun Konservasi Sumber Upaya pengelolaan berlandaskan


1990 Daya Alam Hayati konservasi SDA sudah sesuai, dan
dan Ekosistem sudah terperinci.
4. UU No. 23 Tahun Kesehatan Telaah gangguan kesehatan masyarakat
1992 dan tenaga kerja belum rinci.
5. No.5 Tahun 1994 Pengesahan Ketentuan-ketentuan konvensi bidang
Konvensi PBB Kehati tidak dibahas.
Mengenai Kehati
6. No. 41 Tahun 1999 Kehutanan Acuan dasar pemanfaatan dan
pengelolaan wilayah kawasan hutan
belum dibahas.
7. No.28 Tahun 2000 Bangunan Setempat Acuan pendirian bangunan sudah ada.
8 No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan Regulasi bidang ketenagakerjaan
termasuk usaha pertambangan belum
ada
9. No.7 Tahun 2004 Sumber daya Air Acuan pengelolaan sumber daya air
belum ada
10. No.16 Tahun 2004 Penggunaan Tanah Ketentuan dalam perolehan hak atas
tanah belum ada
11. No.32 Tahun 2004 Kewenangan Acuan pembagian kewenangan

11
Pemerintah pemerintah belum ada
Provinsi dan
Kabupaten/Kota
12. No.33 Tahun 2004 Perimbangan Acuan pengelolaan keuangan daerah
Keuangan Pusat belum ada.
dan Daerah
13. No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang Arahan kesesuaian dan penataan ruang
sudah ada
14. No. 40 tahun 2007 Perseroan Terbatas acuan untuk pihak pemrakarsa
dalam mengalokasikan anggaran
sebagai bentuk CSR belum ada
15. No. 22 Tahun 2009 Lalulintas dan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-
Angkutan Jalan jalan umum untuk kegiatan proyek
sudah ada
16. No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pedoman umum perlindungan dan
Pengelolaan pengelolaan lingkungan hidup sudah
Lingkungan Hidup ada
No Peraturan Tentang Kesesuaian
Pemerintah
1 No. 20 Tahun 1990 Pengendalian kegiatan potensial menyebabkan
Pencemaran Air perubahan kualitas air sudah dijelaskan
dan dalam dokumen. Mengenai dampak nya
pada kualitas air juga sudah dibahas,
namun tidak dijelaskan
penanggulangannya.
2 No. 12 Tahun 2012 Lampirannya Acuan dalam proses pelaksanaan studi
amdal sudah sesuai
3 No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pedoman pelaksanaan pengendalian
Pencemaran Udara pencemaran udara sudah ada
4 No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Pedoman pelaksanaan kegiatan untuk
Kualitas Air dan meminimalisir pencemaran air belum
Pengendalian ada
Pencemaran Air

12
5 No. 6 Tahun 2007 Penataan Hutan dan Telaah penataan dan pemanfaatan
Rencana wilayah hutan belum ada
Pengelolaan Hutan
serta
Pemanfaatan Hutan
8 Permen LH No. 5 jenis kegiatan pembangunan PLTG kapasitas
Tahun 2012 usaha/kegiatan 2x50 mw kota Jambi termasuk dalam
wajib Amdal, kegiatan yang wajib Amdal.
9 Permen LH No. 17 Pedoman dokumen ini tidak menjelaskan
tahun 2012 keterlibatan keterlibatan masyarakat dalam
masyarakat dalam penyusunan dokumen Amdalnya.
proses analisis
dampak lingkungan
hidup dan izin
lingkungan.

Sistematika penyusunan menurut Permen LH No. 16 tahun 2012 tentang pedoman


penyusunan dokumen lingkungan hidup (Amdal) sebagai berikut :
No. Peraturan Kesesuaian

1 Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud Sudah sesuai


pada
ayat (1) terdiri atas:
a. dokumen Amdal;
b. formulir UKL-UPL; dan
c. SPPL.

2 Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal Sudah sesuai, dalam


2 ayat dokumen ini sudah
(2) huruf a terdiri atas dokumen: membahas mengenai :
a. Kerangka Acuan; a. Kerangka Acuan;
b. Andal; dan b. Andal; dan
c. RKL-RPL c. RKL,RPL

3 Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Sudah sesuai, kerangka acuan
huruf a memuat: pada dokumen ini sudah
a. pendahuluan; memebahas mengenai :
b. pelingkupan;
c. metode studi; a. pendahuluan;
d. daftar pustaka; dan b. pelingkupan;
c. metode studi;

13
e. lampiran. d. daftar pustaka; dan
e. lampiran.

4 Andal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b Sudah sesuai


memuat:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal;
c. prakiraan dampak penting;
d. evaluasi secara holistik terhadap dampak
lingkungan;
e. daftar pustaka;dan
f. lampiran.

5 Muatan pelingkupan pada dasarnya berisi informasi Sudah sesuai


tentang:
a. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
akan dikaji.
1) Status studi amdal, apakah dilaksanakan secara
terintegrasi,bersamaan atau setelah studi kelayakan
teknis dan ekonomis. Uraian ini diperlukan sebagai
dasar untuk menentukan kedalaman informasi yang
diperlukan dalam kajian amdal.
2) Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Sudah sesuai
dengan rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan
perundangan.
3) Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan Sudah sesuai
fokus
kepada komponen-komponen kegiatan yang berpotensi
menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan
tahapan kegiatan, termasuk alternatifnya (jika terdapat
alternatif-alternatif terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan) dan pengelolaan lingkungan hidup yang
sudah disiapkan/direncanakan sejak awal sebagai
bagian dari rencana kegiatan (terintegrasi dalam desain
rencana usaha dan/atau kegiatan). Dalam hal
diperlukan adanya informasi yang lebih detail terhadap
deskripsi rencana kegiatan, maka dapat dilampirkan
informasi lain yang dianggap perlu; Uraian tersebut
wajib dilengkapi dengan peta-peta yang relevan yang
memenuhi kaidah-kaidah kartografi dan/atau layout
dengan skala yang memadai.
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi Sudah sesuai
uraian
mengenai rona lingkungan hidup (environmental
setting) secara umum di lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang mencakup:
1) Komponen lingkungan terkena dampak
(komponen geo-fisik-kimia, komponen biologi,
komponen sosio-ekonomi-budaya, komponen
kesehatan masyarakat

14
6 Hasil pelibatan masyarakat. Pelibatan masyarakat Tidak dibahas
merupakan bagian proses pelingkupan. Pelibatan
masyarakat dilakukan melalui pengumuman dan
konsultasi publik. Prosedur pelibatan masyarakat
dalam proses Amdal harus mengacu pada peraturan
perundang-undangan
7 Dampak Penting Hipotetik. Sudah sesuai
8 Batas Wilayah Studi (Batas proyek, Batas ekologis, Sudah sesuai
Batas sosial, Batas administratif) dan Batas Waktu
Kajian
9 Metode Studi : Metode pengumpulan dan analisis data Sudah sesuai
yang akan digunakan, Metode prakiraan dampak
penting yang akan digunakan, Metode evaluasi secara
holistik terhadap dampak lingkungan.
10 Diagram prakiraan dampak Sudah ada di dokumen
11 RKL/RPL Sudah ada di dokumen
13 Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan Sudah ada di dokumen
Pemantauan lingkungan hidup (SPPL)

3.2 Analisis Kelengkapan Dokumen ANDAL


3.2.1 Analisis Kelengkapan ANDAL
Analisis kesesuaian dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
berdasar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang pedoman
penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dijelaskan mengenai
sistematika penyusunan dokumen dokumen yang mendukung AMDAL, diataranya
dokumen ANDAL, ringkasan eksekutif, dokumen RKL dan RPL. Berikut merupakan
analisis kesesuaian dokumen ANDAL pembangunan pembangkit listrik tenaga gas
(PLTG) kapasitas 2 x 50 MW di area Payo Selincah Sektor Pembangkit Jambi
Kecamatan Jambi Timur kota Jambi.
Sistematika awal yang ditetapkan oleh peraturan tersebut adalah adanya
keharusan dengan menyertakan abstrak lebih kurang 2 (dua) halaman yang berisi
rencana usaha dan/atau kegiatan dengan berbagai kemungkinan dampak penting baik
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi maupun pasca operasi. Abstrak juga harus
mengemukakan masukan penting yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan,
perencana, dan pengelola rencana usaha dan/atau kegiatan. Namun pada kenyataannya
di dokumen ANDAL pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) kapasitas 2 x
50 MW di area Payo Selincah Sektor Pembangkit Jambi kecamatan Jambi Timur kota
Jambi belum menyertakan abstrak yang telah ditentukan.

15
Sistematika selanjutnya adalah bab 1 pendahuluan yang berisikan 3 sub yaitu
latar belakang, tujuan dan manfaat dan juga adanya peraturan-peraturan terkait. Latar
belakang dalam dokumen ANDAL pembangunan pembangkit listrik tenaga gas
(PLTG) kapasitas 2 x 50 MW di area Payo Selincah Sektor Pembangkit Jambi
kecamatan Jambi Timur kota Jambi telah sesuai dengan peraturan. Latar belakang telah
menjelaskan mengenai alasan dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan
pembangunan PLTG dan juga dijelaskan mengenai sedikit gambaran mengenai
usaha/kegiatan tersebut.

Tujuan dan manfaat yang dijelaskan telah mendorong untuk adanya penjelasan
mengenai identifikasi kekurangan-kekurangan yang melatar belakangi adanya kegiatan
tersebut, adanya penentuan kebutuhan dan juga penjelasan mengenai sasaran dan tujuan
memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada di peraturan.
Begitu pula dengan sub peraturan yang dalam dokumen tersebut telah dijelaskan secara
lengkap mengenai aturan penyusunan AMDAL, aturan yang mendasari kegiatan
kelistrikan dan bangunan, aturan yang mendasari BUMN dan CSR, aturan yang
mendasari ketenagakerjaan, aturan lalu lintas, aturan perolehan lahan, aturan yang
mendasari konservasi, aturan pencemaran, dan aturan kesehatan.
Bab 2 mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan yang terdiri sus bab dari
identitas pemrakarsa dan penyusun ANDAL dan beberapa sub bab lainnya. Sub bab
identitas pemrakarsa dan penyususn ANDAL dalam dokumen ANDAL pembangunan
PLTG di Jambi telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sub bab kedua
adalah uraian rencana usaha dan atau kegiatan. Sub bab kedua ini pada dokumen
ANDAL pembangunan PLTG di Jambi sudah sesuai dengan peraturan bahkan sangat
rinci terutama pada tahapan mulai dari pra rekonstruksi, konstruksi, dan saat operasi.
Penjelas mengenai ketiga tahapan tersebut telah sangat detail namun ada satu
tahapan yang tidak dijelaskan dalam dokumen ANDAL pembangunan PLTG yaitu
tahapan pasca operasi yang menguraikan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan dan
jadual usaha dan/atau kegiatan pada tahap pasca operasi. Sub bab 3 pada dokumen
ANDAL pembuatan PLTG mengenai keterkaitan rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan kegiatan lain disekitarnya telah dijelaskan sangat detail sesuai dengan
peraturan. Namun bab 2 ada sub bab yang tidak dijelaskan dalam dokumen ANDAL
pembuatan PLTG di Jambi, yaitu sub bab mengenai alternatif-alternatif yang dikaji
dalam ANDAL.

16
Bab 3 dalam dokumen ANDAL berisi mengenai rona lingkungan hidup.
Dokumen ANDAL pembangunan PLTG di Jambi telah menjelaskan secara detail
mengenai rona lingkungan hidup daerah tersebut. Hal tersebut didukung dengan adanya
tampilan berupa foto, tabel mengenai penampilan data dan juga tampilan berupa
perhitungan-perhitungan mengenai suatu hal yang kemudian dibandingkan dengan
ketetapan peraturan lainnya yang sesuai dengan pembahasan. Hal ini mempermudah
dalam penilaian khususnya mengenai rona lingkungan hidup.
Bab 4 dalam dokumen ANDAL membahas mengenai ruang lingkup studi yang
terdiri dari beberapa sub bab. Sub bab pertama yaitu mengenai dampak penting yang
telah ditelaah. Untuk mempermudah penjelasan mengenai sub bab ini, pada dokumen
ANDAL pembuatan PLTG di Jambi menampilkan sebuah matriks perlingkupan
dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan proyek pada tiap-tiap tahapan kegiatan.
Selain itu studi mengenai komponen dari berbagai bagian pun dijelaskan. Mulai
dari dampak komponen fisik, biologi, geofisik, dan lainnya. Sub bab kedua membahas
mengenai wilayah studi dan batas waktu berjalan. Wilayah studi pada dokumen
ANDAL pembuatan PLTG di Jambi ini terbagi menjadi beberapa batas wilayah yaitu
batas proyek, batas administratif, batas sosial, batas ekologis. Pada bab kedua
ditampilkan denah atau peta sebagai pendukung dalam penjelasan yang telah dituliskan
dalam dokumen.
Bab 5 dalam dokumen ANDAL membahas mengenai prakiraan dampak yang
mungkin ditimbulkan dari kegiatan yang akan dilakukan. Dalam dokumen ANDAL
pembuatan PLTG di Jambi prakiraan dampak ditampilkan dalam tiap-tiap tahap mulai
dari pra kontruksi, kontruksi dan tahap operasi. Dari tiap-tiap tahap tersebut lebih
diperinci dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan dengan memprediksi dampak
yang akan terjadi. Hal ini telah sesuai dengan peraturan.
Bab 6 membahas mengenai evaluasi dampak penting dari kegiatan yang akan
dilakukan. Pada bab 6 terdiri dari beberapa sub bab yaitu telaahan terhadap dampak
penting, pemilihan alternatif terbaik, telaahan sebagai dasar pengelolaan dan
rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan. Dari semua sub bab tersebut telah
dijelaskan secara detail dan sesuai dengan peraturan. Namun sama seperti bab
sebelumnya, pada dokumen ANDAL pembuatan PLTG di Jambi tidak mencantumkan
mengenai alternatif yang dikaji dalam ANDAL. Sehingga pada bab 6 ini pun pemilihan
alternatif terbaik tidak dapat dijelaskan karena memang tidak dijelaskan mengenai
alternatif yang ditawarkan oleh pihak pemrakarsa.

17
Pembahasan terakhir mengenai lampiran dari dokumen ANDAL pembuatan
PLTG di Jambi. Menurut ketentuan, lampiran yang ada dalam dokumen ANDAL
pembuatan PLTG di Jambi telah sesuai dengan peraturan. Hanya saja ada beberapa
lampiran yang tidak tertera sebagai lampiran namun tertera dalam sub bab yang
membahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan dalam prakiraan besaran dan
sifat penting dampak serta evaluasi dampak.

3.2.2 Analisis Kelengkapan Ringkasan Eksekutif


Sesuai Permeneg. Lingkungan Hidup RI No. 8 Tahun 2006, maka pembangunan
PLTG Kapasitas 2 50 MW area Payo Selincah wajib menyusun AMDAL.
Sistematika penyusunan dokumen mengacu pada Kepmen. Lingkungan Hidup RI No.
08 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup yang didalamnya juga membahas mengenai penyusunan Ringkasan Eksekutif
(RE) yang tercantum dalam Lampiran V peraturan menteri tersebut. Berikut analisa
kelengkapan Ringkasan Eksekutif pembangunan PLTG Kapasitas 2 50 MW area
Payo Selincah yang dibagi menjadi 3 BAB, yaitu:

1. Pendahuluan
a. Latar belakang kegiatan
Pada bagian ini uraikan latar belakang dilaksanakannya rencana usaha
dan/atau kegiatan ditinjau dari tujuan dan manfaat proyek. Uraian tersebut
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kekurangan-kekurangan yang melatarbelakangi diperlukannya rencana
PLTG Kapasitas 2 50 MW area Payo Selincah adalah jumlah energi
listrik yang diproduksi di Provinsi Jambi belum memenuhi kebutuhan
listrik masyarakat yang diperkirakan tahun 2015 membutuhkan beban
puncak 273,55 MW, sementara beban puncak tahun 2010 sekitar 160 MV.
Sehingga pasokan energi listrik dibantu dari sistem interkoneksi Sumatera
melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV yang terbentang
dari Aceh sampai Provinsi Lampung. Pada saat itu sedang dikerjakan
pembangunan PLTG Alshtom Frame 5 kapasitas daya terpasang 20 MW.
2) Kebutuhan-kebutuhan khusus yang akan dipenuhi berdasarkan atas
kekurangan-kekurangan yang ada saat ini maka PT. PLN (Persero)
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (SBS) akan membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) kapasitas 2 50 MW di area

18
Payo Selincah Sektor Pembangkit Jambi, Kecamatan Jambi Timur, Kota
Jambi.
3) Sasaran-sasaran dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Provinsi Jambi
sehingga dengan ditambah Alshtom Frame 5 kapasitas 20 MW dan PLTG
kapasitas 2 50 MW, maka PT. PLN (Perseroo) Sektor Pembangkit
Jambi mempunyai pembangkit listrik sekitar 210,77 MV.
b. Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

Lokasi rencana kegiatan pembangunan dan PLTG kapasitas 2 50 MW


berada di sebelah Barat Laut dari tangki BBM milik PT. PLN yang merupakan
lahan milik masyarakat sehingga perlu pembebasan lahan seluas 1.998,45 m2.
Lahan Tersebut digunakan untuk pondasi mesin dan utilitynya. Sedangkan
lokasi switchyard dengan ukuran lahan sekitar 27 35 meter dengan bangunan
untuk 2 jalur gantry/bay, masing-masing 12 28 meter yang terletak di
sebelah Barat Laut eksisting switchyard PLTG Alsthom Frame 5 kapasitas 20
MW yang berada di luar lahan dalam IMB (1.998,45 m2).
Tahapan kegiatan pembangunan dan PLTG kapasitas 2 50 MW karena
berdekatan dengan pemukiman penduduk maka harus ada pemisah antara
pembangkit dengan pemukiman penduduk. Namun bisa diatasi oleh pihak
pemrakarsa dengan berbagai teknologi dan pendekatan. Untuk lokasi
switchyard yang awalnya merupakan areal komplek perumahan dinas PT. PLN
dan saat itu sudah dibersihkan dari bangunan perumahan tersebut.

c. Alternatif-Alternatif Yang Dikaji Dalam ANDAL


Pembangkit PLTG 2 50 MW untuk operasional memerlukan air untuk
pendingon putaran mesin. Penggunaan air 30 m3/jam. Air akan diambil dari
Sungai Batanghari melalui pompa dan pemipaan. Lokasi rencana pembangkit
baerjarak dari 1 km dari Sungai Batanghari. Selain itu lokasi berdekatan
dengan rawa yang airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.
d. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Berdasarkan kajian terhadap dampak lingkungan yang akan ditimbulkan
oleh kegiatan pembangunan pembangkit PLTG 2 50 MW dan kajian teknis
yang dilakukan oleh pihak PT. PLN maka rencana usaha dan atau kegiatan

19
pembangunan PLTG 2 50 MW dapat dinyatakan layak dari aspek
lingkungan hidup, dengan mempertimbangkan beberapa aspek, antara lain:
1) Pembangunan PLTG 2 50 MW dapat memenuhi kebutuhan Provinsi
Jambi akan pasokan daya atau energi listrik untuk memenuhi beban
puncak hingga tahun 2015
2) Pembangunan PLTG 2 50 MW akan sangat mendukung perkembangan
sektor industri, jasa dan perdagangan daerah. Karena energi listrik
merupakan faktor utama yang menggerakkan sektor tersebut sehingga
akan berdampak positif bagi perekonomian lokal dan regional.
3) Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh tahapan kegatan
pembangunan PLTG 2 50 MW terhadap komponen geofisik-kimia
terutama dampak primr apat dikelola dengan baik karena tersedianya
teknologi untuk pengelolaan dampak yang dimaksud.
4) Pembangunan PLTG 2 50 MW dilaksanakan pad lokasi komplek
pembangkit sehingga dampak kumulatifnya mudah dikelola dan diawasi,
sehingga kemampuan pembangkit menjadi optimal.
e. Pemrakarsa Kegiatan
1) Nama dan alamat perusahaan:
PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumatera Bagian Selatan terletak di Jalan
Demang Lebar Daun No. 375 Palembang 30128.
2) Nama dan alamat penanggungjawab:
Nama : M. Irwansyah Putra
Jabatan : Manager Bidang Produksi
Alamat : Jalan Demang Lebar Daun No. 375 Palembang 30128.
2. Dampak Penting Terhadap Lingkungan Hidup
Dampak penting yang akan dikelola disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Dampak Penting Yang Terjadi Dan Aka Dikelola
Dampak Penting Yang Akan Dikelola
No.
Geofisik-Kimia Biologi Sosekbud Kesmas
1. Perubahan Perubahan flora Perubahan Perubahan
kualitas udara kesempatan kesehatan
ambient kerja dan masyarakat dan
pendapatan kecelakaan kerja

20
Dampak Penting Yang Akan Dikelola
No.
Geofisik-Kimia Biologi Sosekbud Kesmas
rumah tangga

2. Perubahan Perubahan biota Perubahan


kebisingan air perekonomian
lokal dan
regional
3. Perubahan Perubahan
getaran aksesibitlitas
dan mobilitas
masyarakat
4. Perubahan Perubahan sikap
Ketersediaan dan konflik
energi listrik social
5. Perubahan
kualitas
lingkungan
kerja fisik
6. Perubahan
aliran
permukaan
7. Perubahan
kealitas badan
air (sungai)

3. Upaya Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup


a. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Rencana pengelolan lingkungan hidup pada kegiatan pertambangan
batubara tercantum pada lampiran 1 Ringkasan Eksekutif pembangunan PLTG
Kapasitas 2 50 MW area Payo Selincah.
b. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

21
Rencana pemantauan lingkungan hidup pada kegiatan pertambangan
batubara dapat dilihat pada lampiran 2 Ringkasan Eksekutif pembangunan
PLTG Kapasitas 2 50 MW area Payo Selincah.

3.3 Analisis Dampak Kesehatan Masyarakat

Dampak kesehatan fisik yang mungkin timbul antara lain yaitu:


1. Bagi pekerja PLTG: kecelakaan kerja, kelelahan otot, penyakit akibat kerja
seperti gangguan saluran pernafasan akibat debu tambang seperti ISPA, sesak
nafas (asma), dan infeksi ringan pada hidung.
2. Bagi warga di sekitar lokasi tambang: gangguan saluran pernafasan akibat debu
tambang seperti ISPA, sesak nafas (asma) dan infeksi ringan pada hidung.
Beberapa dampak yang akan terjadi lainnya adalah:
1. Kualitas Udara Ambien
Dampak lingkungan pembangkit tenaga listrik dengan gas alam lebih kecil
bila dibandingkan dengan pembangkit tenaga listrik dengan bahan bakar fosil
yang lain. Hal ini dapat dapat dimengerti karena gas alam mempunyai sifat yang
bersih dalam proses pembakaran. Meskipun demikian, gas buang dari proses
pembakaran masih mengandung bahan NOx,
Panas yang diemisikan ke udara merupakan dampak lingkungan yang lain
disamping emisi gas buang. Untuk gas combined cycle panas yang diemisikan ke
udara dapat dikurangi dengan turbin uap.
Karena di lokasi rencana pembangunan proyek telah berlangsung kegiatan
operasi produk energi oleh PLTD dan PLTG, serta pemukiman penduduk, maka
kualitas udara ambien wilayah studi diperkirakan sudah mengalami perubahan
atau pencemaran.
Dari tabel hasil pengukuran dalam file AMDAL PLTG Payo Selincah,
dilakukan pada 5 titik pengamatan sampel kualitas udara ambien, terlihat partikel
debu kandungannya lebih tinggi pada lokasi tapak proyek yang bersebelahan
dengan pembangkit PLTD dan pemukiman RT 23 dan RT 25. Kandungan debu
ini berasal dari pemukiman penduduk yang melakukan aktivitas pembakaran.
Akan tetapi kandungan partikel debu masih berada di bawah ambang baku mutu.
Bahan pencemar kimia yang kandungannya lebih tinggi dari bahan lain adalah
karbon momoksida, nitrogen dioksida, amoniak dan HC. Kandungan pencemar
kimia ini diduga berasal dari aktivitas masyarakat, yang secara bersama-sama

22
meningkatkan kandungan polutan tersebut. ISPA memeliki peluang dalam
lingkugan ini.
2. Kualitas Kebisingan
Dampak lainnya dari adanya kegiatan pembangunan PLTG adalah kebisingan
yang ditimbulkan selama pembangkit tenaga listrik tersebut beroperasi. Untuk
mengatasi kebisingan yang ditimbulkan, dalam desain sistem pembangkit tenaga
listrik baik dengan turbin gas maupun dengan gas combined cycle digunakan
pelindung akustik juga dipilih material tertentu untuk mengurangi kebisingan.
Pengujian kebisingan telah dilakukan di komplek pemukiman sekitar lokasi
pembangkitan, telah menunjukkan suasana pemukiman gaduh. Kebisingan
meyebabkan gangguan pendengaran pada masyarakat sekitar, selain itu gangguan
psikologis juga dapat terjadi pada kondisi seperti ini.
3. Kualitas Getaran
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada kehidupan manusia.
Getaran yang diukur di samping PLTG menunjukkan nilai yang lebih tinggi
daripada lokasi lainnya.
4. Kualitas Air (Badan Air Permukaan)
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
sedangkan badan air permukaan dalam hal ini adalah sungai, danau, waduk, situ,
rawa. Kualitas badan air di wilayah payo selincah diperkirakan mengalami
perubahan baik secara fisik maupun kimia akibat menerima pencemaran dari
kegiatan pembangkit, dan kegiatan industri maupun masyarakat sekitar.
Kandungan zat kimia yang telah mendekati ataupun melampaui baku mutu,
diantaranya deterjen, sulfat, fosfat, COD, BOD, dan DO.
5. Kualitas Air Sumur
Pengujian terhadap kualitas air sumur telah dilakukan. Terdapat bebrapa
parameter, baik fisik dan kimia yang tidak sesuai indikator kualitas air untuk
peruntukan air minum. Parameter fisik air sumur yang melampaui baku mutu
adalah kekeruhan, dengan residu terlarut cukup tinggi. Sedangkan parameter
kimia menunjukkan nilai pH rendah untuk air minum yaitu 4,72. Dalam kata lain,
air sumur di wilayah tersebut tidak memenuhi syarat air minum. Rendahnya pH
air menunjukkan kesadahan air. Air sumur yang diuji mengandung Natrium,
klorida, dan sulfat. Hal ini diduga berasal dari kegiatan rumah tangga di sumur
dan sekitar sumur.

23
6. Kualitas Tanah
Pembangunan industri tidak asing dengan pengalihfungsian lahan, yang
seharusnya menjadi pemukiman, penghijauan, ditanami bahan pangan ataupun
buah-buahan. Akibatnya, lahan tersebut hilang. Kalaupun ada, pH tanah terlalu
rendah menyebabkan ketersediaan unsur hara menjadi rendah. Selain itu,
kandungan alumunium yang tinggi dalam tanah apabila diusahakan untuk
budidaya tanaman pangan, akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu
dan mengalami keracunan. Kondisi ini dapat diprediksikan bahwa peluang
terjadinya kekurangan pangan dan kurang gizi, tinggi.
Suatu proses dari sebuah industri tentu menghasilkan produk yang dipakai,
produk yang dibuang (limbah) dan produk yang dapat digunakan kembali.
Menjadi hal penting yang harus dilaksanakan ketika limbah harus dibuang ke
tempat yang semestinya. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak buruk
pada lingkungan yang berdampak pula bagi kesehatan masyarakat sekitar
industri. Bukan hanya itu, industri pun wajib mengadakan sebuah penghijauan
lahan sekitar industri. Dalam hal ini agar daun-daun menyerap kebisingan dari
proses industri.
Berikut usaha industri PLTG demi menjaga kelesatrian lingkungan dan kesehatan:
1. Pengelolaan Limbah (termasuk B3)
Dalam hal ini pada PLTG, limbah yang akan dihasilkan terdiri dari limbah padat, cair,
gas dan B3. Limbah padat dihasilkan dari kegiatan domestik, pengelolaannya
dilakukan pembuatan tong sampah dan septick tank limbah (termasuk limbah cair
domestik). Limbah cair dan B3 sebagian besar dihasilkan dari kegiatan pemeliharaan
mesin dan pembengkelan seperti minyak pelumas, air pencucian, dan lainnya.
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan penanganannya pada kolam IPAL. IPAL
untuk limbah air pencucian dan dari segala bentuk kegiatan proyek dibangun
sebanyak 2 unit dengan ukuran masing-masing kolam 3 x 3 x 2 m. Sedangkan limbah
minyak pelumas termasuk limbah B3, limbahnya ditampung dalam drum tertentu
untuk kemudian dikirim ke pusat pengelolaan limbah B3.
2. Penghijauan
Penghijauan memiliki fungsi sebagai upaya meminimalkan dampak limbah gas dan
bising serta debu sekitar kegiatan dan penjagaan ekosistem. Daun-daun tanaman
penghijauan bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya menjadi segar. Ketika
turun, tanah dan akar-akar pepohonan akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi

24
cadangan air. Penghijauan dilakukan pada areal sekitar lokasi kegiatan, terutama areal
yang berbatasan dengan batas lokasi masyarakat sekitar.
Kekurangan dan Kelebihan dokumen :
1. Kelebihan:
a) Sistematika penulisan Andalnya sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b) Pembahasan dampaknya sangat rinci.
c) Dokumen disertai ilustrasi gambar sehingga bisa di bayangkan seperti apa
bentuk pertambangannya nanti.
2. Kekurangan:
Dokumen ini tidak mencantumkan mengenai cara mengatasi dampak secara
rinci, hanya menganalisa kemungkinan terjadinya dampak dan usaha
pengendalian secara umum.

25
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan. Dokumen
Amdal harus dimiliki oleh setiap usaha dan/atau kegiatan yang berskala besar juga
memiliki dampak yang berbahaya terutama bagi masyarakat. Selain Amdal, hal lain yang
harus ada di setiap pendirian usaha dan/atau kegiatan adalah ijin kegiatan.
Dalam hal ini, PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (PLN
KITSBS) telah memenuhi persyaratan tersebut. Namun, terdapat beberapa
ketidaksesuaian dalam hal kelengkapan dokumen Amdal dan Ringkasan Eksekutif (RE)
dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, seperti di setiap bab-bab terkait. Selain itu, dampak terhadap
lingkungan juga dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu kualitas udara, kebisingan, air,
getaran, dan tanah. Upaya yang telah dilakukan dapat berupa pengolahan limbah dan
penghijauan.
Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan dalam pembuatan dokumen maka
setiap usaha dan/ kegiatan haruslah memiliki berbagai peraturan sebagai pedoman. Hal
ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam proses pembuatan dan efisiensi waktu.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperlukan sebuah usaha perbaikan dokumen
Amdal yang telah dibuat sebelumnya agar menjadi lebih lengkap dan sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, terutama dalam
hal kesehatan akibat adanya pembangunan pembangkitan dari PT PLN (Persero)
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan (PLN KITSBS). Selanjutnya, dokumen tersebut
juga dapat dijadikan sebagi referensi oleh usaha dan/ kegiatan lain dalam proses
pembuatan dokumen Amdal yang baik dan benar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Pembangunan PLTG Kapasitas 2x50


MW Area Payo Selincah Pembangkitan Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi Tahun
2011.
Ringkasan Eksekutif AMDAL Pembangunan PLTG Kapasitas 2x50 MW Area Payo Selincah
Pembangkitan Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi Tahun 2011.
Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan Pemahamannya
dalam Pembangunan. Liberty, Yogyakarta.
Gunawan, S. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Soemarwoto, O. 1977. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai