ِاّلل
َّ ل َُسُو
َّ ل رََا
َّ ق:ل ََا
َّ ق،هَُناّللُ ع
َّ َِيََّض
ة رََ
َّ َير
هر ُ ِيَب َن
َّ أ ع
َ
ََّسَل
م ِ و ََ
َّلي
ه َلى اّلل
َُّ ع ص
نا َََأ
َّ ،َ
و َ الدهر َُو آ
َّد
م بنَ ِي بنَ َّ َ :ُاّلل
يسُب َّ ََا
َّ
ل ” ق
”ُ ََالن
َّها
ر ُ وَِّي اللي
ل َد
ِي ب،ُالدهر
(رواه البخاري (وكذلك مسلم
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah SAW,
“Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku
adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ”
2. Hadist Nabawi, yakni hadits yang makna dan lafaznya sepenuhnya dari Nabi.
1. Sunnah Qouli (Perkataan)
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ه إلىُت
َّ َُ
َّر
ِج َ َ
انت
َّ ه ك ن َم
ََّ َى ف َ َّ ما
نو ِ امريء َُّ
ل لكِ ِنما اتِ وإ َال بالن
َّ ِي َا األعم إنم
ُها أو ِيب يصُ َاَّدن
ي ُل
ِ ُت
َّ
ه َُ
ِجرَّ ه
انتَ َ
َّ ك
منَِ و َِسُو
َّل
ه للاِ ور
َّ ه إلى ُت
َّ َُ ِ فه
ِجر َِسُو
َّل
ه للاِ ور
َّ
ََّ إلي
ِ
ه ََّ
ر هاج َ إلى ما ُت
َّ
ه َُ
ِجرها فهَُِح َ َّ
ينك امرأة
- adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang (biasanya banyak) dari awal
sampai akhir sanad.
- orang-orang tersebut diyakini mustahil akan bersepakat untuk berbohong dalam
menriwayatkannya. Karenanya, para ulama sepakat hadis mutawatir harus
diamalkan.
Hadist mutawatir terbagi menjadi Mutawatir Lafzhi dan Mutawatir Ma’nawi,
Mutawatir ‘Amali
Hadist mutawatir bersifat pasti dan memiliki kesederajatan hampir sama dengan
Alquran. Keberadaan hadis mutawattir amat sedikit dibandingkan dengan hadis ahad.
1. Mutawatir Lafzhi
ِّ َّي ُمتَعَ ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْقعَدَهُ ِّم َن الن
ِرا َّ َعل َ ََم ْن َكذ
َ ب
Dalam periwayatan hadis tersebut, muncul berbagai pendapat tentang jumlah periwayat
yang meriwayatkannya, diantaranya adalah : (a).Abu Bakar al-Sairiy menyatakan bahwa
hadis ini diriwayatkan secara marfu’ oleh 40 (empat puluh) sahabat. (b).Ibnu al-Shalkah
berpendapat bahwa hadis ini diriwayatkan oleh 62 (enam puluh dua) sahabat, dimana 10
(sepuluh) diantaranya dijamin masuk surga. (c).Ibrahim al-Harabi dan Abu Bakar al-
Bazariy mengatakan, hadis ini diriwayatkan oleh 40 (empat puluh) sahabat. (d).Abu Qasim
ibn Manduh berpendapat bahwa hadis ini diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh)
sahabat. (e).Sebagian lagi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh lebih dari 100
(seratus) bahkan 200 (duaratus) sahabat
2. Mutawatir ma’nawi :
“Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam
shalat istisqa, dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua
ketiaknya” (H.R. Bukhari)[2]
Hadis-hadis yang semakna dengan hadis tersebut banyak sekali, lebih dari 100 (seratus)
hadis.
3. Mutawatir ‘Amali
“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah mutawatir
dikalangan umat muslim (orang islam) bahwa Nabi SAW mengajarkannya atau
menyuruhnya atau selain itu”.
Contoh hadis mutawatir ‘amali adalah hadits yang menjelaskan tentang shalat baik waktu
maupun rakaatnya, tentang haji, tentang zakat dan lain-lain. Semua itu bersifat terbuka
dan disaksikan oleh banyak sahabat dan kemudian diriwayatkan oleh sejumlah besar
kaum muslim dari masa ke masa.
2. Hadis Ahad
Adalah hadist yang belum mencapai tingkatan Mutawatir. Hadist Ahad terbagi tiga :
Masyhur, Aziz, Ghorib.
Masyhur adalah hadist yang diriwayatkan oleh 3 orang perawi atau lebih pada setiap
thabaqah (tingkatan)
Aziz adalah Hadist yang diriwayatkan dengan minimal 2 orang perawi
Gharib adalah hadist yang diriwayatkan oleh 1 orang.
Dari segi kualitas
1. Hadits Shohih
adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perowi yang adil lagi
dhobid, tidak cacat dan tidak tercela.
Adapun contoh hadits yang shahih adalah sebagai berikut :
ب ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ُجبَ ْي ِر ٍ ش َها ِ ف قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا َما ِل ٌك ع َِن ا ْب ِن ُ ع ْب ُدهللاِ ْب ُن يُ ْو
َ س َ َح َّدثَنَا
ب ِبالط ْو ِر ِ م قَ َرأ َ ِفي ا ْل َم ْغ ِر.س ْو َل هللاِ ص ُ ت َر َ ْب ِن ُم ْط ِع ِم ع َْن أ َ ِب ْي ِه قَا َل
ُ س ِم ْع
)“(رواه البخاري
”Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah
mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin
math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca
dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR. Bukhari, Kitab Adzan).
Analisis terhadap hadits tersebut:
1)Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar dari gurunya.
2)Semua rawi pada hadits tersebut dhobit, adapun sifat-sifat para rawi hadits tersebut
menurut para ulama aj-jarhu wa ta’dil sebagai berikut:
a)Abdullah bin yusuf = tsiqat muttaqin.
b)Malik bin Annas = imam hafidz
c)Ibnu Syihab Aj-Juhri = Ahli fiqih dan Hafidz
d)Muhammad bin Jubair = Tsiqat.
e)Jubair bin muth’imi = Shahabat.
3)Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat serta tidak
cacat.
Hadits Shahih Lidzatihi
Hadits shahih lidzatihi adalah hadits yang dimana memiliki semua syarat hadits
shahih sebagaimana yang telah kita bahas diatas.
Hadits Shahih Lighoirihi
Hadits Shahih Lighoirihi adalah Hadits Hasan Lidzatihiyang diriwayatkan dari jalur lain
yang sama atau yang lebih kuat darinya
Hadits Muhammad ibn ‘Amr, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لوال أن أشق على أمتي ألمرتهم برالسواك عند كل صالة
Artinya: “Seandainya tidak karena akan memberatkan umatku, sungguh akan kuperintahkan mereka
bersiwak setiap kali shalat.”
Takhrij Hadits:
Hadits ini dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam kitab ath-Thaharah bab Maa Jaa-a fii as-Siwak no. 22.
Al-Bukhari meriwayatkannya melalui jalur Abi az-Zinad dari al-A’raj dari Abi Hurairah.
Ibn as-Shalah berkata: Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqamah termasuk orang yang masyhur karena
kejujuran dan pemeliharaan dirinya, tapi ia tidak termasuk seorang yang mutqin. Sehingga sebagian
orang mendhaifkannya, karena buruk hafalannya, sedangkan sebagian yang lain mentsiqahkannya
karena kejujuran dan keagungannya. Haditsnya dari sisi ini bernilai hasan. Ketika kemudian datang
jalan periwayatan lain, kekhawatiran kita akan hadits ini karena buruk hafalannya menjadi hilang,
dan sedikit kekurangan yang ada menjadi tidak ada lagi, sehingga sanadnya menjadi shahih, dan ia
dimasukkan ke derajat shahih.
2. Hadits Hasan
Adalah Hadis yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh perawi yang adil tapi kurang
kuat hafalannya, terhindar dari syadz dan ‘illah.
“Dari Nadhir bin Syaibân, ia mengatakan, ‘Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin
Abdurrahman rahimahullah, aku mengatakan kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits
yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu)
tentang Ramadhân.’ Ia mengatakan, ‘Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu
‘anhu) pernah menceritakan kepadaku bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menyebut bulan Ramadhân lalu bersabda, ‘Bulan yang Allâh Azza wa Jalla telah wajibkan atas
kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang
berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari
Allâh Azza wa Jalla, niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan
oleh ibunya”. [HR Ibnu Mâjah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewar jalur periwayatan
Nadhr bin Syaibân]
Sanad hadits ini lemah, karena Nadhr bin Syaibân itu layyinul hadîts (orang yang
haditsnya lemah), sebagaimana dikatakan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah
dalam kitab Taqrîb beliau rahimahullah.
Ibnu Khuzaimah rahimahullah juga telah menilai hadits ini lemah dan beliau
rahimahullah mengatakan bahwa hadits yang sah adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Hadits yang beliau rahimahullah maksudkan yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam
Bukhâri dan Muslim dan ulama hadits lainnya lewat jalur Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
غ ِّف َر لَهُ َمرا تَقَدَّ َم ِّم ْن ذَ ْن ِّب ِّه
ُ سرابًرا ْ ران ِّإي َمرانًرا َو
َ ِّاحت َ ض َ ََم ْن ق
َ رام َِ َم
“Barangsiapa yang shalat (qiyâm Ramadhân atau Tarawih) dengan dasar iman dan
mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu”.
QnA
Thanks :)