Anda di halaman 1dari 23

Muthmainnah - 111708600000

M. Anas Roiyan – 11170860000020


Afifi Rahadian Pane - 111
‫سُنة‬-َّ
Sunnah berasal dari kata َّ َ-َّ
‫يسُن‬ ‫ سَن‬yang
bermakna Perjalanan, Pekerjaan atau Cara.
Sunnah secara terminologis diartikan sebagai
segala perkataan, perbuatan serta persetujuan
Nabi Muhammad SAW.
 Muhadditsun/Ulama hadist yaitu seluruh yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan ataupun yang
sejenisnya (sifat keadaan atau himmah)
 Ushuliyyun/ ahli ushul fiqh adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad
SAW, berupa perbuatan, perkataan , dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum
 Fuqoha’/para ahli fiqh , di samping pengertian yang dikemukakan para ulama’ ushul
fiqh di atas, juga dimaksudkan sebagai salah satu hokum taqlifih, yang mengandung
pengertian”perbuataan yang apabila dikerjakan mendapat pahaladan apabila
ditinggalkan tidak medapat siksa (tidak berdosa).
 Berdasarkan sumbernya, hadits terbagi menjadi dua :
 1. Hadist Qudsi, yakni hadits yang maknanya dari Allah, lafaznya dari Nabi.

ِ‫اّلل‬
َّ ‫ل‬ ُ‫َسُو‬
َّ ‫ل ر‬َ‫َا‬
َّ ‫ ق‬:‫ل‬ َ‫َا‬
َّ ‫ ق‬،‫ه‬ُ‫َن‬‫اّللُ ع‬
َّ َ‫ِي‬َّ‫َض‬
‫ة ر‬ََ
َّ ‫َير‬
‫هر‬ ُ ‫ِي‬‫َب‬ ‫َن‬
‫َّ أ‬ ‫ع‬
َ
َّ‫َسَل‬
‫م‬ ‫ِ و‬ ََ
َّ‫لي‬
‫ه‬ ‫َلى اّلل‬
‫َُّ ع‬ ‫ص‬
‫نا‬ ََ‫َأ‬
َّ ،َ
‫و‬ ‫َ الدهر‬ َ‫ُو آ‬
َّ‫د‬
‫م‬ ‫بن‬َ ‫ِي‬ ‫بن‬َ َّ َ :ُ‫اّلل‬
‫يسُب‬ َّ َ‫َا‬
َّ
‫ل‬ ‫” ق‬
”ُ َ‫َالن‬
َّ‫ها‬
‫ر‬ ‫ُ و‬َّ‫ِي اللي‬
‫ل‬ ‫َد‬
‫ِي‬‫ ب‬،ُ‫الدهر‬
‫(رواه البخاري (وكذلك مسلم‬
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah SAW,
“Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku
adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ”
 2. Hadist Nabawi, yakni hadits yang makna dan lafaznya sepenuhnya dari Nabi.
 1. Sunnah Qouli (Perkataan)
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ه إلى‬ُ‫ت‬
َّ َُ
‫َّر‬
‫ِج‬ َ َ
‫انت‬
‫َّ ه‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫َم‬
ََّ ‫َى ف‬ َ ‫َّ ما‬
‫نو‬ ‫ِ امريء‬ َُّ
‫ل‬ ‫لك‬ِ ‫ِنما‬ ‫اتِ وإ‬ ‫َال بالن‬
َّ ‫ِي‬ ‫َا األعم‬ ‫إنم‬
‫ُها أو‬ ‫ِيب‬ ‫يص‬ُ ‫َا‬َّ‫دن‬
‫ي‬ ُ‫ل‬
ِ ُ‫ت‬
َّ
‫ه‬ َُ
‫ِجر‬‫َّ ه‬
‫انت‬َ َ
‫َّ ك‬
‫من‬َ‫ِ و‬ ِ‫َسُو‬
َّ‫ل‬
‫ه‬ ‫للاِ ور‬
َّ ‫ه إلى‬ ُ‫ت‬
َّ َُ ‫ِ فه‬
‫ِجر‬ ِ‫َسُو‬
َّ‫ل‬
‫ه‬ ‫للاِ ور‬
َّ
َّ‫َ إلي‬
ِ
‫ه‬ ََّ
‫ر‬ ‫هاج‬ َ ‫إلى ما‬ ُ‫ت‬
َّ
‫ه‬ َُ
‫ِجر‬‫ها فه‬َُ‫ِح‬ َ َّ
‫ينك‬ ‫امرأة‬

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan


mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia
atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR.
Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
 2. Sunnah Fi’liyyah (Perbuatan)
 hadits nabi untuk meneladani nabi dalam urusan shalat, Nabi saw bersabda :
 ‫َّ (رواه البخارى ومسلم عن مالك‬ ‫َل‬
‫ِي‬ ‫ُص‬
‫َّ ا‬
‫ِي‬ ‫ُم‬
‫ُون‬ ‫َيت‬
‫َأ‬ ‫َم‬
‫َا ر‬ ‫َلوا ك‬‫ص‬
 “ Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku bershalat”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim dari Malik ibn Huwairits)

 3. Sunnah Taqririyah (Ketetapan)


Diriwatkan oleh Al-Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Khalid bin Walid
memakan dhab (sejenis biawak) yang kemudian dihidangkan kepada Nabi saw, akan
tetapi Nabi enggan untuk memakannya. Lalu sebagian sahabat (Khalid) bertanya:
“Apakah kita diharamkan makan dhab, wahai Rasulullah?” Nabi saw menjawab :
‫َلل‬
َّ ََ َِ
ُ‫إن‬
‫هَّح‬ ُُ
‫لواَّف‬‫َّك‬،‫ِي‬‫َوم‬ ِ‫َر‬
‫ضَّق‬ ‫ِىَّا‬ َ ‫ه‬
‫َّليسََّف‬ ‫ََلك‬
ُ‫ِن‬ ‫َّو‬،َ‫ال‬
“Tidak, hanya saja binatang ini tidak ada di negeriku (oleh karena itu aku tidak suka
memakannya). Makanlah, sesungguhnya dia (dhab) halal”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
 1. Hadist mutawatir

 - adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang (biasanya banyak) dari awal
sampai akhir sanad.
 - orang-orang tersebut diyakini mustahil akan bersepakat untuk berbohong dalam
menriwayatkannya. Karenanya, para ulama sepakat hadis mutawatir harus
diamalkan.
 Hadist mutawatir terbagi menjadi Mutawatir Lafzhi dan Mutawatir Ma’nawi,
Mutawatir ‘Amali
 Hadist mutawatir bersifat pasti dan memiliki kesederajatan hampir sama dengan
Alquran. Keberadaan hadis mutawattir amat sedikit dibandingkan dengan hadis ahad.
1. Mutawatir Lafzhi
ِّ َّ‫ي ُمتَعَ ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْقعَدَهُ ِّم َن الن‬
 ِ‫را‬ َّ َ‫عل‬ َ َ‫َم ْن َكذ‬
َ ‫ب‬

 “Barangsiapa berbuat dusta terhadap diriku, hendaklah ia menempati neraka”.

 Dalam periwayatan hadis tersebut, muncul berbagai pendapat tentang jumlah periwayat
yang meriwayatkannya, diantaranya adalah : (a).Abu Bakar al-Sairiy menyatakan bahwa
hadis ini diriwayatkan secara marfu’ oleh 40 (empat puluh) sahabat. (b).Ibnu al-Shalkah
berpendapat bahwa hadis ini diriwayatkan oleh 62 (enam puluh dua) sahabat, dimana 10
(sepuluh) diantaranya dijamin masuk surga. (c).Ibrahim al-Harabi dan Abu Bakar al-
Bazariy mengatakan, hadis ini diriwayatkan oleh 40 (empat puluh) sahabat. (d).Abu Qasim
ibn Manduh berpendapat bahwa hadis ini diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh)
sahabat. (e).Sebagian lagi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh lebih dari 100
(seratus) bahkan 200 (duaratus) sahabat
 2. Mutawatir ma’nawi :
 “Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam
shalat istisqa, dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua
ketiaknya” (H.R. Bukhari)[2]
 Hadis-hadis yang semakna dengan hadis tersebut banyak sekali, lebih dari 100 (seratus)
hadis.

 3. Mutawatir ‘Amali
 “Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah mutawatir
dikalangan umat muslim (orang islam) bahwa Nabi SAW mengajarkannya atau
menyuruhnya atau selain itu”.
 Contoh hadis mutawatir ‘amali adalah hadits yang menjelaskan tentang shalat baik waktu
maupun rakaatnya, tentang haji, tentang zakat dan lain-lain. Semua itu bersifat terbuka
dan disaksikan oleh banyak sahabat dan kemudian diriwayatkan oleh sejumlah besar
kaum muslim dari masa ke masa.
 2. Hadis Ahad
 Adalah hadist yang belum mencapai tingkatan Mutawatir. Hadist Ahad terbagi tiga :
Masyhur, Aziz, Ghorib.
 Masyhur adalah hadist yang diriwayatkan oleh 3 orang perawi atau lebih pada setiap
thabaqah (tingkatan)
 Aziz adalah Hadist yang diriwayatkan dengan minimal 2 orang perawi
 Gharib adalah hadist yang diriwayatkan oleh 1 orang.
Dari segi kualitas
 1. Hadits Shohih
 adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perowi yang adil lagi
dhobid, tidak cacat dan tidak tercela.
 Adapun contoh hadits yang shahih adalah sebagai berikut :

‫ب ع َْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ُجبَ ْي ِر‬ ٍ ‫ش َها‬ ِ ‫ف قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا َما ِل ٌك ع َِن ا ْب ِن‬ ُ ‫ع ْب ُدهللاِ ْب ُن يُ ْو‬
َ ‫س‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬
‫ب ِبالط ْو ِر‬ ِ ‫م قَ َرأ َ ِفي ا ْل َم ْغ ِر‬.‫س ْو َل هللاِ ص‬ ُ ‫ت َر‬ َ ‫ْب ِن ُم ْط ِع ِم ع َْن أ َ ِب ْي ِه قَا َل‬
ُ ‫س ِم ْع‬
)‫“(رواه البخاري‬
 ”Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah
mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin
math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca
dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR. Bukhari, Kitab Adzan).
 Analisis terhadap hadits tersebut:
1)Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar dari gurunya.
2)Semua rawi pada hadits tersebut dhobit, adapun sifat-sifat para rawi hadits tersebut
menurut para ulama aj-jarhu wa ta’dil sebagai berikut:
a)Abdullah bin yusuf = tsiqat muttaqin.
b)Malik bin Annas = imam hafidz
c)Ibnu Syihab Aj-Juhri = Ahli fiqih dan Hafidz
d)Muhammad bin Jubair = Tsiqat.
e)Jubair bin muth’imi = Shahabat.
3)Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat serta tidak
cacat.
 Hadits Shahih Lidzatihi
 Hadits shahih lidzatihi adalah hadits yang dimana memiliki semua syarat hadits
shahih sebagaimana yang telah kita bahas diatas.
 Hadits Shahih Lighoirihi
 Hadits Shahih Lighoirihi adalah Hadits Hasan Lidzatihiyang diriwayatkan dari jalur lain
yang sama atau yang lebih kuat darinya
 Hadits Muhammad ibn ‘Amr, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 ‫لوال أن أشق على أمتي ألمرتهم برالسواك عند كل صالة‬
 Artinya: “Seandainya tidak karena akan memberatkan umatku, sungguh akan kuperintahkan mereka
bersiwak setiap kali shalat.”
 Takhrij Hadits:
 Hadits ini dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam kitab ath-Thaharah bab Maa Jaa-a fii as-Siwak no. 22.
 Al-Bukhari meriwayatkannya melalui jalur Abi az-Zinad dari al-A’raj dari Abi Hurairah.
 Ibn as-Shalah berkata: Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Alqamah termasuk orang yang masyhur karena
kejujuran dan pemeliharaan dirinya, tapi ia tidak termasuk seorang yang mutqin. Sehingga sebagian
orang mendhaifkannya, karena buruk hafalannya, sedangkan sebagian yang lain mentsiqahkannya
karena kejujuran dan keagungannya. Haditsnya dari sisi ini bernilai hasan. Ketika kemudian datang
jalan periwayatan lain, kekhawatiran kita akan hadits ini karena buruk hafalannya menjadi hilang,
dan sedikit kekurangan yang ada menjadi tidak ada lagi, sehingga sanadnya menjadi shahih, dan ia
dimasukkan ke derajat shahih.
 2. Hadits Hasan
 Adalah Hadis yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh perawi yang adil tapi kurang
kuat hafalannya, terhindar dari syadz dan ‘illah.

‫ان ا ْل َج ْونِي ع َْن أ َ ِبي بَ ْك ِر ْب ِن أ َ ِبي‬


ِ ‫ان الضبَ ِعي ع َْن أ َ ِب ْي ِع ْم َر‬ ُ ‫ ح َّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َج ْعفَ ُر ْب ُن‬
َ ‫سلَ ْي َم‬
َ ‫ ِإ َّن أ َ ْب َو‬: ‫س ْو ُل هللاِ ص م‬
‫اب ا ْل َجنَّ ِة‬ ْ ‫س ِم ْعتُ أ َ ِبي ِب َح‬
ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ض َر ِة العَ ُد ِو يَقُ ْو ُل‬ َ : ‫شعَ ِر ْي قَا َل‬ ْ َ ‫سي ْاْل‬ َ ‫ُم ْو‬
“ ‫ الحديث‬..… ‫ف‬ ِ ‫ت َ ْحتَ ِظالَ ِل السيُ ْو‬
 “Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far bin
sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku
mendengar ayahku berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda :
sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi, Bab
Abwabu Fadhailil jihadi).
 Derajat hadits tersebut adalah hasan, karena semua perawi dalam hadits tersebut tsiqoh
kecuali ja’far bin sulaiman adh-dhuba’i
 Hadits Hasan lidzatihi adalah hadits hasan itu sendiri sebagaimana yang telah kita
bahas mengenai hadits hasan.
 .Hadits Hasan Lighoirihi adalah hadits hasan lidzatihi yang dikuatkan oleh
periwayatan lain yang semisalnya atau yang lebih kuat darinya.
 Dinamakan shahih lighairihi karena keshahihannya tidak berasal dari sanad awalnya
sendiri, melainkan dari masuknya sanad lain yang menguatkannya.
 Hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (1113) dan beliau hasankan*, dari jalur
Syu’bah, dari ‘Ashim ibn ‘Ubaidillah, dari ‘Abdillah ibn ‘Amir ibn Rabi’ah, dari ayahnya,
bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah menikah dengan mahar dua buah sandal,
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘aradhiiti min nafsiki wa
maaliki bi na’lain?’ Perempuan itu menjawab, ‘na’am’ Rasulullah kemudian
menyatakan, ‘fa ajaazahu’.
 At-Tirmidzi berkata: Pada bab ini juga diriwayatkan dari ‘Umar, Abu Hurairah, Sahl ibn
Sa’id, Abi Sa’id, Anas, ‘Aisyah, Jabir dan Abi Hadrad al-Aslami.
 Ath-Thahhan berkata: ‘Ashim dhaif karena buruk hafalannya. Dan at-Tirmidzi
menghasankan hadits ini karena ia diriwayatkan juga melalui sisi yang lain
 3. Hadits Dhoif
Hadits Dhoif adalah hadits yang tidak Shohih dan tidak hasan. Ada dua penyebab
utama hadits dhoif : keterputusan sanad dan perawinya bermasalah.
Terdapat berbagai tingkatan derajat hadis lemah, mulai dari yang lemahnya ringan
hingga yang parah bahkan palsu.Ibnu Hibbantelah membagi hadits dhaif menjadi 49
(empat puluh sembilan) jenis. Di antara macam-macam tingkatan hadis yang
dikategorikan lemah, seperti :
1. Mursal: Hadis yang disebutkan olehTabi'inlangsung dari Rasulullahtanpa
menyebutkan siapashahabatyang melihat atau mendengar langsung dari Rasul.
Digolongkan sebagai hadis lemah karena dimungkinkan adanya Tabi'in lain yang
masukdalam jalur riwayatnya (namun tidak disebutkan). Jika dapat dipastikan perawi
(periwayat) yang tidak disebutkan tersebut adalah seorang shahabat maka tidak
tergolong sebagai hadis lemah.
 2. Mu'dhol: Hadis yang dalamsanadnyaada duaorang rawi atau lebih yang tidak dicantumkan secara
berurut.
 2. Munqathi(terputus): Semua hadis yang sanadnya tidak bersambung tanpa melihat letak dan
keadaan putusnya sanad. Setiap hadis Mu'dhal adalah Munqathi, namun tidak sebaliknya.
 3. Mudallas: Seseorang yang meriwayatkan darirawifulansementara hadis tersebut tidak
didengarnya langsung dari rawifulantersebut, namun ia tutupi hal ini sehingga terkesan seolah ia
mendengarnya langsung dari rawi fulan. Hadis mudallas ada dua macam, yaitu Tadlis Isnad
(menyembunyikan sanad) dan tadlis Syuyukh (menyembunyikan personal).
 4. Mu'an'an: Hadis yang dalam sanadnya menggunakan lafalfulan 'an fulan(riwayat seseorang dari
seseorang).
 5. Mudhtharib(guncang): Hadis yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan sama-sama kuat,
masing-masingnya dengan lafal yang berlainan/bertentangan (serta tidakbisa diambil jalan tengah).
 6. Syadz(ganjil): Hadis yang menyelisihi riwayatdari orang-orang yangtsiqah(terpercaya). Atau
didefinisikan sebagai hadis yang hanya diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut
kurang terpercaya jika ia bersendiri dalam meriwayatkan hadis
 7. Munkar: Hadis yang diriwayatkan oleh perawikategori lemah yang menyelisihi
periwayatan rawi-rawi yang tsiqah.
 8. Matruk: Hadis yang di dalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta.
 9. Maudhu'(Hadis palsu): Hadis yang dipalsukan atas nama Nabi, di dalam rawinya
ada rawi yang diketahui sering melakukan kedustaan dan pemalsuan.
 10. Bathil: Sejenis Hadis palsu yang (jelas-jelas) menyelisihi prinsip-prinsipsyariah.
 11. Mudraj: Perkataan yang diucapkan oleh selain Nabi yang ditulis bergandengan
dengan Hadits Nabi. Sehingga dapat dikira sebagai bagian dari hadis. Umumnya
berasal dari perawi hadisnya, baik itu sahabat ataupun yang dibawahnya, diucapkan
untuk menafsirkan, menjelaskan atau melengkapi maksud kata tertentu dalam lafal
hadis.
َ ِّ‫س ِّم ْعتَهُ ِّم ْن أَب‬
 ‫يك يَ ْذ ُك ُرهُ فِّي‬ ٍ ‫الر ْح َم ِّن فَقُ ْلتُ َحدِّثْنِّي بِّ َحدِّي‬
َ ‫ث‬ َ ‫ش ْيبَرانَ قَرا َل لَ ِّقيتُ أَبَرا‬
َ َ‫سلَ َمةَ بْن‬
َّ ‫ع ْب ِّد‬ َ ‫ع ِّن النَّض ِّْر ب ِّْن‬
َ
َ َ‫ش ْه ٌُر َكت‬
‫ب‬ َ ‫ضرانَ فَقَرا َل‬ َ ‫ش ْه َر َِ َم‬ َ ‫سلَّ َم ذَ َك َر‬
َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِّ‫َّللا‬ ُ َِ ‫ضرانَ قَرا َل نَعَ ْم َحدَّثَنِّي أَبِّي أَ َّن‬ َ ‫ش ْه ِّر َِ َم‬ َ
ُ‫سرابًرا خ ََر َج ِّم ْن ذُنُو ِّب ِّه َكيَ ْو ِّم َولَدَتْهُ أ ُّمه‬ َ ِّ‫احت‬ َ ‫سنَ ْنتُ لَ ُك ْم قِّيَرا َمهُ فَ َم ْن‬
ْ ‫صرا َمهُ َوقَرا َمهُ ِّإي َمرانًرا َو‬ ِّ ‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫صيَرا َمهُ َو‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬

 “Dari Nadhir bin Syaibân, ia mengatakan, ‘Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin
Abdurrahman rahimahullah, aku mengatakan kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits
yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu)
tentang Ramadhân.’ Ia mengatakan, ‘Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu
‘anhu) pernah menceritakan kepadaku bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menyebut bulan Ramadhân lalu bersabda, ‘Bulan yang Allâh Azza wa Jalla telah wajibkan atas
kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang
berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari
Allâh Azza wa Jalla, niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan
oleh ibunya”. [HR Ibnu Mâjah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewar jalur periwayatan
Nadhr bin Syaibân]
 Sanad hadits ini lemah, karena Nadhr bin Syaibân itu layyinul hadîts (orang yang
haditsnya lemah), sebagaimana dikatakan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah
dalam kitab Taqrîb beliau rahimahullah.
 Ibnu Khuzaimah rahimahullah juga telah menilai hadits ini lemah dan beliau
rahimahullah mengatakan bahwa hadits yang sah adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
 Hadits yang beliau rahimahullah maksudkan yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam
Bukhâri dan Muslim dan ulama hadits lainnya lewat jalur Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
 ‫غ ِّف َر لَهُ َمرا تَقَدَّ َم ِّم ْن ذَ ْن ِّب ِّه‬
ُ ‫سرابًرا‬ ْ ‫ران ِّإي َمرانًرا َو‬
َ ِّ‫احت‬ َ ‫ض‬ َ َ‫َم ْن ق‬
َ ‫رام َِ َم‬
 “Barangsiapa yang shalat (qiyâm Ramadhân atau Tarawih) dengan dasar iman dan
mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu”.
QnA
 Thanks :)

Anda mungkin juga menyukai