Anda di halaman 1dari 37

Herpes Zoster

DEFINISI Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster


yang menyerang kulit dan mukosa
Merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer

PATOGENESIS Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis
Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat
dengan daerah persarafan ganglion tersebut
Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian
motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan
motorik
Herpes Zoster
Gejala Klinis  Gejala Prodromal
 Sistemik : demam, pusing, malese
 Lokal : nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya
 Eritema
 Vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
ertematosa dan edema, berisi cairan jernih, dapat
berubah menjadi keruh (keabu-abuan)
 Pustul
 Krusta
 Pembesaran KGB regional
 Hiperestesi pada daerah yang terkena
Herpes Zoster Oftalmikus
Disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus, sehingga menimbulkan
kelainan pada mata, di samping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan
kelainan kulit pada daerah persarafannya

Sindrom Ramsay Hunt


Diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala
paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat
persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga
terdapat gangguan pengecapan

Herpes Zoster Abortif


Penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya
berupa vesikel dan eritem.
Herpes Zoster Generalisata
Kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang
menyebar secara generalisata berupa vesikel yang solitar dan ada
umbilikasi. Terutama pada orang tua atau orang dengan kondisi fisik
sangat lemah; limfoma malignum.

Neuralgia Pascaherpetik
Adanya rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih
dari sebulan setelah penyaktinya sembuh. Nyeri dapat berlangsung
sampai beberapa bulan hingga tahun, dengan gradasi nyeri yang
bervariasi. Cenderung dijumpai pada penderita H. zoster dengan usia >
40 th.
Komplikasi
 Pada penderita tanpa diserta defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi
 Penderita dengan defisiensi imunitas; HIV, keganasan, usia lanjut dapat
disertai komplikasi
 H. zoster oftalmikus : ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis,
korioretinitis, dan neuritis ooptik
 Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, akibat penjalaran virus
secara perkontinuitatum, biasa timbul dalam 2 minggu sejak awitan
munculnya lesi. Paralisis dapat terjadi di bmuka, diafragma, batang
tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, anus dan umumnya dapat sembuh
spontan.
 Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam; paru, hepar, dan otak
Herpes Zoster
Diagnosa Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat
ditemukan sel datia berinti banyak

Diagnosa
Banding  Herpes simpleks
 Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal
sering salah diagnosis dengan penyakit reumatik
maupun dengan angina pektoris jika terdapat di
daerah setinggi jantung
Pengobatan
 Terapi sistemik [simtomatik] :
• Bila nyeri : analgetik
• Infeksi sekunder : antibiotik
 Obat antiviral (u/ H. zoster oftalmikus & pasien dengan defisiensi imunitas) ;
• asiklovir (5x800mg sehari, selama 7hari),
• valasiklovir (3x1000mg sehari, dihentikan 2 hari sesudah lesi baru tidak timbul
lagi),
• famsiklovir dan pensiklovir (3x250mg sehari), diberikan 3 hari pertama sejak lesi
muncul
 Neuralgia pasca hepatik :
• pregabilin (dosis awal 2x75mg sehari, setelah 3-7hari dapat dinaikkan menjadi
2x150mg sehari, dosis maksimum 600mg sehari)
• Anti depresi trisiklik; amitriptilin (dosis awal 75mg sehari, ditinggikan sampai
timbul efek terapeutik, biasanya antara 150-300mg sehari), nortriptilin (50-150mg
sehari)
Pengobatan

 Sindrom Ramsay Hunt :


• Kortikosteroid; prednison dengan dosis 3x20mg sehari,
setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap

 Terapi topikal :
• jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan
protektif untuk hindari infeksi sekunder
• bila erosif beri kompres terbuka, bila ulserasi diberi salap
antibiotik
Prognosa
• Umumnya baik
• Pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan perawatan secara dini
Veruka
DEFINISI Hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe
tertentu

EPIDEMIOLOGI Tersebar kosmopolit, transmisi melalui kontak kulit maupun


autoinokulasi

Tergolong dalam virus papiloma (grup papova), virus DNA dengan


ETIOLOGI karakteristik replikasi terjadi intranuklear

KLASIFIKASI  Veruka vulgaris dengan varian veruka filiformis


 Veruka plana juvenilis
 Veruka plantaris
 Veruka akuminatum (kondiloma akuminatum)
Veruka Vulgari
 Terutama pada anak, dapat juga pada dewasa dan orang tua
 Predileksi terutama di ekstremitas bagian ekstensor, tapi juga dapat
menyebar ke bagian lain termasuk mukosa mulut dan hidung
 Bentuknya bulat berwarna abu-abu, lentikular atau bila berkonfluensi
berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa)
 Degnan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan
(fenomen Kobner)
 Terdapat induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak
kutil dalam jumlah banyak
 Dapat sembuh sendiri
 Varian yang terdapat di daerah muka dan kulit kepala berbentuk
sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dan
permukaannya verukosa disebut sebagai verukosa filiformis
Veruka Plana Juvenilis

 Miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata, berwarna


sama degnan warna kulit atau agak kecoklatan
 Penyebaran terutama di muka dan leher, dorsum manus
dan pedis, pergelangan tangan, serta lutut
 Juga terdapat fenomen Kobner
 Dapat sembuh spontan
 Jumlah kutil bisa sangat banyak
 Terutama pada anal dan usia muda, juga pada orang tua
Veruka Plantaris
 Terdapat di telapak kaki, terutama darah yang mengalami
tekanan
 Berupa cincin yang keras dengan tengah agak lunak,
berwarna kekuning-kuningan
 Permukaan licin karena gesekan
 Menimbulkan nyeri saat berjalan akibat penekanan massa di
daerah tengah cincin
 Bila beberapa veruka bersatu timbul gambaran seperti
mosaik
Histopatologi
Digunakan bila gambaran klinis tidak jelas, dilakukan melalui biopsi kulit,
dapat membedakan bermacam papiloma

Pengobatan
 Terapi topikal
• Bahan kaustik; larutan AgNO3 25%, asam triklorosetat 50%, fenol likuifaktum
• Bedah beku; CO2, N2, dan N2O
• Bedah skalpel
• Bedah listrik
• Bedah laser

Prognosis Sering residif meski diberi pengobatan yang adekuat


Kondiloma Akuminatum
DEFINISI Vegetasi oleh human papilloma virus tipe tertentu, bertangkai, dan
permukaannya berjonjot

EPIDEMIOLOGI Termasuk PHS, w = p, tersebar kosmopolit, dan transmisi melalui


kontak kulit langsung

Virus papilloma humanus, tergolong dalam virus papova, tipe yang


ETIOLOGI pernah ditemui 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 41, 42, 44, 51, 52, 56

KLASIFIKASI  Veruka vulgaris dengan varian veruka filiformis


 Veruka plana juvenilis
 Veruka plantaris
 Veruka akuminatum (kondiloma akuminatum)
Gejala Klinis
 Terutama di daerah lipatan yang lembab; genitalia eksterna
 Pria predileksi di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans
penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis
 Wanita predileksi di daerah vulva dan sekitarnya, introuitus vagina,
porsio uteri. Wanita yang banyak mengeluarkan flour albus atau sedang
hamil meningkatkan pertumbuhan penyakit
 Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai, berwarna kemerahan
(baru) dan agak kehitaman (lama), permukaan berjonjot (papilomatosa)
 Jika timbul infeksi sekunder : warna berubah menjadi keabu-abuan dan
berbau tidak enak
 Giant Condyloma/Buschke dilaporkan pernah menimbulkan degenerasi
maligna, sehingga harus dilakukan biopsi
Pengobatan
 Kemoterapi
• Podofilin : tingtur podofilin 25% tidak lebih dari 0,3cc tiap kali
pemberian, kulit disekitar dilindungi dengan vaselin atau pasta, setelah
4-6 jam dicuci, dapat diulangi setelah 3 hari, tidak diberikan pada wanita
hamil. Baik pada lesi baru
• Asam triklorasetat : larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan tiap
minggu, dapat diberikan pada wanita hamil
• 5-fluorourasil : konsentrasi antara 1-5% dalam krim, terutama pada lesi
di meatus uretra, setiap hari sampai lesi hilang, dianjurkan untuk tidak
miksi selama 2 jam setelah pengobatan
 Bedah listrik (elektrokauterisasi)
 Bedah beku (N2, N2O cair)
Pengobatan
 Bedah skalpel
 Laser karbondioksida, luka lebih cepat sembuh dan
meninggalkan sedikit jaringan parut
 Interferon (IM atau intralesi) atau topikal (krim), interferon
α dengan dosis 4-6mU IM, 3 kali seminggu selama 6 minggu
atau 1-5mU IM selama 6 minggu, interferon β dengan dosis
2x106 unit IM selama 10 hari berturut-turut
 Imunoterapi, digunakan pada penderita dengan lesi luas dan
resisten terhadap pengobatan
Diagnosa Banding
 Veruka vulgaris : vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu
atau sama dengan warna kulit
 Kondiloma latu : sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif, ditemukan
banyak Spirochaeta pallidum
 Karsinoma sel skuamosa : vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah
dan berbau

Prognosis
Cari faktor predisposisi; higiene, fluor albus, kelembaban, atau tidak disirkumsisi.
Sering residif, tetapi prognosis baik.
Moluskum Kontagiosum
DEFINISI Penyakit yang disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul-papul pada
permukaan terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum

EPIDEMIOLOGI Dapat menyerang anak atau dewasa (PHS), transmisi melalui


kontak kulit langsung atau otoinokulasi

GEJALA KLINIS  Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu


 Kelainan kulit : papul miliar, kadang lentikular, warna putih seperti
lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan
(delle), jika dipijat akan keluar massa berwarna putih seperti nasi
 Lokalisasi di daerah muka, badan dan ekstremitas, pada dewasa
sering di daerah pubis dan genitalia eksterna
 Bila timbul infeksi sekunder timbul supurasi
Histopatologi
Di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang
mengandung partikel virus

Pengobatan
 Prinsip : mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum, pasangan seksual
juga harus diterapi
 Cara :
• Dengan alat ekstraktor komeda, jarum suntik atau kuret
• Elektrokauterisasi
• Bedah beku dengan CO2, N2 dan sebagainya

Prognosis Bila semua lesi dihilangkan, jarang atau tidak residif


Varisela; cacar air, chicken pox
DEFINISI Infeksi akut primer oleh virus varisela zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh

EPIDEMIOLOGI Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak, juga dapat


menyerang dewasa, transmisi aerogen, masa penularan lebih
kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit

ETIOLOGI Virus varisela-zoster


Gejala Klinis
 Masa inkubasi 14-21 hari
 Gejala prodromal; demam tidak terlalu tinggi, malese, nyeri kepala
 Disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa, dan dalam
beberapa jam berubah menjadi vesikel
 Vesikelnya khas berpa tetesan embun (tear drops), vesikel akan
berubah menjadi pustul kemudian krusta, dan timbul vesikel baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorf
 Penyebaran terutama di daerah badan, menyebar secara sentrifugal
ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata,
mulut, dan saluran napas bagian atas
 Infeksi sekunder : pembesaran KGB regional
 Biasa disertai rasa gatal
Diagnosis
 Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan
hapus yang diwarnai dengan Giemsa
 Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia
berinti banyak

Diagnosis Banding
 Harus dibedakan dengan variola, penyakitnya lebih berat
dengan gambaran monomorf, dan penyebaran dimulai dari
bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki
Pengobatan

 Simtomatik dengan antipiretik dan analgesik, sedativa untuk


hilangkan rasa gatal
 Lokal : bedah dengan zat anti gatal (mentol, kamfora)
 Infeksi sekunder : antibiotika berupa salap dan oral
 Antivirus sesuai dengan pengobatan h. zoster
 Varicella zoster immunoglobuline, IM 4 hari setelah terpajan
Pengobatan
 Vaksinasi varisela :
• Diberikan pada usia 12 bulan atau lebih, vaksinasi ulangan dapat
diberikan 4-6 tahun, subkutan 0,5ml
• pada usia 12 bulan sampai 12 tahun. Usia > 12 tahun juga diberikan
0,5ml, setelah 4-8 minggu diulang dengan dosis yang sama

Prognosis
Dengan perawatan teliti dan perhatikan higiene memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit
Variola; cacar, small pox
DEFINISI Penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dapat
menyebabkan kematian, efloresensinya bersifat monomorf
terutama terdapat di perifer tubuh

EPIDEMIOLOGI Tersebar kosmopolit, tetapi pada daerah tertentu memberi


insidensi tinggi; Amerika Tengah dan Selatan, Hindia Barat, dan
Timur Jauh. Dengan vaksinasi yang teratur dan teroganisasi baik,
insidens akan jauh menuruh; Indonesia.

Virus poks (pox virus variolae), tipe variola mayor dan variola minor
ETIOLOGI (alastrim)
Patogenesis
 Transmisinya secara aerogen, banyak terdapat di saluran
napas bagian atas dan juga terdapat/terbawa dipakaian
penderita
 Setelah masuk ke dalam tubuh, virus bermultiplikasi dalam
sistem retikuloendotelial, kemudian terjadi viremia dan
melepaskan diri melalui kapiler dermis menuju sel
epidermis (epidermotropik) dan membentuk badan inklusi
intra sitoplasma yang terletak di inti sel (badan Guarneri)
 Mortalitas 1-50%
Gejala Klinis (inkubasi 2-3 minggu)
 Stadium inkubasi erupsi (prodromal)
nyeri kepala, nyeri tulang dan sendi disertai demam tinggi, menggigil, lemas, dan muntah-
muntah, berlangsung 3-4hari
 Stadium makulo-papular
timbul makula-makula eritematosa yang cepat menjadi papul, terutama di muka dan
ekstremitas, termasuk telapak tangan dan telapak kaki, suhu tubuh normal kembali, penderita
merasa sehat kembali, tidak timbul lesi baru
 Stadium vesikulo-pustulosa
dalam 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang kemudian menjadi pustul-pustul, suhu tubuh kembali
meningkat, timbul umbilikasi
 Stadium resolusi
berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul krusta-krusta dan suhu tubuh mulai menurun. Krusta
terlepas, meninggalkan sikatriks yang atrofi, kadang dapat timbul perdarahan yang disebabkan
depresi hematopoetik (black variola)
Variola minor (alastrim)
Masa inkubasi lebih singkat, dan gejala prodromal tampak
ringan, sedangkan jumlah lesi yang timbul tidak banyak.
Mortalitas < 1 %

Variolid
Timbul pada individu yang sudah mendapat vaksinasi, gejala
prodromal sedikit sekali atau tidak ada begitu pula gejala kulit.
Biasanya lesi di dahi, lengat atas, dan tangan, demam kedua
seperti pada stadium vesikulo-pustulosa tidak dijumpai
Diagnosis
Inokulasi pada korioalantoik, pemeriksaan virus dengan mikroskop elektron, deteksi
antigen virus pada agar-sel, juga pemeriksaan histopatologik dan tes serologik (tes
ikatan komplemen)

Komplikasi BP, infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo, dsb), ulkus kornea,
ensefalitis, efluvium, dan telogen dalam waktu 3-4 bulan

Profilaksis
Vaksinasi dengan virus vaksinia, dengan metode multiple puncture
KI : atopi, penderita yang sedang mendapat kortikosteroid dan dengan defisiensi
imunologik
Pengobatan
 Penderita harus dikarantina
 Sistemik :
• Antiviral; asiklovir atau valasiklovir misalnya isoprinosin
• Interferon
• Globulin gama
 Simtomatik
• Analgetik/antipiretik
 Awasi timbulnya infeksi sekunder maupun infeksi nosokomial, serta cairan tubuh dan
elektrolit
 Jika masih terdapat lesi di mulut, beri makanan lunak
 Topikal (sebagai penunjang); kompres dengan antiseptik atau salap antibiotik

Bergantung pada penatalaksanaan pertama dan fasilitas perawatan


yang tersedia, mortalitas 1-50%, jaringan parut yang timbul dapat
Prognosis diperbaiki dengan tindakan dermabrasi atau pemberian collagen
implant

Anda mungkin juga menyukai