PATOGENESIS Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis
Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat
dengan daerah persarafan ganglion tersebut
Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian
motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan
motorik
Herpes Zoster
Gejala Klinis Gejala Prodromal
Sistemik : demam, pusing, malese
Lokal : nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya
Eritema
Vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit
ertematosa dan edema, berisi cairan jernih, dapat
berubah menjadi keruh (keabu-abuan)
Pustul
Krusta
Pembesaran KGB regional
Hiperestesi pada daerah yang terkena
Herpes Zoster Oftalmikus
Disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus, sehingga menimbulkan
kelainan pada mata, di samping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan
kelainan kulit pada daerah persarafannya
Neuralgia Pascaherpetik
Adanya rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih
dari sebulan setelah penyaktinya sembuh. Nyeri dapat berlangsung
sampai beberapa bulan hingga tahun, dengan gradasi nyeri yang
bervariasi. Cenderung dijumpai pada penderita H. zoster dengan usia >
40 th.
Komplikasi
Pada penderita tanpa diserta defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi
Penderita dengan defisiensi imunitas; HIV, keganasan, usia lanjut dapat
disertai komplikasi
H. zoster oftalmikus : ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis,
korioretinitis, dan neuritis ooptik
Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, akibat penjalaran virus
secara perkontinuitatum, biasa timbul dalam 2 minggu sejak awitan
munculnya lesi. Paralisis dapat terjadi di bmuka, diafragma, batang
tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, anus dan umumnya dapat sembuh
spontan.
Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam; paru, hepar, dan otak
Herpes Zoster
Diagnosa Pada pemeriksaan percobaan Tzanck dapat
ditemukan sel datia berinti banyak
Diagnosa
Banding Herpes simpleks
Pada nyeri yang merupakan gejala prodromal lokal
sering salah diagnosis dengan penyakit reumatik
maupun dengan angina pektoris jika terdapat di
daerah setinggi jantung
Pengobatan
Terapi sistemik [simtomatik] :
• Bila nyeri : analgetik
• Infeksi sekunder : antibiotik
Obat antiviral (u/ H. zoster oftalmikus & pasien dengan defisiensi imunitas) ;
• asiklovir (5x800mg sehari, selama 7hari),
• valasiklovir (3x1000mg sehari, dihentikan 2 hari sesudah lesi baru tidak timbul
lagi),
• famsiklovir dan pensiklovir (3x250mg sehari), diberikan 3 hari pertama sejak lesi
muncul
Neuralgia pasca hepatik :
• pregabilin (dosis awal 2x75mg sehari, setelah 3-7hari dapat dinaikkan menjadi
2x150mg sehari, dosis maksimum 600mg sehari)
• Anti depresi trisiklik; amitriptilin (dosis awal 75mg sehari, ditinggikan sampai
timbul efek terapeutik, biasanya antara 150-300mg sehari), nortriptilin (50-150mg
sehari)
Pengobatan
Terapi topikal :
• jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan
protektif untuk hindari infeksi sekunder
• bila erosif beri kompres terbuka, bila ulserasi diberi salap
antibiotik
Prognosa
• Umumnya baik
• Pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan perawatan secara dini
Veruka
DEFINISI Hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe
tertentu
Pengobatan
Terapi topikal
• Bahan kaustik; larutan AgNO3 25%, asam triklorosetat 50%, fenol likuifaktum
• Bedah beku; CO2, N2, dan N2O
• Bedah skalpel
• Bedah listrik
• Bedah laser
Prognosis
Cari faktor predisposisi; higiene, fluor albus, kelembaban, atau tidak disirkumsisi.
Sering residif, tetapi prognosis baik.
Moluskum Kontagiosum
DEFINISI Penyakit yang disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul-papul pada
permukaan terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum
Pengobatan
Prinsip : mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum, pasangan seksual
juga harus diterapi
Cara :
• Dengan alat ekstraktor komeda, jarum suntik atau kuret
• Elektrokauterisasi
• Bedah beku dengan CO2, N2 dan sebagainya
Diagnosis Banding
Harus dibedakan dengan variola, penyakitnya lebih berat
dengan gambaran monomorf, dan penyebaran dimulai dari
bagian akral tubuh, yakni telapak tangan dan telapak kaki
Pengobatan
Prognosis
Dengan perawatan teliti dan perhatikan higiene memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit
Variola; cacar, small pox
DEFINISI Penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dapat
menyebabkan kematian, efloresensinya bersifat monomorf
terutama terdapat di perifer tubuh
Virus poks (pox virus variolae), tipe variola mayor dan variola minor
ETIOLOGI (alastrim)
Patogenesis
Transmisinya secara aerogen, banyak terdapat di saluran
napas bagian atas dan juga terdapat/terbawa dipakaian
penderita
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus bermultiplikasi dalam
sistem retikuloendotelial, kemudian terjadi viremia dan
melepaskan diri melalui kapiler dermis menuju sel
epidermis (epidermotropik) dan membentuk badan inklusi
intra sitoplasma yang terletak di inti sel (badan Guarneri)
Mortalitas 1-50%
Gejala Klinis (inkubasi 2-3 minggu)
Stadium inkubasi erupsi (prodromal)
nyeri kepala, nyeri tulang dan sendi disertai demam tinggi, menggigil, lemas, dan muntah-
muntah, berlangsung 3-4hari
Stadium makulo-papular
timbul makula-makula eritematosa yang cepat menjadi papul, terutama di muka dan
ekstremitas, termasuk telapak tangan dan telapak kaki, suhu tubuh normal kembali, penderita
merasa sehat kembali, tidak timbul lesi baru
Stadium vesikulo-pustulosa
dalam 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang kemudian menjadi pustul-pustul, suhu tubuh kembali
meningkat, timbul umbilikasi
Stadium resolusi
berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul krusta-krusta dan suhu tubuh mulai menurun. Krusta
terlepas, meninggalkan sikatriks yang atrofi, kadang dapat timbul perdarahan yang disebabkan
depresi hematopoetik (black variola)
Variola minor (alastrim)
Masa inkubasi lebih singkat, dan gejala prodromal tampak
ringan, sedangkan jumlah lesi yang timbul tidak banyak.
Mortalitas < 1 %
Variolid
Timbul pada individu yang sudah mendapat vaksinasi, gejala
prodromal sedikit sekali atau tidak ada begitu pula gejala kulit.
Biasanya lesi di dahi, lengat atas, dan tangan, demam kedua
seperti pada stadium vesikulo-pustulosa tidak dijumpai
Diagnosis
Inokulasi pada korioalantoik, pemeriksaan virus dengan mikroskop elektron, deteksi
antigen virus pada agar-sel, juga pemeriksaan histopatologik dan tes serologik (tes
ikatan komplemen)
Komplikasi BP, infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo, dsb), ulkus kornea,
ensefalitis, efluvium, dan telogen dalam waktu 3-4 bulan
Profilaksis
Vaksinasi dengan virus vaksinia, dengan metode multiple puncture
KI : atopi, penderita yang sedang mendapat kortikosteroid dan dengan defisiensi
imunologik
Pengobatan
Penderita harus dikarantina
Sistemik :
• Antiviral; asiklovir atau valasiklovir misalnya isoprinosin
• Interferon
• Globulin gama
Simtomatik
• Analgetik/antipiretik
Awasi timbulnya infeksi sekunder maupun infeksi nosokomial, serta cairan tubuh dan
elektrolit
Jika masih terdapat lesi di mulut, beri makanan lunak
Topikal (sebagai penunjang); kompres dengan antiseptik atau salap antibiotik