Anda di halaman 1dari 55

Trauma Oculi Non

Perforans
Pembimbing :
dr. Elfina G. Sadono, Sp.M (K)

Nama anggota kelompok :

Imam Faiq HR
Fahimma
Muhammad Endi Raharsadi
Identitas Pasien
 Nama : Tn. M
 No. Register : 1108xxx
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Umur : 40 tahun
 Alamat : Lowokwaru, Malang
 Pekerjaan : Swasta
 Tanggal Ke RS : 12 Januari 2015
Anamnesa
 Keluhan Utama : Mata kanan merah

 Anamnesa (Auto) :
Pasien mengeluh mata kanan merah ± 1 minggu yang lalu.
Pasien mengatakan mata merah muncul setelah terkena debu
saat pasien sedang dijalan naik motor. Tidak ada faktor yang
memperburuk atau memperingan gejala tersebut. Mata merah
disertai mata bengkak +, merah +, nrocoh +, agak kabur +,
mengganjal +, silau -, nyeri +.

 Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien beberapa kali mengalami keluhan serupa dan membaik
setelah berobat ke Poli mata RSSA.
Anamnesa
 Riwayat Pengobatan : Pasien sudah mencoba
menetesi dengan tobro, yang didapat dengan cara
beli sendiri, namun keluhan tidak membaik.
 Riwayat Penyakit Sistemik: DM (-), HT (-)

 Riwayat Trauma : (+)

 Riwayat Kaca mata : (-)

 Riwayat Alergi : (-)

 Riwayat Keluarga : (-)

 Riwayat Sosial : Pasien bekerja sebagai swasta,


alkohol (-), rokok (+)
OD OS
5/30 Visus 5/66
Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Gerak Bola Mata

Spasme (+), edema (+) Palpebra Spasme (-), edema (-)

CI (+) , PCI (+), sekret (-), Konjuntiva CI (-) , PCI (-), jaringan
jaringan fibrovascular fibrovascular @ nasal
@temporal
Makula kornea + 3 buah Kornea Makula kornea 2 buah
Corpal debu @ sentral
Dalam COA Dalam

Radline Iris Radline

Round, Reflek pupil (+), Pupil Round, Reflek pupil (+)


ø=3mm ,ø=3mm

Jernih Lensa Jernih

n/p TIO n/p


Diagnosis Kerja
OD Trauma Oculi Non Perforans ec.
Corpus Alienum + Pterygium Gr II
Temporal + Makula Kornea

OS Makula Kornea + Pterygium Gr I Nasal


Differential Diagnosis
 Trauma Oculi Perforans
 Glaukoma akut
 Keratokonjunctivitis
 Pseudopterygium
 Pinguekula
Penatalaksanaan
 OD Ekstraksi corpus alienum
 Tobro ed 6x1 OD
 Repithel 6x1
 Kontrol 1 minggu lagi
KIE
Menjelaskan penyakit dan keadaan pasien

Menjelaskan kemungkinan mata merah atau perdarahan

Menjelaskan bahwa pasien dapat rawat jalan setelah tindakan ekstraksi

Memberitahu agar menjaga higienitas dan menghindari menggosok mata

Menjelaskan terapi pasien dan tujuan terapi

Menjelaskan komplikasi pada pasien ini


PROGNOSIS
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia et bonam
• Ad kosmetika : dubia et bonam
• Ad sanam : dubia et bonam
THANKYOU
TRAUMA OKULI
PATOGENESIS
Di mana dinding mata (sklera dan kornea) tidak
MEKANISME memiliki cedera pada keseluruhan dindingnya
tetapi ada kerusakan intraokuler.

American Ocular Trauma Society

TRAUMA PERFORANS
Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea,
TIPE TRAUMA
sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh
kornea hingga masuk lebih dalam lagi.
TRAUMA NON
PERFORANS

Birmingham Eye Trauma Terminology


PATOGENESIS

American Ocular Trauma Society


PATOGENESIS

Birmingham Eye Trauma Terminology


PATOGENESIS

Birmingham Eye Trauma


Terminology

Kontusio : Mengarah pada trauma non-perforans yang diakibatkan


dari trauma benda tumpul. Kerusakan mungkin terjadi pada tempat
trauma atau tempat yang jauh.

Laserasi lamellar : Mengarah pada trauma non-perforans yang


mengenai hingga sebagian ketebalan dinding mata yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul
Trauma Mata
 rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita
karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat
ataupun lambat

 mengenai jaringan mata : kelopak, konjunctiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil
saraf optik dan orbita.

 merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda

 Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera yang berhubungan dengan


olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan yang paling sering
menyebakan trauma

 memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih
berat yang akan mengakibatkan kebutaan

 jarang mengancam nyawa dan penanganan haruslah diprioritaskan ke trauma lain


yang lebih mengancam nyawa
Anamnesis

 Terjadi penurunan visus ?

 Onset dari penurunan visus  apakah terjadi secara progresif


atau terjadi secara tiba-tiba.

 Harus dicurigai adanya benda asing apabila ada riwayat


pemakaian palu, pahat, ataupun ledakan

 Gambaran umum trauma  Nyeri, lakrimasi, dan pandangan


kabur

 Riwayat penyakit sistemik, pengambilan obat-obatan, riwayat


alergi, suntikan imunisasi tetanus dan pengambilan oral terakhir
perlu ditanyakan sebagai kemungkinan persediaan operasi
Pemeriksaan fisis

 pemeriksaan visus, reaksi pupil, lapangan pandang,


pergerakan otot-otot ekstraokular, tekanan
intraokular, pemeriksaan slit lamp, funduskopi

 Pemeriksaan tulang-tulang orbita terhadap


kemungkinan terjadinya fraktur harus dilakukan.

 Pemeriksaan mata yang mengalami trauma harus


diperiksa dengan sistematis dan hati-hati agar
penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan
mengurangi trauma yang lebih lanjut
Imaging
Foto polos Ultrasonografi CT-scan MRI

• kurang • membantu • metode • sangat


membantu dalam melihat pencitraan membantu
dalam ada tidaknya paling sensitif dalam
menentukan benda asing di untuk mengidentifikasi
kelainan dalam bola mata mendeteksi jaringan lunak
berbanding CT- dan menentukan ruptur yang bola mata dan
scan. lokasi ruptur tersembunyi, orbita
hal-hal yang
• Antaranya foto terkait dengan
polos 3 posisi, kerusakan saraf
proyeksi optic, adanya
Water’s, posisi benda asing
Caldwelldan serta
proyeksi lateral. menampilkan
Posisi-posisi ini anatomi dari
berfungsi untuk bola mata dan
melihat dasar orbita
orbita, atap
orbita dan sinus
paranasalis
Penatalaksanaan

Empat tujuan utama


 1) Memperbaiki penglihatan,
 2) Mencegah terjadinya infeksi
 3) Mempertahankan arsitektur mata
 4) Mencegah sekuele jangka panjang.

Benda Asing

•telah diidentifikasi , diketahui lokasinya  dikeluarkan


•terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
•di dalam kamera anterior  secara parasentesis (bukan
tepat di depan celah luka),dengan sudut 90-180º
•di segmen posterior  tindakan vitrektomi kecuali bila
kerusakannya minimal.
•menggunakan magnet intraokular dan forsep
Preoperative
 Walaupun tidak ada data manapun yang menuliskan
kerugian dari menunda perbaikan dari bola mata,
intervensi idealnya secepat mungkin

Perbaikan dapat memperkecil banyaknya komplikasi


sperti:
 Rasa Nyeri
 Proliferasi mikroba yang diproyeksikan ke dalam bola
mata
 Perdarahan Suprachoroidal
 Kontaminasi mikroba
 Migrasi epithelium luka
 Inflamasi intraocular
Non Bedah

 Beberapa luka tembus minimal  dapat


menutup sebelum pemeriksaan ophthalmic,
dengan tidak ada kerusakan intraocular,
prolaps, atau menempelnya benda asing

 memerlukan  terapi sistemik atau terapi


antibiotk topikal dengan penutupan bola
mata
Bedah

Penatalaksanaan laserasi tipe corneoscleral


dengan prolaps uveal

 Biasanya memerlukan tindakan khusus

 Tujuan awal  memugar kembali integritas


bola mata

 Tujuan kedua  memulihkan visus melalui


perbaikan kerusakan eksternal dan internal
pada mata
Post operasi

 Terapi diarahkan pada pencegahan infeksi, supresi inflamasi,


control IOP, dan meringankan rasa sakit.

 Antibiotik intravena  3-5 hari post operasi


 Antibiotic topical  sekitar 7 hari post operasi.
 Topikal kortikosteroid dan cyclopegics  tergantung pada
derajat tingkat inflamasi.

 Trauma pada mata meningkatkan resiko retainal detachment


 Jika saat funduskopi  ada masa atau gambaran opasitas yang
cukup menghalangi pemeriksaan fundus, evaluasi reflek defek
aferen pupilary dan pemeriksaan B-scan ultrasonography sangat
menolong dalam memonitoring status retina
Komplikasi

Setelah terjadi ruptur dari bola mata  endoftalmitis


dan infeksi struktur mata terjadi dalam hitungan jam
hingga minggu.
Oftalmia simpatetik
• Penyakit inflamasi yang bisa terjadi pada mata yang tidak
mengalami trauma beberapa bulan setelah trauma.
• Diduga suatu suatu respon imun terhadap jaringan uvea yang
terpapar dengan trauma.
• Gejala seperti nyeri, penurunan visus dan fotofobia bisa berkurang
apabila dilakukan enukleasi pada mata yang mengalami trauma

Hematoma palpebra
• merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit
kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
• Sering terlihat pada trauma tumpul okuli.
• Kompres dingin untuk menghentikan perdarahan.
• Kompres hangat pada palpebra untuk memudahkan absorpsi
darah
Konjungtiva
Edema konjungtiva
• menjadi kemotik (edema) pada setiap kelainan
termasuk akibat trauma tumpul

Perdarahan subkonjungtiva
• akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat
dibawah konjungtiva (seperti arteri konjungtiva dan
arteri episklera)

• akibat dari batuk rejan, trauma tumpul atau pada


keadaan pembuluh darah yang mudah pecah
Kornea
Edema kornea
Keluhan berupa penglihatan kabur
• Terlihat keruh.
• Yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel
radang dan neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma
kornea

Erosi kornea
•Terkelupasnya epitel kornea
•Dapat terjadi tanpa defek pada membran basalis
•Gejala  sakit sekali akibat erosi merusak kornea, fotofobia dan
penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.
•Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila
diberi fuorosein akan berwarna hijau
•Erosi yang kecil  tertutup kembali setelah 48 jam.
•Erosi rekuren  akibat cedera yang merusak membran basal
Bilik Mata Depan

Hifema

 Bentukan darah yang berada di bilik mata depan (camera oculi


anterior/COA)

 Robek pembuluh darah iris atau badan siliar

 Sering terjadi bersamaan dengan tanda kontusio pada struktur lain bola
mata (abrasi kornea, rupture sfingter pupil, iridodialisis, katarak
traumatic, atau glaucoma sekunder)

 Menutupi tanda-tanda cedera segmen posterior bola mata

 Mengeluh sakit disertai epifora, blefarospasme dan penglihatan pasien


akan sangat menurun

 Komplikasi  Glaukoma akut


Hifema dibagi

1. Grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli Anterior)


2. Grade II: menutupi 1/3-1/2 COA
3. Grade III: menutupi 1/2-3/4 COA
4. Grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA

Iris

Iridoplegia

 Kelumpuhan otot sfingter pupil


 Diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga
menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis
Iridodialisis dan Angle Recession

 Iridodialisis  lepasnya stroma iris perifer atau akar iris


dari sudut

 Angle recession  lepasnya otot longitudinal dan otot


sirkuler dari badan silier dan pelebaran sudut seringkali
menghasilkan lepasnya badan silier dari sclera

 Terjadi karena tekanan dinamik atau tekanan static yang


tinggi

 Jika tidak ditangani komplikasi ini akan berakhir pada


glaucoma traumatika
Lensa

 Terdislokasi ke posterior atau anterior

 Dislokasi posterior lebih sering terjadi karena


adanya iris yang menghalangi subluksasi
anterior lensa

posterior  lensa berada pada


 Subluksasi
bagian humor vitreus

 Diagnosis  pemeriksaan klinis dan


pemeriksaan oftalmologis
Ocular detachment

 Tiga lapisan bola mata dapat terpisah sehingga membentuk ruang


Retina Koroid

•Lapisan retina melekat  margin •Lapisan tengah dari bola mata


anterior pada ora serata , bagian
posterior melekat pada optic disc, •Terbentang dari papil saraf optic
sedangkan sisanya hanya melekat sampai ora serrata dan melekat pada
lemah pada koroid sclera melalui arteri dan vena yang
memvaskularisasi lapisan ini
•Retinal detachment terjadi ketika
retina terpisah dari koroid. •Choroidal detachment  akumulasi
cairan pada ruang potensial
•Penyebab retinal detachment  suprakoroid antara sclera dan koroid
proses inflamasi dan keganasan
•Hipotoni okuli  proses inflamasi,
•Terjadi sekunder karena trauma, perforasi maupun karena tindakan
terutama jika terdapat robekan pada pembedahan.
retina sehingga menyebabkan cairan
vitreus masuk kedalam ruang
subretina
Traumatic Optic Neuropathy (TON)

 Cedera saraf optic terjadi akibat trauma kepala atau trauma okuli langsung
maupun tidak langsung

 Terjadi robekan, thrombosis atau penekanan pada saraf optic atau pembuluh
darahnya

 Kondisi serius yang mengancam penglihatan

 Jenisnya terbagi menjadi direk dan indirek

 Direct TON  hilangnya penglihatan yang parah dengan kemungkinan recovery


yang kecil

 Indirect TON  energy akselerasi terusan atau deselerasi terusan dari trauma
tumpul

 Hilangnya penglihatan bervariasi mulai dari ringan sampai buta total


Prognosis

 Dapat sembuh dengan baik setelah trauma


minor

 Trauma tembus mata seringkali dikaitkan


dengan kerusakan penglihatan berat dan
mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif

 Trauma tumpul  kehilangan penglihatan yang
tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina
pada fovea. Penglihatan juga dapat terganggu
jika koroid pada makula rusak
PTERYGIUM
Definisi

Pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat :
degeneratif dan invasif
seperti daging, berbentuk
segitiga
Tumbuh dari temporal/nasal
konjungtiva  kornea pada
arah intrapalpebra (Albert,
2000)
Etiologi dan Patogenesis
Pengeringan lokal dari kornea & sinar
konjungtiva ultraviolet
pertumbuhan fibroplastik baru

Sel-sel bermigrasi &


angiogenesis.
terjadi perubahan degenerasi kolagen dan pengeringa
terlihat jaringan subepitelial fibrovaskular n
proliferasi jaringan vaskular bawah epithelium
dan kemudian menembus kornea

defisiensi limbal stem cell, terjadi pembentukan


jaringan konjungtiva pada permukaan kornea
lingkunga
PTEYGIUM n
(Vaughan et al., 2009) berangin
Faktor Risiko
• Radiasi ultraviolet
• Faktor Genetik

• Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau


perifer kornea
• Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan
partikel tertentu

• Dry eye
• Virus papilloma (Dewi, 2007).
Klasifikasi Pterigium
 Youngson Criteria
I : kepala jaringan pterygium pada limbus
II : kepala jaringan pterygium di kornea diantara
limbus dan pertengahan jarak limbus ke tepi pupil
III: kepala jaringan pterygium berada diantara
pertengahan jarak limbus ke tepi pupil ke tepi pupil
IV: kepala jaringan pterygium telah melewati pupil
Diagnosis

Gejala
Pem. 1. Gejala Klinis
Klinis • Anamnesis
Fisik
2. Pemeriksaan Fisik
Pem. • Uji ketajaman visual
• Slitlamp
Penunjang • Tes sonde
3. Pemeriksaan Penunjang
• Topografi kornea
• Eksternal topografi

PTERYGIUM
Diagnosis

Gejala Klinis

Asimptomatik

Mata merah

Mata berair

Visus menurun (perlahan)

Astigmatisme
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

A : Cap
B :Whitish
C : Badan
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Derajat Pterygium Derajat I
(Youngson)
Derajat II

Derajat III

Derajat IV
Diagnosis Banding
• Pseudopterygium
• Neoplasia (Ca. In situ, Ca.
Cell squamosa)

• Pingueculae
• Pannus
Tatalaksana

Konservatif
• Kortikosteroid
• Artificial tears
• Vasokonstriktor

Pembedahan
• Eksisi pterigium : 1. Bare Sclera
2. Autograft Konjungtiva
3. Cangkok Membran Amnion
Komplikasi dan Prognosa
1. Komplikasi pterygium :
 Mata merah,
 Iritasi Ad vitam:
 skar kronis pada konjungtiva dan kornea bonam
 distorsi dan penglihatan sentral berkurang
 skar pada otot rektus medial  diplopia (Jerome,
2009).
Ad
2. Komplikasi sewaktu operasi : sanam:
 perforasi korneosklera bonam
 graft oedem, hemorrhage, retraksi
 jahitan longgar
 korneoskleral dellen
 granuloma konjungtiva Ad
Ad kosmetik
 epithelial inclusion cysts fungsiona a:
 skar konjungtiva, kornea m:bonam
 Astigmatisma bonam
 disinsersi otot rektus
 rekuren pterygium post operasi (Jerome, 2009).
Indikasi Operasi
 Menurut Guilermo Polo:
1. Progresgif, resiko rekurensi yang lebih
luas
2. Mengganggu visus
3. Mengganggu pergerakan bola mata
4. Masalah kosmetik
Diagnosis Banding Pterygium
 Pseudopterygium  Pinguecula

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Malaria
    Referat Malaria
    Dokumen42 halaman
    Referat Malaria
    Arsyil Ardiman Mirwan
    Belum ada peringkat
  • Otosklerosis
    Otosklerosis
    Dokumen29 halaman
    Otosklerosis
    Arsyil Ardiman Mirwan
    Belum ada peringkat
  • Pessarium
    Pessarium
    Dokumen37 halaman
    Pessarium
    Arsyil Ardiman Mirwan
    Belum ada peringkat
  • Pemfis Mata
    Pemfis Mata
    Dokumen83 halaman
    Pemfis Mata
    Arsyil Ardiman Mirwan
    Belum ada peringkat
  • Oftalmologi Sosial
    Oftalmologi Sosial
    Dokumen30 halaman
    Oftalmologi Sosial
    Arsyil Ardiman Mirwan
    Belum ada peringkat
  • Histologi Telinga
    Histologi Telinga
    Dokumen26 halaman
    Histologi Telinga
    Arsyil Ardiman Mirwan
    Belum ada peringkat