Anda di halaman 1dari 36

INTRAOPERATIVE, POSTOPERATIVE

COMPLICATIONS AND VISUAL


OUTCOME IN CASES OF POST
UVEITIC CATARACTS
LATAR BELAKANG

 Katarak komplikata merupakan jenis katarak yang terjadi karena


gangguan nutrisi pada lensa akibat dari penyakit inflamasi atau
penyakit degeneratif pada bagian mata yang lain.
 Operasi katarak pada pasien dengan uveitis lebih kompleks daripada
ekstraksi katarak senilis karena melibatkan banyak pertimbangan,
misalnya penyebab uveitis; perbaikan tajam penglihatan / visus
setelah operasi; waktu dan teknik operasi yang tepat; jenis dan bahan
lensa intraokular yang digunakan.
 Indikasi operasi katarak post-uveitik adalah untuk meningkatkan visus,
meningkatkan kemampuan visualisasi segmen posterior, pengangkatan
protein yang keluar dari lensa dan pasien dengan uveitis phacogenic.
 Operasi katarak dengan implantasi PCIOL telah ditetapkan sebagai
pengobatan yang aman pada kasus katarak.
TUJUAN

 Untuk menilai komplikasi intraoperatif dan pasca-operatif yang dapat


terjadi akibat operasi katarak post-uveitik.
 Untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi visus / tajam
penglihatan setelah operasi katarak post-uveitik.
BAHAN DAN METODE

 Penelitian ini dilakukan di Departemen Oftalmologi Rumah Sakit


Umum Pemerintah Egmore, Chennai, dalam periode Agustus 2005
sampai Oktober 2007
 60 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria
inklusi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
KRITERIA INKLUSI

 Pasien katarak dengan riwayat uveitis (katarak post-uveitik)


 Mata tidak mengalami peradangan selama minimal 3 bulan terakhir
KRITERIA EKSKLUSI

 Pasien katarak yang tidak disertai dengan riwayat uveitis.


 Pasien dengan keadaan patologis pada segmen posterior berdasarkan
B scan
PEMERIKSAAN OKULAR

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan slit lamp,


pemeriksaan fundus dengan ophthalmoscopy, pemeriksaan visus /
tajaman penglihatan, pemeriksaan penglihatan warna, pengukuran TIO /
IOP dan B scan.
INVESTIGASI

 Pemeriksaan darah rutin (leukosit, LED)


 Pemeriksaan foto thoraks
 Pemeriksaan kadar gula darah
 Untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang dapat terkait, pendapat
dari departemen lain seperti reumatologi, ginekologi, gigi dan
dermatologi juga diperoleh.
PENGOBATAN PREOPERATIF

 Semua pasien diberikan steroid dan antibiotik topikal 1 minggu


sebelum dilakukan operasi
 Midriatil kuat seperti salep mata atropin 1% atau homatropine 2% eye
droops digunakan untuk dilatasi pupil penuh
OPERASI

 Blok peribulbar (anestesi lokal peribulbar) diberikan kepada orang


dewasa, anestesi umum untuk anak-anak.
 Dari 60 pasien yang menjadi sampel penelitian, 52 pasien dioperasi
dengan teknik SICS dan implantasi PCIOL, 6 pasien dioperasi dengan
teknik ECCE dan implantasi PCIOL, 2 pasien dioperasi dengan teknik
fakoemulsifikasi dan implantasi PCIOL.
 Dibuat flap pada konjungtiva bulbi, kapsul tenon kemudian
dilepaskan, kauter bipolar digunakan untuk menangani perdarahan
yang terjadi.
 Insisi pada limbus atau sklera digunakan sebagai jalur masuk ke ruang
okuli anterior (anterior chamber). Viskoelastik digunakan untuk
mempertahankan ruang okuli anterior (anterior chamber).
 Capsulotomi dilakukan oleh continuous curvilinear capsulorhexis.
Nukleus dan korteks seluruhnya kemudian dikeluarkan. Setelah
nukleus dan korteks dikeluaran, PCIOL kemudian dimasukkan /
ditanamkan. Untuk teknik operasi ECCE, luka pada limbus ditutup
dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang 10-0 ethicon.
Injeksi 0,5 ml betametason subkonjungtiva diberikan kepada semua
pasien.
PERAWATAN PASCA OPERATIF

 Semua pasien diberi steroid dan antibiotik topikal yang diberikan


sebanyak 5 kali dalam sehari. Selain itu, pasien yang mengalami
anterior chamber reaction diberikan injeksi steroid periokular.
FOLLOW UP

 Pemeriksaan slit lamp dilakukan kepada semua pasien setiap hari dalam 3
hari pertama setelah operasi, kemudian dilanjutkan setiap minggu selama 4
minggu setelah operasi. Selama follow up, diamati perbaikan visus / tajam
penglihatan, terjadinya anterior chamber reaction, posisi IOL dan gambaran
fundus okuli setelah operasi.
HASIL
DISKUSI

 Sebanyak 60 pasien dijadikan sebagai sampel penelitian. Kasus


katarak yang disertai dengan riwayat uveitis (katarak post-uveitik)
ditemukan lebih banyak pada laki-laki. Kelompok usia yang paling
banyak mengalami katarak post-uveitik adalah kelompok usia 20 – 60
tahun. 52 pasien dioperasi dengan teknik SICS, 6 pasien dioperasi
dengan teknik ECCE, dan 2 pasien dioperasi dengan teknik
fakoemulsifikasi.
 Komplikasi intraoperatif yang paling banyak ditemukan adalah sinekia
posterior pada 36 pasien, perdarahan konjungtiva yang masif pada 24
pasien. Komplikasi yang terjadi segera setelah operasi yang paling
banyak ditemukan adalah anterior chamber reaction dan dispersi
pigmen.
 Komplikasi setelah operasi yang paling banyak ditemukan adalah
kekeruhan kapsul posterior dan edema makula cystoid. Ketajaman
penglihatan 2 hari setelah operasi berkisar antara 6/9 – 6/24 pada 14
pasien, 6/24 – 6/60 pada 22 pasien, 5/60 – 2/60 pada 20 pasien,
kurang dari 2/60 pada 4 pasien.
 Ketajaman penglihatan 6 minggu setelah operasi berkisar antara 6/6 –
6/18 pada 17 pasien, 6/24 – 6/60 pada 13 pasien. Penyebab
penurunan tajam penglihatan setelah operasi yang paling banyak
ditemukan adalah kekeruhan pada kapsul posterior lensa.
 Setelah tindakan operasi, 58 pasien mengalami peningkatan tajam
penglihatan / visus.
 Sinekia posterior adalah komplikasi intraoperatif yang paling banyak
ditemukan.
 Anterior chamber reaction adalah penyebab penurunan penglihatan
paling sering selama periode segera setelah operasi.
 Peradangan setelah operasi ditangani dengan pemberian steroid
topikal dan periokular serta memberikan hasil yang baik. PCO adalah
penyebab penurunan ketajaman penglihatan paling sering setelah 6
minggu pasca-operatif.
 SICS adalah prosedur yang aman dalam kasus katarak dengan riwayat
uveitis (katarak post-uveitik) yang dapat memberikan hasil
peningkatan tajam penglihatan yang baik
 Fakoemulsifikasi dengan PCIOL juga merupakan prosedur operasi yang
aman dan memberikan efek inflamasi / peradangan setelah operasi
yang minimal atau lebih ringan.
KESIMPULAN

 Katarak merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi akibat


uveitis, dapat juga terjadi akibat peradangan intraokular yang kronis
atau berulang (relaps) dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Kejadian katarak dilaporkan terjadi pada 75% pasien yang mengalami
uveitis anterior kronik.
Katarak post-uveitik memiliki penanganan yang berbeda karena beberapa
hal yaitu :
 Katarak post-uveitik biasanya terjadi pada usia muda, mempengaruhi
anak-anak dan dewasa muda.
 Katarak post uveitik banyak terjadi pada lapisan subkapsular lensa
sehingga menyebabkan fotofobia dan kesulitan melihat jarak dekat.
 Penanganan inflamasi / peradangan pra-operatif harus dilakukan
dengan baik dan hati hati untuk setiap pasien.

Anda mungkin juga menyukai