diambil apabila pengelasan suatu bentuk sambungan”weldment”dilaksanakan. Prosedur ini memuat rincian yang diperlukan atau cakupan rincian untuk mengendalikan variabel yang digunakan didalam pengelasan dan menentukan jenis material dan desain sambungan yang akan dipergunakan. Karenanya prosedur las mengendalikan mutu pengelasan dengan cara menentukan setiap langkah yang diperlukan. Persyaratan untuk mutu sambungan dari masing – masing peralatan tersebut harus dikendalikan agar dapat memenuhi harapan dibuatnya peralatan tersebut. Standard atau kode praktis (code of practice) yang digunakan untuk merakit berbagai konstruksi menggunakan pengelasan. KODE KETERANGAN Bejana tekanan yang tidak BS 5500 menanggung nyala api (unfired pressure vessel) yang dilas. ASME Kode Amerika untuk bejana tekan dan ketel uap. Persetujuan (approval) atas prosedur ASME IX dan pelaksanaan pengelasanLas Listrik Kelas 1untuk perpipaan baja. AWS D1.1 Kode pengelasan struktur konstruksi.
Standard dan kode praktis tersebut ditelaah (revies)
secara berkala oleh Badan Nasional, dan setiap perubahan yang diperlukan dimasukkan untuk meyakinkan bahwa kinerja las dilapangan tetap terjaga. Dalam setiap standard atau kode praktis disusun acuan bagaimana seharusnya suatu prosedur pengelasan digunakan, apakah diperlukan persetujuan untuk tersebut. Pada umumnya pemenuhan persyaratan standard dan kode praktis memerlukan persetujuan yang merinci jenis pengujian yang dipersyaratkan untuk meyakinkan keterampilan juru atau operator las yang terlibat. Sebelum suatu prosedur las disusun, data-data tertentu perlu dikumpulkan, dan merupakan hal yang sangat penting bahwa seseorang yang bertanggung jawab menyusun prosedur ini mengetahui dari mana data-data tersebut diperoleh. Data – data ini harus mendapat persetujuan dari pihak kontraktor pengguna. Beberapa hal perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu tergantung pada persyaratan kode yang diacu,misalnya profil las apakah diperlukan tindak lanjut terhadap sambungan las yang telah selesai. a) Proses las yang digunakan b) Spesifikasi bahan induk, tebal,pipa termasuk diameter. c) Pengelasan dishop atau lapangan d) Persiapan sisi (edge preparation ) e) Metode pembersihan, pembuangan gemuk,dll. f) Penyetelan sambungan (sketsa). g) Apakah jig, tack atau backing digunakan. h) Posisi pengelasan (termasuk arah untuk pengelasan vertical) , misalkan pengelasan vertical naik atau vertical turun. i) Pabrik pembuat,jenis merek bahan consumable las. j) Bahan pengisian (filler) komposisi dan ukuran (diameter). k) Pemanasan awal, suhu antar pass termasuk metoda pengendaliannya. l) Kecepatan pengelasan (apabila pengelasan otomatis). m) Pengaturan arah pengelasan (weld run) dan dimensi pengelasan (sketsa). n) Urut – urutan (sequence) pengelasan. o) Back gouging atau tidak p) Perlakuan panas pasca las q) Apabila diterapkan, suhu dan waktu yang ditentukan untuk pengeringan pengovenan elektroda atau consumable r) Hal-hal khusus yang penting seperti pengendalian masukan panas(misal panjang run out) PROSES LAS Pada umumnya proses las yang diterima telah membuktikan bahwa penerapannya telah lulus uji,sifat khusus suatu proses las akan mempengaruhi prosedur las. Bahan dasar dapat mempengaruhi pengelasan. Misalnya pengaruh penyiapan material ditentukan oleh komposisi kimiawinya. Retak disona terimbas panas (heat affected zone/HAZ) Sangat dipengaruhi oleh komposisi kimiawi bahan dasar; karenanya komposisi kimiawi ini perlu dikendalikan. Elemen pembentuk kristal didalam bahan dasar dapat mempengaruhi tingkat kekuatan dan pengerasannya (hardenability). Terdapat banyak alasan untuk memasukkan persiapan sisi kedalam prosedur las. Akses secukupnya merupakan faktor penting seperti misalnya bahan las yang terdeposisi akan berfusi dengan bahan dasar. Prosedur las harus mencakup bukan hanya persiapaan namun juga penyelesaian permukaan (surface finish). Permukaan berlapis kerak atau oksida tebal akan menyebabkan fusi tidak sempurna (lack of fusion), terperangkapnya oksida (trapped oxide), atau porositas yang tidak dapat diterima. Bagaimana permukaan bahan dipersiapkan sebelum dilas merupakan faktor yang perlu diperhatikan seperti misalnya baja mungkin hanya perlu pembersihan menggunakan penyikatan (brushing) secara manual atau mekanikal, sedangkan alumunium memerlukan pencucian secara kimiawi (chemical cleaning)seperti solvent untuk menghasilkan permukaan yang siap las. Inspeksi pada permukaan bahan sebelum dilas juga diperlukan untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat cacat seperti lap (lipatan) atau cacat lainnya yang dapat mempengaruhi mutu pengelasan. Penyetelan komponen sambungan las merupakan faktor yang sangat menentukan pada pengelasan sambungan yang hanya dapat dilaksanakan pada satu sisi/pihak saja. Celah sambungan akan mempengaruhi jumlah fusi pada akar las. Apabila digunakan perangkat perakit secara mekanis untuk penyetelan komponen rakitan. Berbagai posisi pengelasan yang cukup banyak jumlahnya memerlukan pengendalian yang ketat mempersiapkan komponen dan perakitannya. Perubahan posisi pengelasan menyebabkan perubahan keperluan arus las sehingga menyebabkan makin kurang (atau lebih)nya jumlah alur las (weld pass) yang harus dibuat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi cacat las. Komposisi kimiawi dan tebal penampang sambungan las akan menentukan laju pendinginan jalur las dan lingkungan sekitarnya. Beberapa material yang mendingin dalam waktu singkat (quence),akan menghasilkan struktur material yang keras. Pemanasan awal diperlukan untuk mengendalikan laju pendinginan tersebut. Kadang-kadang pengendalian suhu pengelasan juga diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah sewaktu tahap pembekuan (solidification) Laju pendeposisian bahan las akan mempengaruhi profil lajur las. Kecepatan pengelasan yang tinggi cenderung mendeposisikan lebih sedikit bahan las sehingga mengakibatkan profil las yang buruk ,under cut, dan lain – lain. Sebaliknya kecepatan las yang rendah akan menyebabkan deposisi bahan yang berlebihan / tebal yang menyebabkan konsentrasi tegangan dipinggirnya (toe) ………..