Anda di halaman 1dari 16

Aplikasi Bioteknologi: Ketahanan

terhadap Hama dan Penyakit Tanaman


Aplikasi bioteknologi: Ketahanan
terhadap hama dan penyakit tanaman
 Tanaman transgenik tahan virus tanaman
◦ Tanaman transgenik yang mengekspresikan
gen selubung (coat) protein
 Tanaman transgenik tahan terhadap
serangga hama
 Tanaman transgenik tahan herbisida
Tanaman transgenik yang mengekspresikan
gen selubung (coat) protein
 Fenomena alami perlindungan silang pada virus
tanaman: tanaman yang telah terinfeksi terlebih dahulu
oleh strain yang lemah akan terlindungi dari serangan
strain kuat dari jenis virus yang sama.
 Salah satu mekanisme yang berperan, yaitu mekanisme
uncoating dari coat protein virus strain kuat.
 Tanaman transgenik ini dibuat dengan
mentransformasikan gen pengkode coat protein dari
Tobacco Mosaic Virus (TMV) dengan promotor 35 S
Cauliflower Mosaic Virus (CMV) pada tanaman tomat
dan tembakau.
 Hasilnya tanaman tersebut menjadi tahan terhadap
serangan TMV, dengan parameter yang dapat diamati
yaitu gagal atau berkurangnya gejala serta rendahnya
panggandaan atau perbanyakan dari virus tersebut.
Tanaman transgenik yang mengekspresikan
gen selubung (coat) protein
 Derajat ketahanan ini berkorelasi dengan coat protein
yang terbentuk, dan coat protein ini tidak bersifat
spesifik, yaitu tetap efektif terhadap isolat TMV yang lain
dengan tingkat perlindungan yang beragam meliputi
tobacco mild green mosaic virus, pepper mild mottle
virus, tobacco mild green mosaic virus dan
Odontoglossum ringspot virus.
 Hasil pengujian di lapangan menunjukkan bahwa
tanaman tomat transgenik yang diperoleh juga tahan
terhadap infeksi TMV di lapangan.
 Hasil tanaman yang diperoleh ternyata sama dengan
tanaman kontrol yang tidak terinfeksi, sedangkan hasil
tanaman tomat kontrol yang terinfeksi lebih rendah 25-
30 persen.
 Ekspresi gen coat protein juga tidak mempengaruhi
karakter agronomi dari tanaman.
Genetically engineered Papaya to resist the Papaya
Ringspot-Virus by overexpression of the virus coat protein
Tanaman transgenik tahan terhadap serangga
hama
 Pemanfaatan bakteri penyebab penyakit pada serangga hama
telah lama dilakukan melalui cara pengendalian hayati.
 Bacillus thuringiensis atau seringkali disingkat Bt, merupakan
bakteri yang sudah secara luas digunakan untuk pengendalian
hayati serangga hama dari ordo Lepidoptera.
 Bakteri ini memiliki beberapa subspesies, seperti kurstaki,
aizawa, morrisoni dan israelensis. Pada saat ini koleksi strain
Bt sudah mencapai ribuan.
 Protein dari bakteri Bt sudah diisolasi dan banyak digunakan
oleh petani sebagai bio-insektisida.
Apakah Bt itu?
 Bt merupakan bakteri pembentuk spora, bersifat
gram positip dan dapat menghasilkan kristal
protein yang racun.
 Hasil penelitian biologi molekuler menunjukkan
bahwa pada tiap subspecies Bt terdapat gen “cry”
yang dapat mengontrol ekspresi kristal protein
endotoksin yang beracun terhadap serangga.
 Kristal protein ini mengontrol spesies
Lepidoptera, Diptera dan Coleoptera yang
memiliki fase larva pada daur hidupnya.
 Bakteri ini memiliki hubungan kekerabatan dengan
bakteri antrak yang digunakan sebagai senjata
biokimiawi.
Apakah protein Bt itu?
 Kristal protein Bt bersifat sangat beracun
pada beberapa spesies serangga tertentu.
 Oleh karenanya protein ini tidak beracun
terhadap manusia dan serangga lain yang
berguna.
 Ada sekitar 150 jenis serangga yang peka
terhadap toksin dari protein Bt.
 Kristal protein ini akan melekat pada
reseptor tertentu pada usus serangga
sasaran.
 Manusia dan jenis serangga lain tidak
memiliki reseptor spesifik tsb sehingga racun
dari protein Bt tidak mampu mempengaruhi
metabolisme pencernaan kita.
Racun protein Cry
 Ada tiga domain pada delta
endotoksin.
 Domain I dan Domain II
bersifat sangat konservatif.
 Domain II sangat bervariasi
dan melekat pada reseptor
yang berbeda.
 Ada lebih dari 200 varian
untuk protein Cry.
 Varian yang banyak
digunakan pada bidang
pertanian adalah Cry1Ab,
Cry1Ac, Cry1F, Cry3Bb,
Cry2Ab yang memiliki
sasaran pada jenis serangga
yang berbeda.
 Telah dilakukan upaya perakitan tanaman transgenik yang
mengandung gen pengkode protein Bt.
 Gen yang mengkode protein Bt diisolasi dan dimodifikasi
dengan menambahkan promoter yang lalu diinsersikan ke
dalam tanaman yang dikehendaki.
 Selanjutnya tanaman membuat protein Bt berdasarkan kode
dari gen yang diinsersikan.
 Jagung hibrida yang telah dimanipulasi secara genetik dengan
gen Bt memproduksi kristal protein endotoksin (crystalin/
Cry protein).
 Protein ini bersifat toksin bila dimakan oleh hama penggerek
batang.
 Kristal protein ini melekat pada usus serangga Lepidoptera
dan menyebabkan ketidakseimbangan air dalam sel. Pada
akhirnya sel-sel tersebut dapat pecah dan membunuh hama
target.
 Karakter Bt unik karena multi-gen Bt dapat digunakan untuk
sasaran hama yang berbeda pada tanaman yang berbeda.
• Promoter yang paling banyak digunakan pada perakitan tanaman
transgenik adalah CaMV35S yang dapat terekspresi di setiap bagian
tanaman.
• Ketika serbuk sari dari jagung transgenik yang mengandung protein
Bt berpindah ke tanaman lainnya dan tidak sengaja termakan oleh
kupu-kupu Monarch dan dilaporkan telah memusnahkan sebagian
anggota dari populasi kupu-kupu tsb (Nature, 1999).
• Percobaan di laboratorium menunjukkanbahwa CryIAb bersifat
beracun pada larva kupu-kupu Monarch tetapi CryIF bersifat tidak
beracun (Hellmich et al., 2001).
• Alternatif dari promoter CaMV35S adalah phosphoenolpyruvate
(PEP) carboylase promoter yang diisolasi dari gen tanaman yang
mengkode enzim fotosintesis.

• Hasilnya adalah tanaman transgenik Bt dengan promoter ini mampu


memproduksi protein Bt di dalam sel yang aktif melakukan kegiatan
fotosintesis.

• Oleh karenanya bagian tanaman yang lain misalnya pada jagung


transgenik adalah tidak terekspresinya protein Bt pada bagian akar
dan bunga.

• Sisi yang kurang dari penggunaan promoter ini adalah hama yang
menyerang bagian tsb tidak mengalami efek racun dari protein Bt.
Selain itu, ekspresi gen tsb menjadi berkurang bahkan terhenti pada
saat tanaman telah menyelesaikan daur hidupnya dimana terjadi
pengurangan proses fotosintesis secara drastis.
 Bt yang berasal dari alam memiliki keterbatasan dalam
penggunaannya.
 Bt alami tersebut umumnya berspektrum sangat sempit,
terbatas pada satu ordo saja, misalnya hanya Lepidoptera.
 Pada waktu diaplikasikan seringkali terdapat perbedaan
kepekaan antarspesies hama, misalnya strain HD-1 ternyata
lebih toksik terhadap Spodoptera sp. dibanding pada Heliothis
sp.
 Insektisida dengan bahan aktif protein Bt dikenal dengan
nama dagang Dipel, Thuricide, Raven, CRYMAX dan Lapinox.
 Karena spesifikasinya, pestisida tsb termasuk dalam kategori
aman bagi lingkungan dengan sedikit atau hampir tidak ada
efek buruk bagi manusia, hewan liar, polinator dan jenis
serangga lainnya yang berguna bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai