Anda di halaman 1dari 15

TRIKURIASIS

Taksonomi

■ Kingdom = Animalia
■ Filum = Nematoda
■ Kelas = Enoplea
■ Ordo = Trichocephalida
■ Famili = Trichuridae
■ Genus = Trichuris
■ Spesies = Trichuris trichiura
Parasitologi

■ Cacing betina = 5 cm
■ Cacing jantan = 4 cm
■ Bagian anterior seperti cambuk, panjangnya 3/5 dari panjang seluruh tubuh.
■ Keduanya mempunyai kepala dan ekor, ekornya tipis, kepalanya tebal
– bagian kepala masuk ke mukosa usus  lesi dan pendarahan usus.
■ Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron berbentuk seperti tempayan dengan
semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub.
– Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja.
■ Ciri-ciri telur :
– berbentuk oval
– ukuran : panjang ± 50 μm dan lebar
± 23 μm
– dinding 2 lapis : lapisan luar
berwarna kekuningan dan lapisan
dalam transparan pada kedua ujung
telur terdapat tonjolan yang disebut
mucoid plug / polar plug / clear knop
– telur berisi embrio
Siklus Hidup

Telur masih belum infektif saat dikeluarkan di


feses  menjadi infektif selama 21 hari,
bertahan di suhu rendah.

Telur menetas setelah ditelan ke usus 


cangkang dicerna oleh enzim  larva muncul
di usus halus  larva penetrasi ke vili,
berkembang selama seminggu  pergi ke
caecum dan kolorektum  menempel ke
mukosa  menjadi cacing dewasa, menempel
di terowongan epitel antara vili-vili usus

Pencemaran terjadi langsung ke mulut dari jari


tangan yg terkontaminasi tanah yg tercemar.
Faktor risiko

■ Kontaminasi tanah dengan tinja.


– Telur di tanah liat, tempat lembab dan teduh dengan suhu optimum kira-kira
30 derajat celcius.
– Pemakaian tinja sebagai pupuk kebun = sumber infeksi.
– Frekuensi di Indonesia tinggi, t.u. di daerah perdesaan (30 – 90%)
■ Di Indonesia ada 3 cacing yang sering ditemukan dan menyebabkan penyakit pada
anak terutama yang kurang menjaga kebersihan,
– cacing Ascaris lumbrocoides,
– Cacing tambang
– Trichuris trichiura
Epidemiologi
Gejala Klinis

■ Infeksi ringan (< 100 cacing), tidak ada gejala klinis yang jelas
■ Infeksi berat (> 10.000 telur/gram tinja), t.u. pada anak, karena cacing ini tersebar
di seluruh kolon dan rectum
– penderita mengejang penderita pada waktu defekasi  prolapse rectum
– kepala cacing masuk ke dlm mukosa usus  trauma  peradangan mukosa
usus.
– pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan.
– cacing menghisap darah hospes  anemia
– penderita dgn infeksi yang berat dan menahun  diare yang sering diselingi
dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun, bisa disertai prolapsus
rectum
Diagnosis

■ Anamnesis gejala klinis


■ Px tinja = positif ada telur dan cacing dewasa  DIAGNOSA PASTI
■ Px darah = anemia hipokromik akibat perdarahan kronik, eosinofilia
■ Px endoskopi = positif ada cacing dewasa melekat pada mukosa usus besar
Tata Laksana
■ Albendazole (Farmakologi)
– Most widely used anthelmintic for the community control of multiple STH
infections.
– Poorly absorbed from the gastrointestinal tract
– Rapidly and extensively metabolized by the liver to sulphoxide and sulphone
metabolites.
– Binds to intracellular tubulin, impairing essential absorptive functions in the
parasite.
– Adverse effects = mild and transient, epigastric pain, diarrhoea, headache,
nausea, vomiting, dizziness, constipation, pruritus, dry mouth
– Safe for lactating and pregnant women and young children living in endemic
areas
■ Mebendazole (Farmakologi)
– Effective against adult worms and larval stages.
– Binds to nematode tubulin preventing the formation of microtubules and
selectively inhibits cell division and glucose uptake in nematodes  increased
utilization of helminth glycogen and deprivation for the worms of their main
source of energy.
– Oral absorption is limited by its poor solubility.
– Metabolized extensively by the liver to inactive compounds.
– Adverse effects = mild and transient, including gastrointestinal discomfort,
headache, dizziness
– Safe for lactating and pregnant women and young children living in endemic
areas
Referensi

■ Henry D. Isenberg, Richard F. D’Amato (auth.), A. Balows, W. J. Hausler Jr., M.


Ohashi, A. Turano, E. H. Lennete (eds.)-Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases_
Principles and Practice-Springer-Ve
■ Parasitologi FKUI

Anda mungkin juga menyukai