Anda di halaman 1dari 13

 Ega Febrisya  Fitri Rahmadianti

Valeriska  Gerryn Monita


 Ellang Mulya  Ismiranda
Perkasa  Karenina Maria
 Era Indah Nurvika Fairuz
 Erina Safitri  M. Fery Harison
 Febri Tri Utami
HIPERSENSITIVITAS TIPE II
HYPERSENSITIVITAS TYPE II

Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh


antibodi berupa Imunoglobulin G (IgG)
dan Imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen
pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.
Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada sel atau
jaringan yang langsung berhubungan dengan antigen
tersebut. Pada umumnya, antibodi yang langsung
berinteraksi dengan antigen permukaan sel akan
bersifat patogenik dan menimbulkan kerusakan pada
target sel.
Hipersensitivitas dapat melibatkan reaksi komplemen
(atau reaksi silang) yang berikatan dengan antibodi
sel sehingga dapat pula menimbulkan kerusakan
jaringan. Beberapa tipe dari hipersensitivitas tipe II
adalah:
- Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa
intraseluler di antara sel epidermal).
- Anemia hemolitik autoimun (dipicu obat-
obatan seperti penisilin yang dapat menempel
pada permukaan sel darah merah dan berperan
seperti hapten untuk produksi antibodi
TANDA DAN GEJALA
1. Hives atau welts, ruam, blisters, atau
masalah kulit disebut eksim. Ini adalah
yang paling umum gejala alergi obat.
2. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan
bernapas.
3. demam.
4. Kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini
disebut racun berhubung dgn kulit necrolysis,
dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
5. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling
berbahaya. Dapat membawa maut, dan Anda
akan memerlukan perawatan darurat
Gambaran lain yang menandakan adanya alergi adalah :

1. Adanya penonjolan kemerahan, seperti orang


terkena cacar
2. Adanya biduran
3. Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan
sisik kulit.
4.Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan
pada penderita demam berdarah dengue.
5. Adanya radang pada pembulih darah (vaskulitis)
6. Adanya rekasi kemerahan karena kontak dengan
sinar matahari
7. Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat.
8. Kelainan lain gawat darurat, seperti kulit seperti
terbakar yang dalam klinik disebut nekrolisis epidermal
toksik.
PEMERIKSAAN FISIK

 Inspeksi: apakah ada kemerahan, bentol-bentol dan


terdapat gejala adanya
urtikaria,angioderma,pruritus dan pembengkakan
pada bibir
 Palpasi: ada nyeri tekan pada kemerahan
 Perkusi: mengetahui apakah diperut terdapat udara
atau cairan
 Auskultasi: mendengarkan suara napas, bunyi jantung,
bunyi usus( karena pada oarng yang menderita alergi
bunyi usunya cencerung lebih meningkat)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Uji kulit: sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen


hirup seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari
rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
 Darah tepi: bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi.
Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan
pada alergi makanan.
 IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai
umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya
menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi
parasit atau keadaan depresi imun seluler.
 Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
 Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
DIAGNOSTIK
 Gangguan saluran cerna dengan diare dan atau
mual muntah, misalnya : stenosis pilorik,
Hirschsprung, defisiensi enzim, galaktosemia,
keganasan dengan obstruksi, cystic fibrosis, peptic
disease dan sebagainya.
 Reaksi karena kontaminan dan bahan-bahan aditif,
misalnya : bahan pewarna dan pengawet, sodium
metabisulfite, monosodium glutamate, nitrit,
tartrazine, toksin, fungi (aflatoxin), fish related
(scombroid, ciguatera), bakteri (Salmonella,
Escherichia coli, Shigella), virus (rotavirus,
enterovirus), parasit (Giardia, Akis simplex),
TERAPI
1. Menghindari allergen
2. Terapi farmakologis
Adrenergik Yang termasuk obat-obat adrenergik adalah
katelokamin ( epinefrin, isoetarin, isoproterenol, bitolterol ) dan
nonkatelomin ( efedrin, albuterol, metaproterenol, salmeterol,
terbutalin, pributerol, prokaterol dan fenoterol ). Inhalasi dosis
tunggal salmeterol dapat menimbulkan bronkodilatasi
sedikitnya selam 12 jam,
3. Imunoterapi Imunoterapi diindikasikan pada penderita
rhinitis alergika, asma yang diperantarai Ig E atau
alergi terhadap serangga. Imunoterapi dapat
menghambat pelepasan histamin dari basofil pada
tantangan dengan antigen E ragweed in vitro.
KESIMPULAN

Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan


kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap
bahan-bahan yang umumnya non imunogenik.
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi
berupa Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin E (IgE)
untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks
ekstraseluler.

Anda mungkin juga menyukai