Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan pada

Klien dengan Osteoporosis


Stikes Muhammadiyah Klaten
Konsep Osteoporosis
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Penatalaksanaan
6. Pengkajian
7. Diagnosa Keperawatan
8. Perencanaan
9. Evaluasi
Cell Types
• Osteoblasts
– Synthesize bone
– Remodeling and repair
• Osteoclasts
– Responsible for bone resorption
– Remodeling
• Osteocytes
– Primary cells of mature bone
– Osteoblasts surrounded by matrix during bone
formation
– Maintenance and resorption
Homeostasis
• Balance between bone formation &
resorption
• Remodeling process
– Old bone destroyed by osteoclasts
– New bone constructed by osteoblasts
• Dependent upon Ca++, and vitamins
(esp. vit. D)
• Controlled by hormones
Regulation of Bone Formation
& Growth
• Vitamin D
– Increases rate of Ca++ absorption from intestine
• Growth Hormone
– Needed to stimulate proliferation of cartilage cells
at growth plate
• Vitamin C
– Important in synthesis of collagen
• Thyroxin
– Increases rate of replacement of bone at growth
plate and needed for synthesis of GH
• Vitamin A
– Stimulates resorption of bone
• Estrogens & androgens
– Promote ossification and maintenance of
matrix
• Parathyroid hormone & Calcitonin
– Regulate release of Ca++ from bone
Parathyroid hormone
& calcitonin
• When blood Ca++ levels are low, PTH
is released.
• Release of PTH increases rate of bone
resorption, which increases the
concentration of Ca++ in the blood.
• When blood Ca++ levels are high,
calcitonin is released, which inhibits
resorption.
Definisi
Osteoporosis terdiri dari kata Osteo (tulang)
dan Porous (berlubang-lubang/keropos).
Menurut WHO pada International Consensus
Development Conference : Osteoporosis adalah
penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang pada akhirnya
menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan resiko terjadinya patah tulang
(Suryati, 2006)
Normal Bone vs. Osteoporosis
Normal vs. Ostoeporosis
Lanjutan..
Faktor resiko ini dibagi menjadi dua :
1. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Riwayat Keluarga /keturunan
e. Bentuk tubuh
Lanjutan..
2. Faktor resiko yang dapat dirubah
a. Merokok (Nikotin melemahnya daya
serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulangproses pembentukan tulang oleh
osteoblast menjadi melemah.
b. Alcohol  alkohol  melemahnya daya
serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulang.
c. Defisiensi vitamin D
Lanjutan..
d. Kafein  konsumsi kopi diatas 3 kali/hari 
tubuh selalu ingin kencing  menyebabkan
kalsium banyak terbuang.
e. Defisiensi esterogen pada menoupouse alami
 resorbsi tulang menjadi lebih cepat 
terjadi penurunan masa tulang yang banyak
Patofisiologi
Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit
dan osteoclas  mengatur homeostasis
kalsium dan saling berinteraksi. Dalam
penyerapannya osteoclas melepas
transforming Growth Factor yang
merangsang aktivitas awal osteoblas
dalam keadaan normal kwantitas dan
kwalitas, penyerapan tulang oleh osteoclas
sama dengan kwantitas dan kwalitas
pembentukan tulang baru oleh osteoblas
Patofisiologi
• video
Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Tinggi badan berkurang /memendek
3. Patah tulang
Pemeriksaan Diagnostik
1. Bone Mineral Density Testing
Painless, non-invasive test, which
identifies osteoporosis, determines fx
risk and monitors response to treatment.
Lanjutan..
2. DEXA (Dual Energy X-Ray
Absorpsiometry)
DEXA images & reports
Penatalaksanaan
1. Meningkatkan pembentukan tulang,
obat-obatan yg dapat meningkatkan
pembentukan tulang adalah Na-fluorida
dan steroid anabolik
2. Menghambat resorbsi tulang, obat-
obatan yang dapat mengahambat resorbsi
tulang adalah kalsium, kalsitonin,
estrogen dan difosfonat
Penatalaksanaan
1. SERM (Selective estrogen receptor
modulators)
• Raloxifene (Evista)
– Prevent bone loss, increase bone mass and
decrease risk of vertebrae fracture
Lanjutan..
2. Calcitonin (Miacalcin)
• Naturally occurring hormone
involved in Ca++ regulation and bone
metabolism
• Slows bone loss, increases bone
density and relieves pain associated
with vertebral fractures
Pengkajian
Wawancara meliputi pertanyaan mengenai
terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur
sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola
latihan, awitan menopause dan penggunaan
kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok
dan kafein. Keluhan yang dialami pasien, seperti
nyeri pingang, konstipasi atau gangguan citra
diri harus digali.
Lanjutan..
Pemeriksaan fisik kadang menemukan
adanya patah tulang kifosis vertebrata
torakalis atau pemendekan tinggi badan.
Masalah mobilitas dan pernapasan dapat
terjadi akibat perubahan postur dan
kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi
akibat inaktivitas
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d fraktur dan spasme otot
2. Konstipasi b.d imobilisasi
3. Risiko cidera (fraktur) b.d osteoporosis
Perencanaan..
1. Nyeri
• Peredaaan nyeri punggung dapat
dilakukan dengan istirahat di tempat tidur
• Kasur harus padat dan tidak lentur
• Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa
nyaman dengan merelaksasi otot
• Kompres panas intermiten dan pijatan
punggung memperbaiki relaksasi otot
Lanjutan..
1. Konstipasi
• Berikan diet tinggi serat.
• Berikan tambahan cairan dan gunakan
pelunak tinja sesuai ketentuan dapat
membantu atau meminimalkan
konstipasi.
• Pantau asupan pasien, bising usus dan
aktivitas usus
Lanjutan..
1. Risiko cidera
• Anjurkan melakukan Aktivitas fisik
secara teratur hal ini sangat penting
untuk memperkuat otot
• Anjurkan untuk Berjalan, postur yang
baik
• Hindari Membungkuk mendadak,
melenggok dan mengangkat beban lama
Pencegahan
What is adequate Ca++
intake?
• Age 1-3 years 500 mg/day
• Age 4-8 years 800 mg/day
• Age 9-18 years 1300 mg/day
• Age 19-50 years 1000 mg/day
• Age >50 years 1200 mg/day
SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai