ARIEF RAHMATULLAH
2131210052
Bollenbach,2015 Antibiotik
kombinasi dapat mengatasi masalah
resistensi.
Tujuan Penelitian
H0 :
• Tidak terdapat perbedaan KHM Kloramfenikol tunggal dan kombinasinya
dengan Amoksisilin terhadap bakteri S.aureus
H1 :
•Terdapat perbedaan KHM Kloramfenikol tunggal dan kombinasinya dengan
Amoksisilin terhadap bakteri S.aureus.
Dimasukkan ke
Bakteri didilusi Inkubasi pada
dalam tabung
hingga kepadatan suhu 370C selama
steril berisikan
105 CFU/mL 18-24 jam
NaCl 0,9%
Ditambahkan 50µl
Inkubasi pada suhu
bakteri 105CFU/ml
370C selama 18-24
pada masing-masing
jam
well dan didilusikan
Frekuensi Mutasi : Induksi Antibiotik
96-Well plate dibagi menjadi 3 kategori: tidak diinduksi, induksi antibiotik tunggal,
induksi dengan antibiotik kombinasi
Masing-masing kategori
dibagi menjadi 2
kelompok: selektif dan
non selektif
Kelompok selektif
ditambahkan 50µl NB 4x
Inkubasi pada suhu 370C
dan 50µl antibiotik
tunggal 1x KHM
Serial Passage
Diamati
Inkubasi pada suhu
pertumbuhannya
370C selama 24 jam
secara visual
Analisa Data
Data yang diperoleh dari proses pembacaan pada spektrofotometer epoch dengan
menggunakan program GEN5(TM) berupa pertumbuhan bakteri. Kemudian, data
tersebut akan dibuat diagram untuk melihat pola dan tingkat pertumbuhan
menggunakan program Microsoft Excel dengan menghitung Mean, Median, Maximum,
Minimum, Q1 dan Q3. Selanjutnya, tingkat pertumbuhan diuji statistik menggunakan
ttest antara beberapa perlakuan dengan menggunakan program Microsoft Excel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji KHM Kloramfenikol dan Kombinasi dengan
Amoksisilin
Berdasarkan 3 tabel diatas, hasil yang didapatkan adalah kadar hambat minimum antibiotik tunggal klora
mfenikol terdapat pada konsentrasi 1/8 sebesar 0,125 mg/ml dengan tingkat pertumbuhan ±0,366 pada
absorbansi OD 600. Sedangkan antibiotik tunggal amoksisilin didapatkan nilai konsentrasi KHM sebesar
1/1024 atau 0,0004 mg/ml. Pada antibiotik kombinasi kadar hambat minimum kloramfenikol terdapat p
ada konsentrasi 1/32 atau sebesar 0.007 mg/ml dengan tingkat pertumbuhan ±0,471. Uji kadar hambat
minimum pada kloramfenikol mengalami perubahan KHM pada uji secara tunggal dan dengan kombinas
i.
KHM Kloramfenikol Tunggal
Penelitian uji KHM pada bakteri S.aureus yang dilakukan oleh CLSI (Clinical and Laborator
y Standarts Institute) kloramfenikol menunjukkan nilai KHM ≤8 µg/ml yang termasuk katego
ri sensitif dan ≥32 µg/ml yang termasuk kategori resisten. Jika dibandingkan dengan hasil
penelitian ini, maka kloramfenikol menunjukkan nilai KHM yang termasuk kategori resisten.
KHM Kloramfenikol dengan Kombinasi Amoksisilin
Berbeda dengan hasil uji KHM tunggal, pada uji KHM kombinasi kloramfenikol dan amoksisilin nilai K
HM menunjukkan nilai konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol tungga
l.Hal ini dapat berkaitan dengan interaksi obat antara kloramfenikol dengan amoksisilin yang diketa
hui memiliki mekanisme kerja yang berbeda dimana kloramfenikol berkerja di ribosom dan amoksisilin
yang berkerja di dinding sel bakteri. Interaksi obat antara kloramfenikol dan amoksisilin diketahui bersif
at antagonistik dan menimbulkan efek yang merugikan pada interaksi farmakodinamik kombinasi ini. Si
fat antagonistik dari interaksi kombinasi obat memliki efek yang lebih rendah atau dibawah ekspektasi t
erapi.
Perbandingan Pertumbuhan tiap 4 Jam pada Media
Selektif dan Non Selektif
Laju pertumbuhan pada kelompok A (Non selektif, non induksi) dibandingkan deng
an kelompok B (Selektif, non induksi) menunjukkan perbedaan signifikan pada tiap
4 jam pemeriksaan kecuali pada jam 4-8 masa inkubasi yang menunjukkan tidak ad
a perbedaan yang signifikan antara laju pertumbuhan kelompok A dengan B
Perbandingan Pertumbuhan tiap 4 Jam pada Media
Selektif dan Non Selektif
Berdasarkan uji t test, kelompok A (media non seleksi, non induksi) menunjukkan perbedaan
signifikan dengan kelompok B pada semua jam pemeriksaan dengan signifikansi (p<0,05). B
egitu pula antara kelompok C dengan kelompok D dan antara kelompok E dengan kelompok
F yang menunjukkan perbedaan signifikan pada setiap jam pemeriksaan.
Analisa Pola Pertumbuhan Media Selektif & Non Selektif
• Pola pertumbuhan pada kelompok A pada penelitian ini yang merupakan kelompok
dengan media non selektif dan non induksi dianggap sebagai pola pertumbuhan
normal bakteri. Pada fase pertumbuhan lag, log dan death di semua kelompok
memiliki pola pertumbuhan yang sama dengan kelompok A. Sedangkan pada
fase stasioner hanya kelompok E yang memiliki pola berbeda yaitu pada jam ke 8-
12 masa inkubasi. Kesamaan lainnya pada semua kelompok yaitu adanya kenaikan
pertumbuhan pada jam ke 16-24 masa inkubasi.
Analisa Pola Pertumbuhan Media Selektif & Non Selektif
• Ada beberapa alasan mengapa peningkatan pertumbuhan bisa terjadi di akhir masa
inkubasi salah satunya adalah terjadinya fase long-term stationary atau fase
stasioner jangka Panjang. Pada fase setelah death phase bakteri yang mati akan
mengeluarkan nutrien ke lingkungannya. Nutrien dan substansi yang ada di
lingkungan kultur ini akan dimanfaatkan oleh bakteri yang masih tersisa untuk
bertahan hidup. Hal inilah yang memicu terjadi fase stasioner jangka Panjang yang
bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan
Pada kelompok non selektif yaitu kelompok A,C dan E rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh
cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata jumlah bakteri kelompok B,D dan F yang
merupakan kelompok selektif yang menggunakan kloramfenikol. Kloramfenikol merupa
kan antibiotik berspektrum luas diketahui bersifat bakteriostatis. Kloramfenikol memasuki
bakteri dengan proses yang bergantung pada energi. Aktivitas antibiotiknya disebabkan oleh
hambatan kompetitif untuk mengikat aminoasil tRNA ke domain peptidyltransferase subunit
50S. Sifat bakteriostatik dari kloramfenikol inilah yang memungkinkan kloramfenikol m
enghambat pertumbuhan bakteri S.aureus seperti yang terjadi pada kelompok B,D dan F
Pada hasil perhitungan frekuensi mutasi didapatkan hasil tingkat frekuensi mutasi kelompok dengan indu
ksi kloramfenikol ¼ KHM lebih tinggi (CD) dibandingkan kelompok tanpa induksi dan dengan induksi
kombinasi kloramfenikol + amoksisilin ¼ KHM. Pemberian dosis subletal diketahui dapat menimbulka
n beberapa efek terhadap bakteri seperti penurunan pembentukan biofilm, pengeluaran atau sekresi toksi
k sampai dengan peningkatan transfer gen dan frekuensi mutasi dari bakteri. Proses mekanisme resiste
nsi ini dapat berlangsung karena bakteri merespon antibiotik dan mengekspresikan gen spesifik terhada
p senyawa kloramfenikol yaitu gen CAT (Chloramphenicol Acetyltransferase).
KESIMPULAN
1. Kloramfenikol tunggal memiliki nilai KHM (Kadar Hambat Minimum) yang lebih
tinggi yaitu 0,125 mg/ml dibandingkan dengan kombinasi amoksisilin yaitu sebesa
r 0,007 mg/ml terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
2. Kurva pola pertumbuhan pada bakteri S.aureus menunjukkan pola pertumbuhan ya
ng rendah berdasarkan rata-rata jumlah pertumbuhan bakteri pada media selektif kl
oramfenikol 1x KHM.
3. Kelompok dengan induksi kloramfenikol ¼ KHM memiliki tingkat frekuensi muta
si yang tinggi dibandingkan dengan kelompok non induksi dan kelompok induksi
kombinasi kloramfenikol dengan amoksisilin.
SARAN