Anda di halaman 1dari 162

Pemicu 2

Erwin Budi / 405130151


Learning Objective 1

Menjelaskan pemeriksaan dini


prakehamilan dan kehamilan (USG,
TORCH, HIV, Hematologi, dll)
Pemeriksaan pra kehamilan
• Pemeriksaan darah rutin
• Tekanan darah
• Golongan darah dan rhesus
• HBsAg
• TORCH
• Pap Smear
• Gula darah
• Urinalisis
• HIV
Radiologi
• USG, Rontgen pelvis (Pelvimetri)
Learning Objective 2

Menjelaskan gangguan kehamilan


trimester I, II, III
Anemia defisiensi zat besi
• Kadar hemoglobin < 11 gr/dL pada trimester 1
dan 3 dan kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL
pada trimester 2
Efek pada Kehamilan
• BBLR
• Kelahiran prematur
• Bayi lebih kecil dari usia kehamilan
Anemia Defisiensi Besi
• Etiologi:
– Peningkatan kebutuhan zat besi menjadi 1000 mg:
• 300 mg  fetus dan plasenta
• 500 mg  produksi Hb
• 200 mg  hilang melalui sal. cerna, urin, kulit
– Ekspansi volume plasma relatif thd massa Hb
• Manifestasi Klinis:
– Lemas, mudah lelah
– Sakit kepala
– Palpitasi
– Takikardia
– Sesak napas
– Berat: stomatitis angularis, glossitis, koilonikia
Anemia Defisiensi Besi
• Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang
– Pemeriksaan darah tepi: Hb, Ht, MCV, MCH, MCHC, Fe
serum, Feritin, TIBC
– Morfologi darah tepi: anemia mikrositik hipokrom
• DD
– Anemia karena penyakit kronis
– Keganasan
– Talasemia
– Hemoglobinopati
– Anemia sideroblastik
Anemia Defisiensi Besi
Tata Laksana
• Nonmedikamentosa
– Diet tinggi besi: hati, daging merah, sayuran hijau
– Konsumsi enhancer penyerapan besi: buah dan sayur
tinggi vitamin C
– Hindari penghambat penyerapan besi: kopi dan teh
• Medikamentosa
– Preparat besi oral sampai 3 bulan pasca melahirkan:
fero sulfat/fumarat/glukonat
– Preparat besi IV untuk intoleransi oral dan anemia
berat (Hb < 8 g/dL): fero sukrosa/dekstran
– Vitamin C
Abortus
• Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
• Sebagai batasan adalah kehamilan < 20
minggu atau berat janin < 500 gram.
• Abortus Spontan
• Abortus Provokatus
• Abortus Habitualis
Etiologi
• Genetik
• Anatomi
• Autoimun
• Infeksi
• Lingkungan
• Hormonal
• Hematologik
Klasifikasi
Komplikasi
• Pendarahan
• Perforasi
• Syok
Hiperemesis gravidarum

Pendahuluan:
• Sebagian besar wanita, mual & muntah ringan-
sedang dijumpai sampai sekitar 14-16 mgg
• Namun, pada sebagian wanita, keluhan ini parah &
tdk berespon pada diet sederhana & antiemetik
• Upaya u/ mengatasi keparahan mual & muntah:
indeks penentuan score PUQE-Pregnancy Unique
Quantification of Emesis and Nausea

Williams pg 1107, 220


http://www.jogc.org/abstracts/full/200909_Obstetrics_4.pdf
http://www.managedcaremag.com/sites/default/files/imported/0411/0411.peer_barton.pdf
Definisi Hiperemesis gravidarum

• Adalah muntah yg ckup parah u/ menyebabkan


peBB, dehidrasi, alkalosis akibat keluarnya
asam hidroklorida & hipokalemi

Williams pg 1108
Insiden Hiperemesis gravidarum

• Studi populasi California & Nova Scotia, angka


rawat inap u/ hiperemesis 0,5-0,8% [Bailit 2005;
Felldkk, 2006]
• Pada wanita yg pernah dirawat inap krn
hiperemesis pd kehamilan sblmnya, hampir 20%
memerlukan rawat inap [Trogstad 2005, Dodds
2006]

Williams pg 1108
Hiperemesis gravidarum
• Hiperemesis berkaitan dengan hormon terkait kehamilan dlm
serum yg meningkat & tinggi
• Meskipun pemicu blm diket pasti; hCG, estrogen, progesteron,
leptin, hormon pertumbuhan plasenta, prolaktin, tiroksin,
hormon adrenokorteks diperkirakan berperan
• Komponen psikologis
• Janin perempuan meningkatkan risiko 1,5x lipat
• F. Risiko yg mean risiko rawat inap: rw kehamilan mola,
asma, pnykt sal cerna

Williams pg 1108
Infeksi Helicobacter pylori

• Pernah diusulkan ada keterkaitan dgn infeksi


Helicobacter pylori [bukti tdk konklusif]
• [Ponzetto 2006]; melaporkan bahwa
seropositivitas H.pyloriberkaitan dgn peningkatan
risiko preeklampsia
• [Weyerman 2005] Infeksi H.pylori jg pernah
dikaitkan dgn def besi pada kehamilan

Williams pg 1108
Komplikasi Hiperemesis gravidarum

• Muntah dapat berkepanjangan, sering, parah


• Kadar seng plasma , tembaga , magnesium tdk
berubah
• Temuan” awal menyatakan bahwa sepertiga
wanita dgn hiperemesis memperlihatkan (EEG)
elektroensefalogram yg abnormal [Vaknin 2006]

Williams pg 1108
Daftar komplikasi yg berpotensi
mematikan

• Beberapa penyulit yg mengancam nyawa &


hiperemesis gravidarum yg sukar diobati
- Depresi – penyebab, efek
- Ruptur esofagus – sindrom Boerhaave
- Hipoprotrombinemia – vit K
- Robekan mallory weiss – perdarahan,
pneumotoraks, pneumoperikardium
- Gagal ginjal – mgkn perlu dialisis
- Ensefalopati wernickle – def tiamin

Williams pg 1108
Penatalaksanaan Hiperemesis
gravidarum

Metode mengontrol mual & muntah


• Wanita yg bersangkutan diberi makan dlm porsi
kecil sec lbh sering & berhenti sblm kenyang
• Gejala ringan: vit B6 + doksilamin, tetapi seb
wanita memerlukan fenotiazin / antiemetik
penyekat reseptor histamin H1

Williams pg 1109, 220


Penatalaksanaan Hiperemesis
gravidarum

• Data Cochrane o/ Jewell & Young 2000; obat antimuntah yg diberikan


mell rektum per oral / supositoria [lini pertama]
• Jika tindakan sederhana gagal, pas diberi larutan kristaloid IV u/ mengoreksi
dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, & ketidakseimbangan as-bas
• Tiamin 100 mg diberikan u/ mencegah ensefalopati wernickle
• Jika muntah berlanjut stlh rehidrasi & tdk dapat diatasi dgn pengobatan rawat
jalan, pas dianjurkan rawat inap
• Antiemetik diberikan parenteral: prometazin, proklorperazin, klorpromazin,
metoklopramid [tdk bnyk bukti glukokortikoid efektif]

Williams pg 1109
 2 Uji klinis tdk mendapatkan adanya manfaat metilprednisolon
dibandingkan dgn plasebo, tetapi kel yg diberi steroid jauh lbh
jarang memerlukan rawat inap ulang
 Penelitian Bondon 2006; terapi hidrokortison denyut
jantung(pulsed hyrdrocortisone) lbh baik daripada
metoklopramid u/ mengurangi muntah & rawat inap ulang
 Antagonis serotonin obat paling efektif u/ mengontrol mual &
muntah akibat kemoterapi
 Ondansetron tdk lbh baik daripada prometazin
 Setelah pengobatan, sebagian besar wanita memberikan respon
positif & dpt dipulangkan dgn terapi antiemetik

Williams pg 1109
Toxoplasmosis
• Infeksi parasit yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii.
• Hospes definitif : kucing
• Cara infeksi : konsumsi daging mentah yang
terinfeksi kista jaringan, kontak dengan
ookista tinja kucing yang terinfeksi dalam air,
tanah, sampah yang tercemar.
Daur Hidup Toxoplasma
• Takizoit  invasi, replikasi dalam sel berinti selama infeksi
• Bradizoit  membentuk kista di jaringan selama infeksi laten
• Sporozoit  ditemukan dalam ookista yang tahan hidup
pengaruh lingkungan.

• Resiko untuk infeksi ke janin sering pada trimester III


• Tingkat keparahan  trimester I >> berat
Trias Klasik Toxoplasmosis
1. Korioretinitis
2. Kalsifikasi intrakranium
3. Hidrosefalus
 Kadang disertai kejang- kejang
Gambaran Klinis Toxoplasmosis
• Gejala pada ibu :
– Limfadenopati
– Flu-like illness ( demam, fatique, sakit kepala )
– Mialgia
– Ruam makulopapular
• Gejala pada neonatus :
– BBLR
– Ikterus
– Hepatosplenomegali
– Anemia
– Kelainan neurologis
Diagnosis Toxoplasmosis
• Pemeriksaan serologi
– Pada infeksi akut : IgM muncul dalam 10 hari setelah
infeksi  ber << dalam 3-4 bulan, tapi dapat juga bertahan
sampai bertahun-tahun.
– IgG terbentuk dalam 1-2 minggu stlh infeksi , memuncak
pada 1-2 bulan  menetap seumur hidup.
– Test aviditas IgG bila tinggi  infeksi dalam 3-5 bulan
– Test aviditas IgG bila rendah  infeksi primer
Diagnosis : uji pewarna sabin feldman, double-sandwich IgM,
ELISA, uji aglutinasi diferential
Pencegahan Toxoplasmosis
• Masak daging yang matang
• Mengupas/ mencuci bersih buah dan sayur
• Bersihkan permukaan dan alat masak yg
mungkin mengandung daging mentah, telur,
sayur buah yang belum dicuci
• Gunakan sarung tangan saat membersihkan
kotoran kucing
• Mencegah pemberian daging mentah pada
kucing.
Sitomegalovirus (CMV)
• Terdapat dicairan tubuh, penularan kontak
dengan sekresi nasofaring, urin , liur, semen,
sekresi serviks, dan darah yang terinfeksi
• CMV menjadi laten dan terjadi pengaktifan
berkala disertai pelepasan virus ( viral
shedding) dapat terjadi meskipun terdpt
antibodi IgG serum  karena tidak mencegah
kekambuhan- reaktivasi, reinfeksi, tidak
mencegah infeksi kongenital.
Gambaran Klinis CMV
• Sebagian besar asimptomatik
• 15% memperlihatkan sindrom mirip
mononukleus infeksiosa (demam, faringitis,
limfadenopati , poliartritis)
• Wanita yang imunokompromise (miokarditis,
pneumonitis, hepatitis, retinitis, gastroentritis)
• Infeksi primer pada ibu  ke janin sekitar 40 %
• Infeksi yang rekuren pada ibu  ke janin 0,15-1%
Pemeriksaan Pencitraan untuk CMV
• Sonografi
• CT-scan
• MRI

Ditemukan : mikrosefalus,ventrikulomegali,
kalsifikasi serebrum, asites, hepato-
splenomegaki, usus hiperekoik, oligohidramnion
Diagnosis CMV
• Pemeriksaan gold standard: pemeriksaan
cairan amnion  uji amplikasi asam nukleat
CMV cairan amnion.
• Pemeriksaan lain : PCR
Tatalaksana CMV
• Wanita hamil imunokompeten dan infeksi
primer/ rekuren hanya bisa terapi simptomatik
• Jika ibu sudah dipastikan infeksi primer 
pemeriksaan analisis cairan amnion
• Terkadang pengakhiran kehamilan  salah satu
pilihan
• Gamsiklovir secara IV kepada neonatus degan
gejala penyakit SSP  mencegah perburukan
gangguan pendengaran.
• Perhatikan higiene yang baik ( cuci tangan )
Malaria
• Disebabkan Plasmodium ( vivax, ovale,
malariae, falcifarum )
• Temuan klinis : demam, mengigil, flu like
symptom (nyeri kepala, mialgia, malaise),
anemia, ikterus
• Plasmodium falcifarum dapat menyebabkan
 gagal ginjal, koma, kematian
Malaria
• Efek malaria terhadap kehamilan
– Infeksi P. falciparum >> sering morbiditas berat
dan mortalitas. Bila infeksi dini  meningkatkan
resiko abortus
– >> sering trimester II dan III
– Eritrosit, monosit, makrofag terinfeksi berkumpul
didaerah vaskuler plasenta  parasitemia
berkadar tinggi diplasenta  Peningkatan angka
lahir mati, pre-term, hambatan pertumbuhan.
Diagnosis Malaria
• Gold standard  apusan darah dengan
pemeriksaan mikroskop
• Antigen spesifik malaria
Pencegahan Malaria
• Kemoprofilaksis di daerah endemik  wanita
hamil menggunakan klorokuin
• Kontrol vektor
• Mengunakan kelambu, insektisida
Rubela
• Rubela (german measles) menyerupai campak,
hanya saja bentuknya sdikit lebih kasar.
• Infeksi pada trimester pertama memberikan
dampak buruk (kelainan bawaan)
– Defek jantung, katarak, terinitis dan ketulian,
• Infeksi pada trimester ini memberikan opsi
aborsi.
• Dengan upaya vaksinasi pada remaka, prevalensi
infeksi virus ini menjadi sangat jarang.
Herpes simplex virus
• Jika ibu sudah mempunyai infeksi
kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak
terbuktim maka diperbolehkan persalinan
pervaginam.
• Sebaliknya, infeksi terjadi pada saat
kehamilan, disarankan untuk melakukan
persalinan sesarea.
Pre eklampsia
• Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Faktor Resiko
• Primigravida
• Hiperplasentosis
• Umur yang ekstrim
• Riwayat keluarga
• Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
• Obesitas
Patofisiologi
• Teori kelainan vaskular plasenta
• Teori Iskemia,Radikal bebas dan disfungsi
endotel
• Teori Genetik
Klasifikasi
Preeklamsia ringan Preeklamsia berat
 Tekanan darah ≥ 140/90 • Tekanan darah ≥ 160/110
mmHg mmHg
 Oedema
• Oedema paru dan sianosis
 Karena retensi Na dan air
 Kenaikan BB ≥ 1 kg/minggu • Proteinuria ++
 Proteinuria + • Oliguria
 Sakit kepala • Nyeri epigastrium
 Nyeri epigastrium
• Gangguan visual
 Gangguan visual (kekaburan)
(kekaburan)
 Peningkatan berat badan
berlebihan
PREEKLAMPSIA RINGAN

PREEKLAMPSIA BERAT
PENATALAKSANAAN
• Preeklamsia ringan
– Bed rest
– Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa
tidur.
– Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
– Bila menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat,
dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
• metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
• nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5
mg/hari (max.30 mg/hari).
PENATALAKSANAAN
• Preeklamsia Berat
– Dapat ditangani secara aktif atau konservatif
– Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi
bersama dengan pengobatan medisinal.
– Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan
bersama dengan pengobatan medisinal.
– Prinsip : tetap pemantauan janin dengan klinis,
USG, kardiotokografi.
KOMPLIKASI
• Atonia uteri • Perdarahan otak
• Sindrom HELLP • Edema paru
(hemolysis, elevated • Gagal jantung
liver enzymes, low • Syok
platelet count)
• kematiaan
• Ablasia retina
• Gagal ginjal
Eklampsia
• Kelainan pada masa kehamilan, dalam
persalinan, atau masa nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat
kelainan saraf) dan/atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre-eklampsia.
Gejala dan tanda
• Dibagi menjadi 4 tahap:
– Tingkat awal/aura (30 detik)
• Mata terbuka tanpa melihat, tangan dan kelopak mata
bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri
– Tingkat kejangan tonik (<30 detik)
• Smua otot kaku, tangan mengenggam,kaki bengkok ke dalam,
pernapasan berhenti, muka sianotik, lidah dapat tergigit
– Tingkat kejangan klonik (1-2 menit)
• Spasmus tonik, otot berkontraksi, mulut membuka dan
menutup, keluar busa, muka kongesti dan sianosis
– Tingkat koma
• Lama ketidaksadaran tergantung seseorang
PENATALAKSANAAN
• Tujuan
– Untuk menghentikan dan mencegah kejang
– Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya
krisis hipertensi
– Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin
– Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu
seminimal mungkin
PENATALAKSANAAN
• Umum
– Sodium Penthotal
• Digunakan untuk menghentikan kejang
• Dapat menurunkan konsumsi oksigen di otak
– Diazepam
• Sedatif dan antikonvulsif
– Sulfat magnesium
• Depresant SSP dan neuromuscular junction
• Vasodilatasi, menurunkan tensi, meningkatkan diuresis
dan menambah aliran darah ke uterus
PENATALAKSANAAN
• Obstetrik
– Jika kehamilan < 37 minggu
• Rawat jalan
• Pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi
janin tiap minggu
• Bila kondisi janin memburuk  terminasi kehamilan
– Jika kehamilan > 37 minggu
• Terminasi kehamilan
PENATALAKSANAAN
• Kejang
– Tidurkan pasien dengan posisi Trendelenburg
– Bebaskan jalan napas dengan melakukan aspriasi
mulut dan tenggorokan
– Pasang spatel lidah untuk mencegah tergigitnya
lidah
– Berikan oksigen 4-6 L/menit
PENATALAKSANAAN

POSISI TRENDELENBURG
KOMPLIKASI
• Ibu • Anak
– Cerebro vascular – Prematuritas
accident – Gawat janin
– Gagal jantung – Kematian janin
– Edema paru
– Gagal ginjal
– Gagal hepar
– Gangguan fungsi adrenal
– DIC
Intra-uterine growth retardation
• Bayi yang mempunyai berat badan lahir
dibawah persentil ke-10 dari kurva berat
badan normal yang disesuaikan dengan usia
kehamilan
Klasifikasi
• IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional)
• IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional)
• IUGR Kombinasi
Klasifikasi
• IUGR tipe-1 (simetris atau proporsional)
– Tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil
akibat berkurangnya potensi pertumbuhan janin
dan berkurangnya proliferasi seluler semua organ
janin.
– Ditandai dengan berat badan, lingkar kepala dan
panjang badan berada dibawah persentil 10.
– Terjadi selama kehamilan trimester ke-1 dan
trimester ke-2
Klasifikasi
• IUGR tipe-2 (asimetris, diproporsional)
– Terjadi karena janin kurang mendapat nutrisi dan
energi, sehingga sebagian besar energi digunakan
langsung untuk mempertahankan pertumbuhan organ
vital (seperti otak dan jantung).
– Umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta.
– Ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil.
– Berat badan yang kurang dari persentil ke-10,
sedangkan ukuran kepala dan panjang badan normal.
– Terjadi pada trimester terakhir, karena terjadinya
penurunan kecepatan pertumbuhan.
Klasifikasi
• IUGR Kombinasi
– Bayi mungkin mengalami pemendekan skeletal,
sedikit pengurangan jaringan lunak.
– Jika malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama
dan parah-> janin mungkin akan mengalami
kemampuan untuk kompensasi-> terjadi peralihan
dari IUGR kombinasi menjadi IUGR tipe simetris.
Faktor Resiko
• Lingkungan sosio-ekonomi rendah
• Riwayat IUGR dalam keluarga
• Riwayat obstetri yang buruk
• Berat badan sebelum hamil dan selama
kehamilan yang rendah
• Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
• Komplikasi medik dalam kehamilan
Diagnosis
• Pengukuran TFU
– TFU akan sesuai dengan jumlah minggu usia
kehamilan 22 minggu sampai 32 minggu dengan
syarat kandung kemih dalam keadaan kosong
• Memperkirakan BB janin pada usia kehamilan
tertentu
• USG
– rasio lingkar kepala dibagi dengan lingkar perut
(HC/AC)
• normal =1.0 sebelum usia kehamilan 32-34 minggu dan <1.0
setelah usia kehamilan 34 minggu
Tatalaksana
• Istirahat
• Suplementasi nutrisi ibu
Persalinan pada IUGR
• Pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu,
persalinan harus dilaksanakan pada:
– Tidak terdapatnya pertumbuhan janin dalam jangka
waktu 3 minggu dan memiliki paru yang matang
– Anhidramnion pada kehamilan 30 minggu atau lebih
– Terdapat AEDF (absent umbilical artery end diastolic
flow) dan REDF (reversed umbilical artery end distolic
flow)
– Pola denyut jantung janin yang abnormal menetap
Komplikasi
• Anomali janin
• Asfiksia perinatal
• Persalinan operatif
• Kematian perinatal
• Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal
• Enterokolitis nekrotikan
• “longterm handicap”
Korioamnionitis
• Keadaan pada perempuan hamil dimana
korion, amnion, dan cairan ketuban terkena
infeksi bakteri
• Infeksi yang berasal dari traktus urogenitalis
ibu
• Kelahiran prematur dan ketuban pecah lama
• Biasa tanpa gejala
• Antibiotik
Inkompatibilitas darah
Penyakit trofoblastik gestasional

• Penyakit trofoblastik gestasional dibagi menjadi tumor mola & non


mola[neoplasia trofoblastik gestasional]
• Klasifikasi penyakit trofoblastik gestasional :
a.Mola hidatidiformis
- Komplit
- Parsial
b.Neoplasia trofoblastik gestasional
- Mola invasif
- Koriokarsinoma
- Tumor trofoblastik tmpt plasenta
- Tumor trofoblastik epitel

Williams pg 271
Mola Hidatiformis – kehamilan mola
Mola Hidatiformis – kehamilan mola

• Histologis: ditandai abnormalitas vili korionik terdiri


dari proliferasi trofoblastik & edema stroma vilus
• Menempati rongga uterus, mola kadang” brkmbg
sgbai kehamilan ektopik
• Derajat perubahan jaringan & ada tdknya janin
digunakan u/ membagi kelainan sebagai
komplit/parsial

Williams pg 271
Mola Hidatiformis Komplit

• Vili korionik sebagai massa terdiri dari vesikel”


jernih menggantung berkelompok
• Histologis: lesi memperlihatkan degenerasi
hidropik & edema vilus, tdk ad PD vilus,
proliferasi epitel trofoblas, tdk ada janin &
amnion

Williams Obs pg 271


Williams Obs ed 24 pg 397
Mola Hidatiformis Komplit
Williams Obs ed 23 pg 258
Mola Hidatiformis Komplit
• Ploidi
- Kromosom mola komplit diploid & berasal dari ayah
- 85% 46, XX atau 46, XY---- akibat fertilisasi dispermik
- Ovum dibuahi sperma haploid
- Kromosom ovum tdk ada/inaktif

• Potensial keganasan
- Insiden ganas mola komplit > tinggi dibanding mola parsial
- 15-20% mola komplit memperlihatkan tanda” pnykt
trofoblastik persisten
- Evakuasi mola sec dini tdk menurunkan risiko ini

Williams Obs pg 272


Mola Hidatiformis Parsial

• Kehamilan mola inkomplit/parsial terjadi:


- Pembengkakan progresif lambat dlm stroma vilus korion avaskular
- Vilus vaskular memiliki sirkulasi janin-plasenta yg berfungsi, tdk
terkena
• Triploid 69 XXX, 69 XXY [jarang 69 XYY]
• Tersusun o/ kromosom haploid ibu & 2 set kromosom haploid ayah
• Janin nonviable pada mola parsial triploid mengalami malformasi
multipel
• Risiko pnykt trofoblastik persisten stlh mola parsial > rndh daripada
mola komplet, jarang koriokarsinoma

Williams Obs pg 272


Williams Obs 24ed pg 398
Kehamilan mola kembar

• Terdiri dari 1 kehamilan mola diploid komplit & 1


kehamilan normal
• 5% mola diploid dari kehamilan kembar dgn 1 janin
• Dibandingkan dgn mola parsial, wanita dgn hamil
kembar memperlihatkan risiko neoplasia trofoblastik
gestasi tdk > bsr dari mola komplit tunggal

Williams Obs pg 272


Williams Obs ed 23 pg 259
Epidemiologi & F.risiko
mola hidatiformis
Epid:
• Insiden mola hidatiformis di Amerika & Eropa konstan: 1-2 per 1ooo kehamilan
• Lebih sering dibeberapa negara Asia, insiden 2 per 1ooo kelahiran

F.Risiko:
• Usia: Rmj, wanita berusia 36-40thn risiko 2x lipat, >40 thn hampir 10x lipat
• Rw kehamilan mola:
- Pe an risiko substansial u/ pnykt trofoblastik rekuren
- 23% wanita mengalami 2x kehamilan mola mengalami mola ketiga
- Mola hidatiformis berulang pd wanita dgn pasangan berbeda menandakan
pembentukan mola disebabkan o/ defek oosit
- Kontrasepsi oral & durasinya serta rw keguguran mean kemungkinan
kehamilan mola 2x lipat

Williams Obs ed 23 pg 273


Gambaran klinis
• Amenore 1-2 bln
• Mual muntah
• Perdarahan uterus->bercak(spotting) hingga
perdarahn hebat
• Perdarahan berawal tepat sblm abortus mola
spontan, brlgsg intermitten beberapa mgg-bln
• Mola tahap lanjut, prdrhn uterus tersamar disertai
anemia def besi derajat sedang
• Mola besar->preeklamsi awitan dini

Williams Obs ed 23 pg 274


Diagnosis Histologis
Mola Hidatiformis (parsial&komplit)

Williams Obs ed 23 pg 272


Diagnosis Mola
• Amenore dgn durasi berbeda-beda, diikuti perdarahan iregular
• Dilakukan USG & uji kehamilan
• Jika dibiarkan->ekspulsi spontan sekitar usia gestasi 16 mgg
• Gambaran khas USG:
- Mola komplit: masa ekogenik komplek diuterus, bnyk rongga kistik
tanpa janin & kantung amnion
- Mola parsial: plasenta menebal & hidropik disertai jar janin
* Yg pntg awal kehamilan, gambaran khas 1/3 USG wanita dgn mola
parsial
• Kadang kehamilan mola disangka sebagai leiomioma uteri/kehamilan
multifetal

Williams Obs ed 23 pg 275


Williams Obs ed 23 pg 260
Penatalaksanaan Mola

• Evakuasi mola
• Follow up

Williams Obs ed 23 pg 275


Williams Obs ed 23 pg 275

Penatalaksanaan Mola
* Kuretase isap
- Evakuasi mola dgn kuretase isap
- u/ mola besar: diberi anestesi & persediaan darah ckup
- Pada keadaan serviks tertutup->pelebaran praoperasi dgn dilator
osmotik-> serviks diperbesar > lnjut agar kuretase isap 10-12mm msk-
>stlh jar mola dikeluarkan->diberi oksitosin->stlh miometrium kontraksi-
>kuretase menyeluruh tetapi lebut dgn kuret tajam

• Histerektomi
- Jika pas tdk ingin hamil, histerektomi dianjurkan daripada kuretase isap
- Logis bagi wanita usia 40 thn/>
- Histerektomi sangat mengurangi kemungkinan neoplasia trofoblastik
gestasi persisten
- Histerektomi -> terapi adjuvan pntg bagi tumor yg kemoresisten
Penatalaksanaan Mola
Surveilans pasca evakuasi (follow up)
• Bagi wanita yg kehamilan molanya sdh dikeluarkan, follow up harus
• Tujuan: memastikan resolusi sempurna pnykt trofoblastik
• Langkah:
1. Cegah kehamilan min 6 bln dgn kontrasepsi
2. Setelah kadar hCG serum diperoleh dlm 48 jam stlh evakuasi,
dipantau 1-2 mgg
3. Kemoterapi tdk dianjurkan selama kadar menurun
4. Jika kadar hCG turun ke normal, diulang setiap bln selama 6 bln.
Jika tdk terdeteksi follow up distop & diizinkan hamil kembali

Williams Obs ed 23 pg 275


Hipertensi pada kehamilan
Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 - 99

Stage 1 140 – 159 90 - 99

Stage 2 > 160 100


Faktor Resiko
• Primigravida • DM tipe 1 atau 2
• Usia <18 thn atau >35 terutama dengan
thn kelainan mikrovaskular
• Riwayat keluarga • Gangguan ginjal
pernah preeklampsia/ • SLE
eklampsia • Thrombophilia
• Jarak kehamilan < 2 • Hidrops fetalis
tahun atau > 10 tahun • Triploidi
• Kehamilan ganda
• Hipertensi kronis
HIPERTENSI KRONIK
DEFINISI
• Kelainan vascular menahun yang sudah ada
sebelum penderita hamil
• Kadang-kadang hipertensi kronik disertai
dengan gejala-gejala pre-eklamsia disebut
superimposed preeklampsia.
ETIOLOGI
• Primer (90%)
– Idiopatik
• Sekunder (10%)
– Penyakit ginjal
– Penyakit kolagen
– Penyakit endokrin
– Penyakit pembuluh darah
FAKTOR RISIKO
• Umur ibu diatas 35 tahun
• Multipara
• Keturunan hipertensi
• DM
• Kelainan jantung dan ginjal
• Obesitas
PENATALAKSANAAN
• Antihipertensi
– α metildopa
• α 2 reseptor antagonis
– Ca channel blocker
• Nifedipin
Diabetes gestasional
Klasifikasi
• Klas I : Gestasional diabetes
 timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah
melahirkan.
• Klas II : Pregestasional diabetes
 mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah
hamil.
• Klas III : Pregestasional diabetes
 disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer.
Faktor Resiko
Pengaruh pada Bayi
• Makrosomia
• Hipoglikemia
• Cacat kongenital
• Hipokalsemia
• Hipomagnesia
Diagnosa
• Pemeriksaan kadar glukosa plasma 2 jam pp
– >200 mg/dl : diabetes mellitus (jika baru diketahui
saat hamil, DMG)
– 140-200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu (TGT)
– <140 mg/dl : normal
Diagnosa
• Tes toleransi glukosa oral
Makan cukup kalori minimal 3 hari sebelum pemeriksaan

Semalam sebelum pemeriksaan puasa 8-12 jam

Contoh darah diambil pagi hari

Diberi beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air


2 jam
Contoh darah plasma vena diambil
PENATALAKSANAAN
Definisi Kehamilan Ektopik

• Kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah


dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri
• >95% terjadi di tuba fallopii
• Di Indonesia : 5-6/1.000 kehamilan
• Patofisiologi:
– Sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanan menuju
endometrium tersendat  embrio sudah berkembang
sebelum mencapai kavum uteri  tumbuh di luar rahim.
– Tempat nidasi tidak dapat menyesuaikan diri dengan
besarnya buah kehamilan  ruptura dan KET
Klasifikasi KET
 Berdasarkan Lokasi, dibagi menjadi 5 :
 Kehamilan tuba >95%
 Pars ampularis 55%
 Pars ismika 25%
 Pars fimbriae 17%
 Pars interstisialis 2%
 Kehamilan ektopik lain < 5%
 Servik uterus, ovarium atau abominal
 Kehamilan Intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit
 Kehamilan heterotopik : kehamilan ganda dimana 1 janin berada
di kavum uteri & yang lain di luar kavum uteri, 1/15.000-40.000
kehamilan
 Kehamilan ektopik bilateral, sangat jarang terjadi
Etiologi KET
Faktor Tuba
– Peradangan atau infeksi  lumen tuba menyempit/buntu
– Uterus hipoplasia & saluran tuba berkelok – kelok panjang  fungsi silia
tuba tidak berfungsi baik
– Pascaoperasi rekanalisasi tuba
– Kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat
kongenital
– Tumor di sekitar saluran tuba, ex: mioma uteri atau tumor ovarium 
perubahan bentuk & patensi tuba

Faktor Abnormalitas dari Zigot


– Tumbuh terlalu cepat atau ukuran besar  tersendat dalam perjalanan
pada saat melalui tuba  terhenti & tumbuh di saluran tuba
Lanjutan Etiologi KET

Faktor Ovarium
– Memproduksi ovum & ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang
Faktor Hormonal
– Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progresteron
 gerakan tuba melambat
Faktor Lain
– Pengguna IUD: proses peradangan di endometrium &
endosalping
– Umur sudah menua
– Perokok
PATOLOGI KET
Embrio tidak bisa mencapai endometrium

Embrio dapat tumbuh di saluran tuba

Tuba bukan media yang baik untuk


pertumbuhan embrio atau mudigah

Pertumbuhan mengalami beberapa perubahan:


# Hasil konsepsi mati dini & diresorbsi
# Abortus tubaria
#Ruptur dinding tuba
GAMBARAN KLINIK

Gejala kehamilan muda

Nyeri
• Nyeri perut bagan bawah tiba2 & disertai perdarahan  pingsan & syok
• Nyeri bahu
• Defekasi nyeri
Perdarahan per vaginam
• Gangguan pembentukan hCG  kematian janin
• Jumlah tidak banyak
• Warna : coklat tua
Amenorea
Kuldosentesis

117
Tata Laksana

 Pada umumnya : Laparotomi


 Hal2 yang perlu diperhatikan :
 Kodisis pasien saat itu
 Keinginan pasien akan fungsi reproduksinya
 Lokasi KE
 Kondisi anatomik pelvis
 Kemampuan teknik bedah mikro dokter operator
 Kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat
 Menentukan apakah perlu dilakukan
 Salpingektomi (kondisi pasien buruk/syok) atau
 Pembedahan konservatif (salpingostomi atau reanastomosis)
118
Tata Laksana

• KE pars ampularis tuba yang belum pecah, pernah


ditangani dg kemoterapi
• Indikasi kemoterapi :
– Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
– diameter kantong gestasi < 4cm
– Perdarahan dalam rongga perut < 100 ml
– Tanda vital baik & stabil
Prognosis

• Diagnosis dini  menurunkan angka kematian


• Pada umumnya kelainan yang menyebabkan KE
bersifat bilateral.
• Sebagian wanita menjadi steril setelah
mengalami KE lagi pada tuba yang lain
Kehamilan postterm
• Kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu atau lebih dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Naegele
Efek Kehamilan Post Term
• Pada plasenta:
– Penimbunan kalsium
– Selaput vaskulosinsial menjadi tebal dan
jumlahnya berkurang
– Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti
edema, timbunan fibroid, fibrosis, trombosis
intervili, dan infark vili
Efek Kehamilan Post Term
• Pada janin:
– Berat janin bertambah terus sesuai dengan
bertambahnya umur kehamilan
– Sindrom post maturitas:
• Stadium 1
– Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas
• Stadium 2
– Gejala di atas disertai mekonium berwarna hijau
• Stadium 3
– Warna kuning pada kuku, kulit, dan tali pusat
– Gawat janin
Efek Kehamilan Post Term
• Pada ibu:
– Morbiditas atau mortalitas ibu akibat makrosomia
janin yang beresiko terjadinya distosia persalinan,
incoordinate uterine contraction, partus lama
Tatalaksana
• Aktif:
– Persalinan anjuran pada usia kehamilan 41-42
minggu untuk memperkecil resiko terhadap janin
• Pasif:
– Pengawasan terhadap kesejahteraan janin sampai
persalinan berlangsung dengan sendirinya atau
timbul indikasi untuk mengakhiri kehamilan
Insufisiensi plasenta
Plasenta Previa
• Plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum
Faktor Presdiposisi
• Riwayat seksio sesarea
• Multiparitas
• Muktigravida
• Usia tua
• Riwayat abortus berulang
• Merokok
Klasifikasi
• Plasenta previa totalis/komplit
– Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
• Plasenta previa parsialis
– Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
• Plasenta previa marginalis
– Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum
• Plasenta letak rendah
– Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim di
mana tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 3 atau
4 cm dari ostium uteri internum
Diagnosis
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Luar
3. Pemeriksaan spekulum
4. USG
Diagnosis
1. Anamnesis
– Perdarahan jalan lahir pasca kehamilan setelah
20 minggu
– Tanpa nyeri terutama multigravida
– Darah yang keluar berwarna merah segar
2. Pemeriksaan Luar
– Bagian terbawah janin biasanya belum masuk
pintu atas panggul
Diagnosis
3. Pemeriksaan Spekulum
– Untuk mengetahui asal perdarahan apakah
berasal dari ostium uteri atau serviks dan vagina
4. USG
– Untuk menentukan klasifikasi plasenta previa
Tatalaksana
Persalinan pervaginam Persalinan seksio sesarea
• Pemecahan selaput ketuban • Indikasi:
• Indikasi: – Plasenta previa totalis
– Multigravida dengan plasenta – Plasenta previa parsialis
letak rendah (cenderung seksio sesarea)
– Plasenta previa marginalis • Perdarahan banyak dan
atau plasenta previa parsialis berulang
pada pembukaan lebih dari 5
cm
Vasa Previa
• Pembuluh darah janin berada di dalam selaput
ketuban dan melewati ostium uteri internum
untuk kemudian sampai ke dalam insersinya di
tali pusat
• Selaput sobek -> Pendarahan -> vaskular
terputus
• Operasi sesar
Abruptio plasenta
Inkompetensia Serviks
• Keadaan dimana serviks uterus tidak dapat
menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester 1
• Ostium serviks akan membuka (inkompeten)
tanpa mulas/ kontraksi rahim dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin
• Diagnosis
– Pemeriksaan dalam/inspekulo  menilai diameter
kanalis servikalis, selaput ketuban mulai menonjol
saat mulai memasuki trimester 2
Tatalaksana Inkompetensia Serviks
• Periksa hamil seawal mungkin
• Tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks
agar dapat menerima beban dengan
berkembangnya umur kehamilan
• Operasi pada umur kehamilan 12-14 minggu
dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD 
melingkari kanalis servikalis dengan benang
sutera/ MERSILENE yang tebal dan simpul baru
dibuka stlh umur kehamilan aterm dan bayi siap
dilahirkan
Polihidramnion
Kelainan letak janin setelah 36 minggu
Kehamilan ganda
• Kehamilan dengan dua janin atau lebih
• Besar uterus melebihi usia kehamilan atau
lamanya amenorea
• Faktor predisposisi:
usia ibu >30
Konsumsi obat untuk kesuburan
Fertilisasi in vitro
Faktor keturunan
Kelainan janin
Hipoksia janin/Fetal distress

• Gawat janin adalah komplikasi jarang tenaga kerja.


• Ini biasanya terjadi ketika janin belum menerima cukup
oksigen.
• Gawat janin dapat terjadi ketika kehamilan berlangsung
terlalu lama (postmaturity) atau ketika komplikasi
kehamilan atau persalinan terjadi.
Etiologi Fetal distress

• Pernapasan masalah
• Abnormal posisi dan presentasi janin
• Kelahiran kembar
• Distosia bahu
• Prolaps tali pusat
• Placental abruption
Tanda dan gejala Fetal distress
• Gerakan menurun dirasakan oleh ibu
• Mekonium dalam cairan ketuban
• Tanda-tanda biokimia, dinilai dengan mengumpulkan sampel
kecil dari darah bayi dari tusukan kulit kepala melalui leher rahim
terbuka dalam persalinan
• metabolisme janin asidosis
• peningkatan kadar laktat darah janin (dari tes darah kulit
kepala janin ) menunjukkan bayi memiliki asidosis laktat
Disproporsi kepala panggul
Distosia Bahu
• Ketidakmampuan melahirkan bahu pada
persalinan normal
Faktor Resiko
• Makrosomia (>4000 gram)
• Diabetes gestational
• Multiparitas
• Persalinan post term
Gejala
• Kepala seperti tertahan dalam vagina
• Kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi
luar
• Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali
ke dalam vagina (turtle sign)
Tatalaksana
• Ask for help
• Lift the buttcocks and the leg (McRoberts Maneuver)
• Anterior disimpaction of shoulder
– Suprapubic pressure (Massanti)
– Rotate to oblique (Rubin)
• Rotation of the posterior shoulder (Woodscrew
Maneuver)
• Manual removal of posterior arm (Schwartz)
• Episiotomy -> consider
• Roll over
Tatalaksana
• Manuver McRobert
– Paha difleksikan ke arah abdomen
Tatalaksana
• Anterior disimpaction of
shoulder
– Manuver Massanti
• Penekanan pada daerah suprapubik
• Tidak boleh melakukan penekanan
pada daerah fundus
• Pendekatan abdominal:
– Penekanan daerah suprapubik
bertujuan untuk menekan bahu
anterior ke bawah
– Manuver Rubin
• Pendekatan vaginal
– Melakukan penekanan pada aspek
posterior dari bahu anterior
sehingga bahu anterior mengalami
adduksi
Tatalaksana
• Rotation of the posterior shoulder (Woodscrew
Maneuver)
– Bahu posterior diputar menjadi bahu anterior
– Dapat dilakukan bersamaan dengan anterior
disimpaction
Tatalaksana
• Manual removal of posterior arm (Schwartz)
– Fleksikan lengan pada siku dengan menekan fossa
antecubital
– Letakkan lengan bayi pada dada bayi
– Genggam tangan atau pergelangan tangan bayi
dan kemudian keluarkan dengan arah menuju
muka dan membasuh muka
Tatalaksana
• Episiotomi
– Dipertimbangkan untuk memberikan ruang yang
lebih luas untuk melahirkan bahu
Tatalaksana
• Roll over (Gaskin Manuever)
– Posisi nungging
Ketuban Pecah dini
• Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan
Insidens
• Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan.
• 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan.
Faktor Resiko
• Berkurangnya as. askorbik sebagai komponen kolagen
• Kekurangan tembaga dan askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal (merokok)
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion
• Riwayat KPD sebelumya, trauma, kehamilan kembar
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Diagnosa
• Ditegakkan  seorang ibu hamil mengalami
pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu
jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan
Konfirmasi Diagnosa
• Test lakmus (test nitrazin).
– Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (allkalis).
– Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu.
• Test Pakis
– Dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek
gelas dan biarkan kering.
– Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal
cairan amnion dan gambaran daun pakis
Komplikasi
• Persalinan Prematur
• Infeksi
– Pada ibu: korioamnionitis
– Pada bayi: septikemia, pneumonia, omfalitis
• Hipoksia dan asfiksia
• Sindrom deformitas janin
– Hipoplasia pulmonal
– Potter’s fascia
– Deformitas ekstremitas
Tatalaksana
• Kehamilan >37 mgg :
– Induksi dengan oksitosin  bila gagal seksio
sesarea
– diberikan misoprostol intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali

Anda mungkin juga menyukai