Anda di halaman 1dari 32

FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL

Nunung Yulia, M.Si.,Apt


Pendahuluan
• Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang
bebas mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk
sporanya baik patogen atau nonpatogen.
• Produk steril adalah sediaan terapetis dalam
bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup.
• Yang termasuk dalam sediaan steril : sediaan
parenteral volum besar, sediaan parenteral
volum kecil (injeksi), sediaan mata(tetes/salep
mata)
Rute pemberian sediaan parenteral
• Intravena, intramuskuler, subcutan, intradermal, dan
intraspinal
• Absorbsi obat dipengaruhi oleh: banyaknya pembuluh darah
yang mensuplai jaringan, sifat fisikokikima obat, karakteristik
bentuk sediaan (larutan, suspensi, atau emulsi), sifat
pembawa, dan pH
• Pemberian intravena dan intraspinal harus dalam bentuk
larutan, sedangkan intramuskuler, subcutan, intradermal
sediaan dapat berbentuk larutan, suspensi atau emulsi
• Pembawanya dapat berupa air, glikol ataupun minyak lemak
• Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan
khusus dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran
mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat tergantung
dari ketrampilan, pelatihan dan sikap personil yang
terlibat.
• Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan
produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat
metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan
seksama dan tervalidasi.
• Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi
tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk
menjamin sterilitas atau aspek mutu lain.
KLASIFIKASI RUANG BERSIH DAN SARANA UDARA
BERSIH

• Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal


zona pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial
terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara
laminar (LAF) di tempat kerja. Sistem udara laminar
hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata
berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi
kerja dalam ruang bersih terbuka.
• Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis,
Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona
Kelas A.
• Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap
proses pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah.
Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan
sesuai dengan EN ISO 14644-1
HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Metode
Pembuatan
Sediaan Steril

Aseptik Sterilisasi Sterilisasi


Akhir dengan Filtrasi
1. Aseptik

• Digunakan untuk zat aktif yang sensitif


terhadap suhu tinggi yang dapat
mengakibatkan penguraian dan penurunan
kerja farmakologinya. c/Antibiotika dan
beberapa hormon.
• Metode aseptik bukan suatu cara sterilisasi
melainkan suatu cara kerja untuk memperoleh
sediaan steril dengan mencegah kontaminasi
jasad renik dan partikulat dalam sediaan jadi.
Tahapan – tahapan yang dilakukan secara aseptis

1. Penyiapan komponen dan sebagian besar produk,


yang memungkinkan untuk disaring dan disterilisasi,
hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas D
untuk mengurangi risiko cemaran mikroba dan
partikulat.

Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan


yaitu karena cemaran mikroba, misal, produk yang
secara aktif mendukung pertumbuhan mikroba atau
harus didiamkan selama beberapa saat sebelum
sterilisasi atau terpaksa diproses dalam tangki tidak
tertutup, maka penyiapan hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas C.
2. Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir
hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas C.

Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan


yaitu karena cemaran dari lingkungan, misal karena
kegiatan pengisian berjalan lambat atau wadah berleher
lebar atau terpaksa terpapar lebih dari beberapa detik
sebelum ditutup, pengisian hendaklah dilakukan di zona
Kelas A dengan latar belakang minimal Kelas C.
Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan
emulsi umumnya hendaklah dilakukan di lingkungan
Kelas C sebelum disterilisasi akhir.
2. Sterilisasi Akhir

• Pembuatan sediaan steril dengan cara memproduksi


diruang yang tidak aseptis atau ruang produksi (minimal
kelas D) yang kemudian produk disterilkan di akhir
proses pembuatan dengan metode sterilisasi yang dipilih.
• Syarat: zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air
dan tingginya suhu sterilisasi.
• Contoh: sterilsasi dengan autoklaf
(suhu 121 °C, selama 15 menit).
Tahapan yang dilakukan untuk membuat produk
steril secara sterilisasi akhir
1. Komponen hendaklah ditangani di lingkungan minimal
Kelas D. Penanganan bahan awal dan komponen steril,
kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi atau
disaring dengan menggunakan filter mikroba,
hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan
latar belakang Kelas B.
2. Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi
secara filtrasi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas
C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan
produk hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A
dengan latar belakang Kelas B.
3. Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara
aseptis hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A
dengan latar belakang Kelas B.
4. Transfer wadah setengah-tertutup, yang akan
digunakan dalam proses beku-kering (freeze drying)
hendaklah, sebelum proses penutupan dengan stopper
selesai, dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar
belakang Kelas B atau dalam nampan transfer yang
tertutup di lingkungan Kelas B.
5. Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan
emulsi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A
dengan latar belakang Kelas B, apabila produk
terpapar dan tidak akan disaring.
3. STERILISASI FILTRASI

• Penghilangan mikroorganisme dilakukan dengan cara


adsorpsi pada medium filter atau mekanisme penapisan
• Digunakan untuk produk atau bahan yang sensitif
terhadap panas, dan hanya untuk LARUTAN
• Efektivitas sterilisasi dipengaruhi oleh jumlah kandungan
mikroba dalam larutan
JENIS-JENIS FILTER
• Filter berbentuk tabung reaksi; filter candles, terbuat dari
mineral yang dikompres (Berkefeld dan Mandler)
• Filter candles dari porselin (Pasteur-Chamberland, Doulton,
Selas)
• Filter keping terbuat dari asbes yang dikompres (Seitz dan
Swinney)
• Buchner
• Millipore (terbaru)
Berkefeld filter Seitz dan Swinney filter
Pasteur-Chamberland filter

Buchner
Millipore filter
FAKTOR PENTING DALAM FILTRASI

• Ukuran pori (paling penting)


• Muatan listrik filter dan mikroba
• pH larutan
• Suhu
• Tekanan
KEUNTUNGAN VS KERUGIAN METODE FILTRASI

KEUNTUNGAN
• Cepat (terutama untuk volum kecil) Menjaga stabilitas
produk/bahan Relatif murah
• Sifat penghilangan mikroba dan partikulat lainnya
sempurna

KERUGIAN
• Sifat adsorpsi zat tertentu (zat aktif) yang tidak diinginkan
terutama yang jumlahnya kecil
• Terbatas penggunaannya untuk larutan-larutan viskus
Syarat-syarat sediaan steril
1. Steril
2. Isotonis (suatu keadaan pada saat tekanan osmosis larutan obat
sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh kita (darah, air mata).
3. Isohidris (kondisi suatu larutan zat yang pHnya sesuai dengan pH
fisiologis tubuh sekitar 7,4.)
4. bebas pirogen
5. bebas partikel asing
6. kejernihan
7. Stabil baik secara fisika, kimia, maupun mikrobiologi
8. aman (tidak toksik)
9. Tidak terjadi reaksi antar bahan dalam formula
10. Penggunaan wadah yang sesuai, sehingga mencegah
terjadinya interaksi dengan bahan obat
11. Sesuai antara bahan obat yang ada dalam wadah dengan
etiket, dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
Dosis ganda (multiple doses)
• Dosis ganda (multiple doses) adalah wadah yang
tertutup kedap, tetapi memungkinkan pengambilan
isinya perbagian, tanpa terjadi perubahan kekuatan,
kualitas, atau kemurnian bagian yang tertinggal. Pada
umumnya, wadah dosis ganda ini dapat berbentuk vial
atau flakon dengan ukuran 2-20 ml atau bentuk botol
dengan ukuran 50-1000 ml untuk sediaan berupa
larutan, emulsi, suspense atau padatan kering
• Pada sediaan dosis ganda perlu penambahan pengawet.
Adapun beberapa pengawet yang sering digunakan yaitu:

• a. Benzyl alcohol 1-2% b/v


• b. Chlorocresol 0,1-0,3% b/v
• c. Chresol 0,25-0,5% b/v
• d. Methyl hydroxybenzoate 0,1% b/v
• e. Fenol 0,25-0,6% b/v
• f. Thiomersol 0,01% b/v
• Pewadahan vial sebaiknya selalu diisi dengan volume
larutan yang lebih besar dari pada yang tertera pada
label.
• Ada beberapa larutan akan selalu melekat pada sisi
wadah dan tidak dapat terpisah, khususnya ketika
penggunaan vial silikon. Penggunaan vial sebelumnya
dibuat dengan silikon membuat pergerakan isi lebih
mudah karena cairan dengan vial tidak basah dan
terpisah dengan gelas tetapi agak mengalir lebih cepat.
• Penyegelan wadah vial, tutup karet harus cocok dengan
mulut wadah, serta cukup tertutup rapat untuk
menghasilkan wadah yang dapat disegel dengan rapat.
• Biasanya penutupannya dilakukan dengan cara manual
dengan menggunakan pinset steril. Selanjutnya, botol
yang telah ditutup dengan tutup karet disegel dengan
menggunakan segel aluminium untuk menahan penutup
karet, yang biasanya dengan menggunakan mesin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan injeksi
dalam wadah vial (takaran ganda) :
a. Pengawet karena digunakan berulang kali sehingga
kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan luar
yang ada mikroorganisme
b. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan
intravena harus dihitung isotonis
c. Perlu dapar sesuai ph stabilitasnya
d. Zat pengawet

Anda mungkin juga menyukai