Anda di halaman 1dari 56

BEDAH MINOR

Susi Sulastri
11.2011.102
BEDAH MINOR
 Biasanya dipakai untuk tindakan operasi yang ringan, biasanya
dikerjakan dengan anesthesi lokal seperti mengangkat tumor-
tumor jinak atau kista pada kulit, sirkumsisi, penanganan
luka, dan lain-lain.
ASEPSIS DAN ANTISEPSIS
ASEPSIS
- Adalah suatu kedaan bebas hama atau bakteri .

ANTISEPSIS
- Adalah tindakan untuk memebebashamakan suatu bahan, alat
ataupun ruangan untuk mencegah sepsis.
CARA STERILISASI

1. Pemanasan
 Tanpa tekanan
 Dengan tekanan
2. Kimiawi
3. Radiasi
1. Pemanasan
a. Tanpa tekanan
Pemanasan basah:
 Merebus alat dalam air mendidih pada suhu >100˚C selama 15-
30 menit.
Pemanasan kering:
 Menggunakan oven pada suhu160˚C-180˚C selama1-2 jam
Flamber:
 Membakar dengan spiritus atau alkohol 96%

b. Dengan tekanan
Autoklaf
 Menggunakan uap bertekanan750 mmHg dan suhu120˚C
selama10-15 menit
2. Kimiawi
 Tablet formalin
 Dengan menggunakan uap tablet formalin.
 Alat dan tablet formalin dimasukkan ke dalam tempat tertutup
minimal selama 24 jam
 Gas etilen oksida
 Digunakan untuk alat yang tidak tahan panas.
 Sifatnya toxic, mudah terbakar dan harus digunakan dalam autoclaf
khusus.
3. Radiasi
 Dengan menggunakan daya radiasi sinar X atau sinar
ultraviolet.
ANTISEPTIK
 Adalah zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan kuman.
 Bersifat sporosidal (membunuh spora) dan non sporosidal.
 Digunakan pada jaringan kulit dan selaput lendir.
Macam-macam antiseptik
1. Alkohol 70%
Bersifat bakterisid kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit)
Membunuh bakteri gram positif dan negatif tapi bersifat non
sporosidal.

2. PovidonYodium
Bekerja dengan oksidasi/substitusi iodin bebas
Bakterisid dan aktif terhadap yang membentuk spora
Efektif terhadap bakteri gram positive dan gram negatif
Cepat dinetralisir oleh bahan2 dari tubuh seperti darah
Kadang bermasalah pada kulit pasien yang sensitif
3. Klorhesidin
○ Bekerja dengan merusak dinding sel
○ Bakterisid tapi tidak membunuh yang membentuk spora
○ Persisten dan long acting (sampai 6 jam)
○ Lebih efektif terhadap bakteri gram positif
ANESTESI LOKAL
 Bekerja dengan memblok hantaran saraf.
 Bergantung pada kelarutan dalam lemak, ikatan protein, pKa, dan
aktivitas vasodilatornya.
 Biasanya dicampur dengan vasokonstriktor untuk:
 Mengurangi kecepatan penyerapan sehingga toksisitas berkurang
dan dosis total dapat ditegakkan
 Memperpanjang masa kerja anestesi lokal
 Mengurangi perdarahan pada daerah operasi.
 Vasokonstriktor tidak boleh digunakan pada daerah2 ujung
seperti jari, telinga dan penis.
Blok Saraf Perifer
 Terdapat 2 blok saraf yaitu mayor dan minor.
 Mayor : blok pada 2 atau lebih saraf perifer atau pleksus saraf.
 Minor : blok pada satu buah saraf perifer, misalnya blok saraf
radialis.
PERALATAN
 Alat-alat yang digunakan antara lain pisau bedah, gunting,
pinset, klem.
 Alat dan bahan untuk menjahit : pemegang jarum, jarum
jahit, dan benang jahit.
INSTRUMEN
 PERALATAN
 Instrumen pemotong
 Instrumen pemegang
 Instrumen penarik
 Jarum
 Benang
INSTRUMEN PEMOTONG
1. PISAU BEDAH ATAU SKALPEL
 Digunakan untuk menyayat /insisi permulaan kulit.
 Tersedia dalam berbagai ukuran sesuai keperluan.
 Pisau no. 10 : untuk pemakaian umum, insisi sederhana.
 Pisau no. 11 : mempunyai ujung runcing dengan sisi tajam yang
lurus untuk membuat tusukan, misalnya abses.
 Pisau no. 15 : untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian
tinggi misalnya operasi di tangan dan eksisi jaringan parut.
2. GUNTING
 Jenis Gunting
 Gunting Mayo : gunting besar untuk memotong
struktur yang liat. (misal (misal.: fasia & tendon)
 Gunting Metzenbaum : untuk diseksi & memotong
jaringan, TIDAK untuk memotong benang atau kain
pembalut.
 Gunting Iris: digunakan untuk mendiksesi lebih
cermat dan rapi.
 Gunting Balutan: gunting khusus untuk memotong
benang atau kain pembalut.
INSTRUMEN PEMEGANG
1. Pinset : Bergerigi, Adson, Tak Bergerigi
2. Klem Penggenggam:
 Klem Allis  untuk memegang fasia &
jaringan yang akan dibiopsi.
 Klem Kocher  untuk memegang &
menarik jaringan yang kuat (misal.: fascia
/ benda asing)
 Klem Hemostat  untuk menghentikan
perdarahan
 Pemegang Jarum (Needle Holder)
 Instrumen Penarik:
Kegunaannya untuk meyisihkan jaringan yang
menghalangi gerakan, juga untuk
memberikan pemaparan yang lebih baik
JARUM
1. Jarum traumatik
 Jarum yang mempunyai ‘mata’ untuk memasukkan benang di bagian
ujung tumpulnya sehingga benangnya bisa diganti.
 Pada bagian yang bermata ukurannya lebih besar dari bagian ujung yang
tajam.
2. Jarum atraumatik
 Jarum yang tidak memiliki mata sehingga ujung jarumnya langsung
dihubungkan dengan benang dan memiliki ukuran penampang yang
sama.
3. Jarum cutting
 Jarum yang penampangnya berbentuk segitiga atau pipih dan tajam.
 Dipakai untuk menjahit kulit dan tendon
4. Jarum non-cutting (tappered)
 Jarum yang penampangnya bulat dan ujungnya saja yang tajam.
 Dipakai untuk menjahit jaringan yang lunak.
BENANG
Benang dapat dibagi menurut:
1. Penyerapan:
- Benang yang dapat diserap (absorbable)
- Benang yang tidak dapat diserap (non-absorbable)
2. Reaksi jaringan yang timbul terhadap materi yang
digunakan untuk membuatnya.
- Benang yang menimbulkan reaksi besar
- Benang yang menimbulkan reaksi minimal.
3. Filamen fisik
- Benang multifilamen yang disusun/ kepang, misalnya sutera.
- Benang monofilamen yang hanya terdiri dari satu filamen,
misalnya nilon.
Benang yang dapat diserap
1. Catgut
 Terbuat dari usus halus kucing atau domba.
 Digunakan untuk menjahit jaringan dibawah kulit.
 Ada 2 jenis yaitu:
- Plain catgut : waktu absorbsi 10 hari
- Chromic catgut : mengandung garam kromium, waktu absorbsi
20 hari.
- Chromic catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yg lebih
besar dibandingkan plain catgut.
2. Benang sintetis
a. Multifilamen
 Asam poliglikoat (Dexon):
- Memiliki kekuatan regangan sangat besar
- Diserap setelah 60-90 hari
- Efek reaksi jaringan lebih kecil daripada catgut.
- Digunakan untuk menjahit fascia otot, kapsul organ, tendon dan
penutupan kulit secara subkutikuler.
 Asam poliglaktik (Vicryl)
- Kekuatan regangan sedikit dibawah Dexon
- Diserap setelah 60 hari
b. Monofilamen
 Polidioksanone(PDS)
 Kekuatan regangannya bertahan selama 4-6 minggu
 Diserap seluruhnya setelah 6 bulan
 Untuk menjahit daerah yang terinfeksi atau terkontaminasi.
Benang yang tidak dapat diserap
1. Sutera/silk
- Merupakan serat protein yg dihasilkan oleh larva ulat sutera.
- Mempunyai kekuatan regangan yang besar, mudah dipegang, mudah
dibuat simpul.
- Kekuatan regangannya dapat menyusut pada jaringan yang berbeda-
beda, biasanya setelah 2 bulan pasca operasi.
2. Poliester / Dacron
- Berupa benang pilinan yang memiliki kekuatan regangan yang sangat
besar.
- Digunakan untuk penutupan fascia.
- Tidak dapat digunakan pada jaringan yang terinfeksi atau
terkontaminasi karena bentuknya karena bentuknya yang berpilin.
3. Polipropilen / prolene
- Merupakan monofilamen yang sangat halus sehingga menjadi
pilihan utama untuk menjahit luka yang terkontaminasi atau
terinfeksi.
- Kelemahan : sering sulit disimpul dan sering terlepas sendiri.
UKURAN BENANG
 Ukuran benang disebutkan dalam banyaknya angka 0 atau angka 1,2,3
dan seterusnya.
 Makin banyak 0 makin kecil, makin tinggi angka makin besar
diameternya.
 Benang berukuran besar tersediaadalah no. 5 dan mengecil sampai ke
no 1.
 Ukuran yg lebih kecil lagidimulai dari 1.0, 2.0, 3.0 dst sampai yang
terkecil 10.0
 Untuk kegunaan biasa ukuran 5.0 sampai 1.0 adalah ukuran baku.
 Ukuran 6.0-7.0 digunakan untuk anastomosis pembuluh darah halus
 Ukuran 8.0-10.0 untuk operasi mata dan bedah mikro.
 Ukuran 0-1 untuk menjahit fasia
 Ukuran 4.0 untuk menjahit tendon.
Teknik Penjahitan Luka

1.Penjahitan Terputus
2.Penjahitan Continuous
3.Penjahitan sub-kutikuler
4.Penjahitan Mattrass
 horizontal
 vertical
Jahitan satu demi satu
(simple interrupted)
 Merupakan standar baku dan jenis jahitan yang paling sering
digunakan.
 Bisa dilakukan pada semua jenis luka.
 Memiliki kekuatan tarik lebih besar dan kecenderungan minimal
dalam menyebabkan edema luka dan gangguan sirkulasi kulit
Penjahitan Continuous
 Sering digunakan untuk menjahit luka yang lama dimana
ketegangan kulit dapat diminamalisasi dengan penjahitan
yang dalam.
 Sering digunakan untuk penutupan kulit kepala.
 Memberikan keuntungan dalam hemostasis dengan
mengkompresi tepi luka.
Jahitan Matras
1. Jahitan matras vertikal
 teknik ini digunakan jika eversi tepi luka tidak bisa dicapai hanya
dengan menggunakan jahitan terputus, misalnya di daerah yang
lemak subkutannya tipis dan tepi luka cenderung masuk ke
dalam.
2. Jahitan matras horizontal
 teknik ini digunakan untuk menautkan fascia dan aponeurosis.
Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutan
karena membuat kulit di atasnya bergelombang.
Vertical Aversi

Vertical Inversi

Horizontal Horizontal
Aversi Inversi
Penjahitan Subkutikuler
 Dapat dilakukan secara terputus atau kontinyu.
 Pada penutupan subkutan kontinyu, jarum lewat secara
horizontal pada dermis superfisial sejajar permukaan kulit untuk
mendekatkan permukaan kulit.
 Teknik ini menghindari perlunya jahitan kulit luar dan
mengurangi kemungkinan timbulnya bekas jahitan pada kulit.
Pengangkatan Jahitan

 Jahitan diangkat jika sudah terjadi perlekatan tepi-tepi luka.


 Faktor yang mempengaruhi:
1.Vaskularisasi
2.Mobilitas
3.Ketegangan tepi-tepi luka
4.Teknik penjahitan
CONTOH BEDAH MINOR
BIOPSI INSISI
 Pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari pasien untuk
menentukan diagnosis, treatment dan manajemen.
 Peralatan : antiseptic, kassa, lidokain 2%, pisau skalpel, pinset,
gunting jaringan, klem, needle holder, jarum dan benang.
Arah
 Insisi harus sejajar dengan arah
kolagen kulit
 Arah kolagen kulit diidentifikasi
dengan Relaxed Skin Tension Lines
(RSTL)
 RSTL diketahui dengan mencubit
kulit dan melihat arah kerutan dan
penonjolan yang terbentuk
TEKNIK

 Kulit ditegangkan dengan ibu jari dan telunjuk kemudian disayat


menggunakan mata skalpel yang tajam
 Jika membuat insisi yang panjang dan lurus, skalpel dipegang
dengan seperti menggenggam pisau dengan jari telunjuk
memfiksasi atas gagang pisau
 Jika membuat insisi yang kecil dan rumit, skalpel dipegang
seperti memegang pena.
 Insisi harus tegak lurus dengan kulit sehingga
penyembuhannya lebih baik
BIOPSI EKSISI
 Tentukan dan bersihkan daerah yang akan dibiopsi
 Rancang garis insisi dengan memperhatikan segi kosmetik dan
arah kolagen kulit
 Sebaiknya panjang elips 4x panjang lebarnya
 Anastesi pasien dengan lidokain 2%
 Eksisi dengan skalpel sampai mendapatkan sampel
 Inspeksi luka dan perdarahan
 Lakukan jahitan subkutan dengan benang yang dapat diserap
untuk menjahit lapisan lemak dan menghentikan perdarahan
 Tutup kulit dengan jahitan sederhana
BIOPSI EKSTIRPASI
 Bersihkan daerah yang akan di eksisi
 Lakukan anestesi lokal
 Eksisi kulit di atas kista berbentuk elips runcing sesuai dengan
arah garis lipatan kulit. Panjang dibuat lebih dari ukuran benjolan
yang teraba dan lebar kulit yang dieksisi ¼ garis tengah kista
tersebut.
 Gunakan gunting tumpul untuk melepaskan jaringan subkutan
yang meliputi kista, pisahkan seluruh dinding kista dengan kulit
 Usahakan kista agar tidak pecah agar dapat diangkat secara in-
toto.
 Bila kista sudah pecah, keluarkan isi kista dan dinding kista.
Jepit dinding kista dengan klem dan gunting untuk
memisahkannya dengan jaringan kulit.
 Jahit rongga bekas kista dengan jahitan subukutaneus
 Jahit dan tutup luka operasi.
 Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat
lesi.

1.Lesi jinak: seluruh tebal kulit diangkat ± 1-2 mm kulit sehat


ditepi lesi.
2.Karsinoma sel basal : angkat seluruh tumor ± minimal 3 mm
kulit sehat
3. Karsinoma sel skuamosa: angkat seluruh tumor ± minimal 5 mm
kulit sehat

 Kedalaman eksisi tergantung pada ekstensivitas lesi, tapi paling


tidak harus menyertakan lapisan lemak superfisial
HINDARI ‘DOG EARS’
 Penonjolan keluar pada ujung
jahitan
 Long axis dari eksisi terlalu
pendek
 Lebih sering pada jahitan
berbentuk konveks
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai