LAPORAN KASUS
OUTLINE
P E N DA H U L UA N
LAPORAN KASUS
ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU
• TB Paru merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri BTA Mycobacterium
tuberculosis.
• Kuman TB dapat menyerang parenkim paru (TB paru) dan juga dapat menyerang organ tubuh
lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya.
• Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah Tiongkok dan India.
Jumlah kasus baru TB paru BTA positif tahun 2016 di Indonesia adalah 156.723 jiwa yang
tersebar di seluruh provinsi.
• Insidensi TB paru juga semakin meningkat seiring meningkatnya kejadian HIV-AIDS.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Kadiono bin Kadim
Usia : 25 Januari 1963 / 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln Gotong Royong No. 547, Kel. Sukodadi, Kec. Sukarami, Palembang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Supir Angkot
Pendidikan Terakhir : SD
MRS : 7 Maret 2018
Nomor rekam medik : RD 18004777
ANAMNESIS
AUTOANAMNESIS
± 1 minggu SMRS pasien sesak. Sesak tidak dipengaruhi emosi dan cuaca. Sesak
timbul setelah berjalan, misal dari kamar ke WC. Sesak tetap dirasakan ketika
istirahat, namun berkurang apabila pasien berbaring ke sisi kanan dan duduk
condong ke depan. Pasien masih mengeluh batuk berdahak encer berwarna putih
kira-kira ½ sendok makan sekali batuk.
IDENTITAS PASIEN
Telinga
Meatus akustikus eks. : lapang
Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), tragus (-/-)
Nyeri tarik : aurikula (-/-)
Sekret : (-)
Pendengaran : baik
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Mulut
Higiene : baik
Bibir : cheilitis (-), rhagaden (-), sianosis (-),
Lidah : kotor (-), atrofi papil (-), pucat (-)
Tonsil : T1-T1
Mukosa : basah, stomatitis (-), ulkus (-)
Gusi : hipertrofi (-), berdarah (-), stomatitis (-)
Faring hiperemis : (-)
Gigi : (-)
Bau Pernapasan : tidak ada bau pernapasan
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Hidung
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
Septum : deviasi (-)
Telinga
Meatus akustikus eks. : lapang
Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), tragus (-/-)
Nyeri tarik : aurikula (-/-)
Sekret : (-)
Pendengaran : baik
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Leher
Inspeksi : benjolan (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid/struma (-)
Auskultasi : bruit (-)
Tekanan vena jugularis : (5-2) cmH2O
Dada
Inspeksi : simetris, sela iga melebar (-), retraksi dinding dada (-), spider nevi (-), venektasi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru (anterior)
Inspeksi:
Statis : retraksi iga (-)
Dinamis : kanan tertinggal
Palpasi:
nyeri tekan (-), sela iga (-), stem fremitus kanan menurun dibandingkan kiri
Perkusi :
kanan: nyeri ketok (-), redup pada paru kanan dari ICS IV sampai ke bawah, batas paru hepar tidak
dapat dinilai
kiri: nyeri ketok (-), sonor pada lapang paru kiri
Auskultasi :
kanan: vesikuler menurun, ronkhi (-), wheezing (-); kiri: vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru (posterior)
Inspeksi :
Statis : kanan = kiri
Dinamis : kanan = kiri
Palpasi:
stem fremitus kanan menurun dibandingkan kiri
Perkusi :
kanan: nyeri ketok (-), redup pada paru kanan mulai dari ICS IV sampai ke bawah
kiri: nyeri ketok (-), sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi:
kanan: vesikuler (+) menurun, ronkhi (-), wheezing (-)
kiri: vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, venektasi (-)
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill (-), tidak ada nyeri tekan
Perkusi : batas atas ICS II linea parasternalis dextra batas kanan tidak
dapat dinilai batas kiri 2 jari ke lateral dari ICS V linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : HR 88 x/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-), scar (+), caput medusae (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), ballotement ginjal (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : bising usus normal
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Ekstremitas
Inspeksi:
Superior : deformitas (-), kemerahan (-), edema (-/-), koilonikia (-), sianosis
(-), jari tabuh (-), palmar eritem (-), kulit lembab, flapping tremor (-),
onikomikosis (-)
Inferior : deformitas (-), kemerahan (-), edema pretibial (-/-), koilonikia (-),
sianosis (-), jari tabuh (-), onikomikosis (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kulit
Kulit : Fitzpatrick 4
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Jaringan parut : (-)
Turgor : baik
Keringat : cukup
Pertumbuhan rambut : dalam batas normal
Lapisan lemak : kurang
Ikterus : (-)
Lembab/kering : lembab
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kelenjar getah bening (KGB)
Tidak terdapat pembesaran KGB pada regio periauricular, submandibula, cervical
anterior dan posterior, supraclavicula, infraclaviculla, axilla, dan inguinal
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Pembuluh darah
a.temporalis, a.carotis, a.brakhialis, a.femoralis, a.poplitea, a.tibialis posterior,
a.dorsalis pedis: teraba
Status neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 9,9 g/dL 13,48-17,40 g/dL
RBC 3,97x106/mm3 4,40-6,30x106/mm3
Leukosit 9,8x103/mm3 4.73-10.89x103/mm3
Hematokrit 31% 41 - 51%
Trombosit 581x103/ µL 170-396x103/µL
Diff. count 0/1/83/8/8 0-1/1-6/50-70/20-40/2-8
Metabolisme Karbohidrat
GDS 344 mg/dL <200 mg/dL
Ginjal
Ureum 47 mg/dL 16,6-48,5 mg/dL
Kreatinin 1,47 mg/dL 0,50-0,90 mg/dL
Elektrolit
Kalsium 8,8 mg/dL 8,4-9,7 mg/dL
Natrium 135 mEq/L 135-155 mEq/L
Kalium 5,7 mEq/L 3,5-5,5 mEq/L
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mikroskopi
Jumlah 2984,0 Transudat: <500
• Pasien datang dengan keluhan utama sesak bertambah hebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
• Keluhan sesak sebenarnya sudah dirasakan pasien mulai dari 1 minggu SMRS.
• Pada kasus sesak, harus ditentukan etiologi dari sesak pada pasien.
• Sesak dapat berhbungan dengan gangguan jantung, ginjal, paru-paru, saluran napas, darah,
dan metabolik
ANALSIA KASUS
• Pemeriksaan fisik tidak didapatkan barrel chest, tidak ada suara ekspirasi memanjang, tidak ada
wheezing, namun terdapat kelainan dimana dinding dada kanan tertinggal saat diinspeksi secara
statis dan dinamis
• Sesak pada pasien tidak disebabkan oleh PPOK dan asma.
• Keluhan pasien 1,5 bulan yang lalu demam, keringat malam tanpa aktivitas, batuk berdahak
kuning yang encer, lesu, nafsu makan menurun, dan berat badan yang menurun, gejala-gejala ini
merupakan gejala klasik dari penyakit TB paru.
ANALSIA KASUS
• Seorang pasien TB dapat terdiagnosis secara klinis apabila hasil sputum BTA negatif, namum
hasil foto thorax menunjang diagnosis TB
• Akan tetapi, dalam kasus ini dapat ditegakkan diagnosis TB paru karena pasien sudah memiliki
riwayat mengkonsumsi obat TB dimulai dari 1 minggu SMRS sehingga dapat dikatakan bahwa
diagnosis pasien adalah kasus baru TB paru on therapy OAT kategori I fase intensif.
• Kategori I maksudnya obat disediakan dalam satu paket kobinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri
dari paduan 2HRZE/ 4R3H3.
ANALSIA KASUS
• TB paru umumnya dihubungkan dengan faktor kebiasaan, tempat tinggal yang overcrowded,
sanitasi lingkungan yang buruk, ventilasi rumah yang tidak baik, dan yang terutama adalah
seringnya terapapar dengan penderita TB.
• Pekerjaan sebagai supir angkot dan kebiasaan merokok dapat menunjang terjadinya penurunan
fungsi makrofag alveolar dalam melakukan fagositosis kuman M.Tuberculosis sehingga
mendukung kejadian TB paru.
ANALSIA KASUS
• Efusi pleura pada kasus TB paru dapat terjadi karena adanya peradangan yang membuat
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga terjadi pengeluaran cairan ke
rongga pleura.
• Penyebab pleuritis eksudativa tersering adalah infeksi M. tuberculosis yang dikenal sebagai
pleuritis tuberkulosa eksudativa.
• Analisis cairan pleura baik secara maksroskopi maupun mikroskopi diperoleh hasil bahwa
cairan pleura adalah eksudat.
• Konfirmasi dari hasil pemeriksaan rӧntgen dada ditemukan hidropneumothorax pada paru
kanan.
ANALSIA KASUS
• TB paru umumnya dihubungkan dengan faktor kebiasaan, tempat tinggal yang overcrowded,
sanitasi lingkungan yang buruk, ventilasi rumah yang tidak baik, dan yang terutama adalah
seringnya terapapar dengan penderita TB.
• Pekerjaan sebagai supir angkot dan kebiasaan merokok dapat menunjang terjadinya penurunan
fungsi makrofag alveolar dalam melakukan fagositosis kuman M.Tuberculosis sehingga
mendukung kejadian TB paru.
ANALSIA KASUS
• WSD yang fungsinya untuk drainase cairan eksudat dan juga udara pada cavum pleura dextra.
• OAT terus dilanjutkan sesuai dengan berat badan pasien (54 kg) OAT KDT kategori I tahap
intensif dengan 3 tablet 4KDT dan tahap lanjutan 3 tablet 2KDT.
• Pasien menderita penyakit DM tipe-2, maka diberikan juga terapi insulin pada pasien
Novorapid 3 x 6 unit dan Levemir 1 x 10 unit
• Prognosis pada kasus yaitu quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam dubia ad malam,
serta quo ad sanationam dubia ad malam.
TERIMAK ASIH
D A V I N C AT U R P U T R A S E T I A M A N A H , S . K E D .
T R I I N DA H M O U L I N A , S . K E D.