Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Pterigium  Pterygos (bahasa Yunani) yang artinya sayap.

Pterigium:
Suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva berupa
granulasi fibrovaskular dari (sebelah) nasal konjungtiva bulbar
yang berkembang menuju kornea hingga akhirnya menutupi
permukaan kornea yang bersifat degeneratif dan invasif.
Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun
temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk segitiga dengan
puncak di bagian sentral atau di daerah kornea

“Pterigium dapat mengenai kedua mata dengan derajat pertumbuhan


yang berbeda.”
Prevalensi Pterigium
• Di dunia berkisar antara 0,3-0,7%.
• Di Amerika Serikat sangat bervariasi tergantung pada lokasi
geografisnya.
“Prevalensi pterigium meningkat seiring meningkatnya usia”
Penelitian di Victoria, Australia menunjukkan pterigium paling banyak
terdapat pada populasi usia > 40 tahun.
Pterigium jarang terjadi pada populasi usia < 20 tahun
Sinar ultraviolet (UV) terutama sinar UV-B merupakan faktor resiko
yang paling bermakna dalam patogenesis pterigium.
Di daerah tropis seperti Indonesia, dengan paparan sinar matahari
tinggi, resiko timbulnya pterigium 44 kali lebih tinggi dibandingkan
daerah non tropis.
Etiologi
Etiologi pterigium tidak diketahui dengan jelas.
Diduga suatu neoplasma, radang ataupun degenerasi.
Disebabkan oleh iritasi yang terus menerus dari angin, sinar matahari,
udara yang panas dan debu.
Pada tahap awal
penderita sering mengeluhkan matanya terasa panas, perasaan
mengganjal seperti ada benda asing, mata merah, dan adanya gangguan
penglihatan.

Tatalaksana untuk pterigium meliputi terapi konservatif & pembedahan.


PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan pterigium
1. Obat-obatan (pterigium derajat 1 dan 2)
2. Tindakan pembedahan (pterigium yang melebihi derajat 2)
Tindakan bedah juga dipertimbangkan pada pterigium derajat 1
atau 2 yang telah mengalami gangguan penglihatan.
• Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes
mata dekongestan.
• Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam
bentuk salep.
• Lindungi mata yang terkena pterigium dari sinar matahari, debu dan
udara kering dengan kacamata pelindung.
Indikasi Operasi pterigium
1. Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus
2. Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi
pupil
3. Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan
silau karena astigmatismus
4. Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.
Indikasi untuk eksisi pterigium adalah ketidaknyamanan yang menetap
seperti
• Gangguan penglihatan
• Ukuran pterigium >3-4 mm
• Pertumbuhan yang progresif menuju tengah kornea atau visual axis
• Adanya gangguan pergerakan bola mata.
Eksisi pterigium bertujuan untuk mencapai keadaan normal yaitu
gambaran permukaan bola mata yang licin.
Teknik Pembedahan
Tantangan utama dari terapi pembedahan pterigium adalah
kekambuhan, dibuktikan dengan pertumbuhan fibrovascular di limbus
ke kornea.
Eksisi pterigium adalah langkah pertama untuk perbaikan.
Banyak dokter mata lebih memilih untuk memisahkan ujung pterigium
dari kornea yang mendasarinya. Keuntungan termasuk epithelisasi yang
lebih cepat, jaringan parut yang minimal dan halus dari permukaan
kornea.
Teknik Pembedahan yang dilakukan pada pasien dengan pterigium,
antara lain:
1. Teknik Bare Sclera
Melibatkan eksisi kepala dan tubuh pterigium, sementara
memungkinkan sklera untuk epitelisasi. Tingkat kekambuhan tinggi,
antara 24% dan 89%.
2. Teknik Autograft Konjungtiva
Memiliki tingkat kekambuhan dilaporkan serendah 2% dan
setinggi 40%. Prosedur ini melibatkan pengambilan autograft, biasanya
dari konjungtiva bulbar superotemporal, dan dijahit di atas sclera yang
telah di eksisi pterigium tersebut.
Komplikasi jarang terjadi, dan untuk hasil yang optimal
ditekankan pentingnya pembedahan secara hati-hati.
Angka kekambuhan sangat rendah dengan teknik ini.
3. Cangkok Membran Amnion
Mencangkok membran amnion juga telah digunakan untuk
mencegah kekambuhan pterigium. Meskipun keuntungkan dari
penggunaan membran amnion ini belum teridentifikasi, sebagian besar
peneliti telah menyatakan bahwa membran amnion berisi faktor
penting untuk menghambat peradangan dan fibrosis dan epithelialisai.
Sayangnya, tingkat kekambuhan sangat beragam pada studi yang
ada, diantara 2,6% dan 10,7% untuk pterygia primer dan setinggi 37,5%
untuk kekambuhan pterygia.
KOMPLIKASI
Pterigium dapat menyebabkan komplikasi seperti scar
(jaringan parut) pada konjungtiva dan kornea, distorsi dan
penglihatan sentral berkurang, scar pada rektus medial dapat
menyebabkan diplopia.
Komplikasi post eksisi pterigium, yaitu:
- Infeksi, reaksi benang, diplopia, scar kornea, conjungtiva graft longgar,
dan komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous
hemorrhage atau retinal detachment
- Penggunaan mytomicin C post dapat menyebabkan ectasia atau
melting pada sklera dan kornea
Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterigium adalah rekuren
pterigium post operasi. Simple eksisi mempunyai tingkat rekuren yang
tinggi kira-kira 50-80 %. Dapat dikurangi dengan teknik conjungtiva
autograft atau amnion graft.
Komplikasi yang jarang adalah malignant degenerasi pada jaringan
epitel di atas pterigium.
PROGNOSIS

Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Rasa


tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi,
kebanyakan pasien setelah 24 jam postop dapat beraktivitas kembali.
Pasien dengan rekuren pterigium dapat dilakukan eksisi ulang dan graft
dengan autograft atau transplantasi membran amnion.

Anda mungkin juga menyukai