Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KONFLIK

Oleh : Siti Aisah (F12717361)


 Konflik tampaknya tidak pernah lekang dalam kehidupan
sehari-hari. Konflik memberikan dampak negatif dalam
kehidupan di masyarakat. Konflik seringkali menimbulkan
perkelahian, baik berupa perdebatan secara verbal
maupun adu fisik. Selain itu, konflik juga dapat merubah
perilaku seseorang seperti mengalami depresi dan stress.
Komunikasi menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan
suatu konflik dalam kehidupan sehari-hari.
 Komunikasi yang efektif dapat memberikan ketenangan
dalam pemikiran, sehingga emosi dalam diri seseorang
dapat dikontrol dengan baik. Selain komunikasi, interaksi
juga dibutuhkan untuk menghindari suatu konflik. Seseorang
akan memahami karakter dan perilaku orang lain apabila
melakukan proses interkasi. Komunikasi dan interaksi
merupakan dua unsur yang terikat
Konflik memang memiliki dampak negatif. Konflik
dapat mengancam eksistensi sebuah kelompok juga
dapat merusak hubungan antar individu. Namun,
dengan adanya konflik, individu individu dalam
kelompok akan belajar bagaiamana mengelola dan
mengatasi sebuah konflik sehingga organisasi atau
kelompok menjadi lebih matang atau dewasa.
Konflik merupakan hal yang natural yang pasti akan
selalu terjadi dalam kelompok atau organisasi,
namun terkadang konflik tidak dikelola dengan baik
yang akhirnya berujung pada pemisahan
(segregasi) dari individu yang menjalani komunikasi
antar pribadi tersebut.
 Setiap individu antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan
pendapat, atau perbedaan kepentingan.
 Pengertian Konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
percekcokan; perselisihan; pertentangan;
 Menurut Johnson, 1981 Yang dimaksud konflik adalah situasi di mana tindakan
salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu
tindakan pihak lain.
 Menurut Robbin (1996), konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif.
 Konflik adalah perbedaan tujuan, harapan, kepentingan dan cara pandang
yang mempengaruhi hubungan antara dua pihak atau lebih.
 Konflik merupakan fakta kehidupan yang terjadi terlepas dari apakah orang
menginginkannya atau tidak. Konflik terjadi bila kelompok atau pihak-pihak
berusaha mencapai tujuan-tujuan yang tidak sesuai atau bertentangan. Konflik
melibatkan pemikiran, emosi (perasaan-perasaan), pemikiran dan tindakan
(tingkah laku) orang-orang.
 Konflik yang mungkin terjadi dalam komunikasi:
Konflik yang Bersumber pada Unsur Kebudayaan
Konflik tentang Perbedaan Persepsi dan Sikap
Konflik tentang Perbedaan Perspektif
Konflik tentang Stereotip dan Prasangka
 Berdasarkan Analisis R.D. Nye terdapat lima sumber penyebab
konflik dalam hubungan interpersonal yaitu:
Kompetisi
Dominasi
Kegagalan
Provokasi
 Sikap Tertutup yang Dapat Menimbulkan Konflik
 Menilai pesan berdasarkan motif pribadi
 Berpikir Simplistis
 Berorientasi pada sumber
 Mencari informasi dari sumber sendiri
 Secara kaku mempertahankan dan membela system kepercayaannya
 Tidak mampu membiarkan inkonsistensi
 Menurut De Vito (dalam Budyatma,2008:8.13) ada strategi-strategi yang tidak
produktif dalam menyelesaikan konflik tetapi tambah memperkeruh konflik, yaitu:
 Penjauhan diri atau redefinisi
 Kekuatan atau paksaan
 Minimisasi
 Menyalahkan
 Membuat orang lain bungkam
 Gunnysacking
 Betlining
 Konflik antara orang-orang adalah fakta kehidupan dan itu tidak selalu
berarti buruk. Bahkan, hubungan dengan konflik sering mungkin lebih
sehat dari satu konflik yang tidak diamati.
 Konflik terjadi pada semua tingkat interaksi di tempat kerja, di antara
teman-teman, dalam keluarga dan hubungan antara mitra. Ketika konflik
terjadi, hubungan dapat menjadi lemah atau diperkuat.
 Dengan demikian, konflik adalah peristiwa penting dalam perjalanan
suatu hubungan. Konflik dapat menimbulkan kebencian, permusuhan dan
mungkin akhir dari hubungan.
 Jika ditangani dengan baik, bagaimanapun, konflik dapat menjadi
produktif mengarah ke pemahaman yang lebih dalam, saling
menghormati dan kedekatan.
 Apakah hubungan itu sehat atau tidak sehat tidak banyak bergantung
pada jumlah konflik antara peserta, tetapi pada bagaimana konflik
diselesaikan.
 Konflik dapat dipandang sebagai suatu kekuatan positif, jika dikelola dan
dimanfaatkan dengan cara yang benar untuk meningkatkan kinerja dan perubahan
dalam membangun individu. Namun sebaliknya akan berakibat buruk jika, konflik
dipandang sebagai kekuatan untuk mempertahankan ketidakstabilan dan
memperkuat kekuasaan bagi setiap personal terhadap orang lain. Sesungguhnya,
bila kita mampu mengelola secara konstruktif, konflik justru dapat memberikan
manfaat positif bagi diri kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan orang lain.
Beberapa contoh manfaat positif dari konflik adalah sebagai berikut (Johnson, 1981):
 Dengan kata lain, konflik dalam hubungan antarpribadi sesungguhnya memiliki
potensi menunjang perkembangan pribadi kita sendiri maupun perkembangan
relasi kita dengan orang lain. Asal, kita mampu menghadapi dan memecahkan
konflik-konflik semacam itu secara konstruktif, ada empat hal yang dapat kita
jadikan patokan untuk menetapkan apakah konflik yang kita alami bersifat
konstruktif atau destruktif. Suatu konflik bersifat konstruktif bila sesudah
mengalaminya:
1. Hubungan kita dengan pihak lain justru lebih erat, dalam arti lebih mudah
berinteraksi dan bekerjasama.
2. Kita dan pihak lain justru lebih sering menyukai dan saling mempercayai.
3. Kedua belah pihak sama-sama merasa puas dengan akibat-akibat yang timbul
setelah berlangsungnya konflik.
4. Kedua belah pihak makin terampil mengatasi secara konstruktif konflik-konflik baru
yang terjadi di antara mereka.
 Menurut Fauzan,Lutfi dkk (2008:19) konflik komunikasi perlu diatasi dengan
berbagai cara berikut:
 Perlu keterampilan untuk membedakan yang wajar dan sehat serta terampil untuk
mengelolanya
 Menetapkan batas secara konstruktif
 Memulai percakapan yang bermanfaat dan dapat diterima setiap pihak
 Mengarahkan pada batas-batas yang disepakati
 Terampil menyatakan ketidaksetujuan tanpa ada kesan kesan menolak gagasan
pihak lain
 Sebaliknya, ia mampu menerima ketidaksetujuan pihak lain tanpa merasa ditolak
 Melihat konflik dari sudut pandang orang lain
 Mengarahkan keputusan pada keputusan bersama
 Cara kita bertingkah laku dalam suatu konflik dengan orang lain, akan ditentukan oleh
seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain kita rasakan.
Berdasarkan dua pertimbangan di atas, dapat ditemukan lima gaya dalam mengelola
konflik antarpribadi (Johnson, 1981):
 Johnson, D.W, Reaching out. Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1981.
 Gaya kura-kura. Konon, kura-kura lebih senang menarik diri bersembunyi di balik
tempurung untuk menghindari konflik. Mereka cenderung menghindar dari pokok-pokok
soal maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik. Mereka percaya
bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah menarik diri,
secara fisik maupun psikologis, dari konflik daripada menghadapinya. Dalam
pewayangan, sikap semacam ini kiranya kita temukan dalam figure Baladewa.
 Gaya ikan hiu. Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima
solusi konflik yang ia sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah yang utama,
sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting. Baginya, konflik harus
dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lain kalah. Watak ikan hiu
adalah selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengungguli dan
mengancam ikan-ikan lain. Dalam pewayangan, sikap ini kiranya dapat kita temukan
dalam figure Duryudana.
 Gaya kancil. Seekor kancil sangat mengutamakan hubungan, dan kurang
mementingkan kepentingan pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai binatang lain. Ia
berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi kerukunan. Setiap konflik tidak mungkin
dipecahkan tanpa merusak hubungan. Konflik harus didamaikan, bukan dipecahkan,
agar hubungan tidak menjadi rusak. Dalam dunia pewayangan, sikap ini kiranya dapat
kita temukan dalam diri tokoh Puntadewa.
 Gaya rubah. Rubah senang mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya tujuan-tujuan
pribadi maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup penting. Ia mau
mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi
tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama.
 Gaya burung hantu. Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya
sekaligus hubugannya dengan pihak lain. Baginya, konflik merupakan masalah yang
harus dicari pemecahannya dan pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan
pribadinya maupun tujuan-tujuan pribadi lawannya. Baginya, konflik bermanfaat
meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan yang terjadi di antara
dua pihak yang berhubungan. Menghadapi konflik, burung hantu akan selalu berusaha
mencari penyelesaian yang memuaskan kedua pihak dan yang mampu menghilangkan
ketegangan serta perasaan negatrif lain yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak
akibat konflik itu. Dalam dunia pewayangan, sikap ini kiranya dapat kita temukan dalam
figure Kresna.
 Manajemen Konflik dalam KAP
 Manajemen konflik merupakan metode, tahapan, cara, usaha, strategi untuk
mengarahkan perselisihan atau konflik yang terjadi menuju penyelesaian agar
menciptakan perilaku-perilaku positif seperti memberikan ketenangan, perdamaian,
dan hal positif lainnya. Menurut Ross, manajemen konflik adalah langkah-langkah yang
diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kearah
hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal
positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
 Berikut merupakan manajemen konflik dalam komunikasi antar pribadi Faktor-faktor
yang penting dalam pengelolaan komunikasi antar pribadi adalah:
1. Percaya (Trust)
2. Sikap Sportif
3. Tanggung jawab terhadap pemikiran dan perasaan
4. Langsung dan spesifik
5. Bertengkar secara aktif
6. Meredakan ketegangan dengan humor
7. Sikap Terbuka (open-mindedness)
 Budyatna dan Ganiem (2011) dalam bukunya Teori Komunikasi Antarpribadi mencoba
menuliskan beberapa pendapat ahli mengenai tiga kecakapan komunikasi yang
mengembangkan pengelolaan konflik secara berhasil. Tujuan utama dalam mengelola
konflik supaya adanya kesesuaian dan efektifitas dalam perilaku individu sendiri dan
untuk mengacaukan pola-pola destruktif dengan menggunakan kecakapan
berkomunikasi yang mengembangkan pengelolaan konflik secara berhasil, yaitu:
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona. Teori Komunikasi Antarpribadi.
(Jakarta: Kencana, 2011)
1. Kecakapan berkomunikasi untuk memprakarsai konflik
o Mengakui dan menyatakan mempunyai masalah yang nyata.
o Jelaskan dasar dari konflik yang potensial dalam arti perilaku, konsekuensi dan perasaan.
o Hindarkan menilai motif-motif orang lain.
o Pastikan orang lain paham masalah yang sedang dihadapi.
o Utarakan solusi yang dipilih sedikit banyak dapat memusatkan pada dasar yang sama.
o Mental harus dipersiapkan dulu mengenai apa yang akan dikatakan sebelum berhadapan
dengan orang lain, sehingga permintaan akan singkat dan tepat.
o Buatlah singkat.
2. Kecakapan berkomunikasi untuk merespons konflik
Adalah lebih sulit untuk menciptakan iklim yang kolaboratif apabila untuk merespons
konflik yang diprakarsai oleh pihak lain daripada memulai konflik yang tepat. Kebanyakan
orang tidak menggunakan rangkaian perilaku konsekuensi-perasaan untuk memprakarsai
konflik, dan malah sebaliknya menyatakan perasaannya secara tidak tepat dan eveluatif
yang dapat membahayakan pihak lain, dan sulit bagi pihak-pihak lain untuk mengatasi
sifat mereka yang defensif dan merespons tidak tepat. Tugas yang paling berat sebagai
pemberi respons ialah menangani konflik yang diprakarsai secara efektif dan
mengubahnya ke dalam diskusi pemecahan masalah yang produktif. Berikutnya adalah
petunjuk-petunjuk yang akan membantu merespons secara efektif dalam situasi-situasi ini.
o Gunakan “tameng” mental untuk merespons secara efektif
o Berikan respons yang empatik dengan kepentingan dan kepedulian yang sungguh-sungguh
o Uraikan dengan kata-kata sendiri pemahaman mengenai masalah itu dan ajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan masalah
o Carilah persamaan dasar dengan menemukan aspek dakwaan yang disetujui
o Minta kepada pemrakarsa konflik untuk menyarankan solusi alternatif
3. Kemampuan berkomunikasi untuk menengahi konflik
Terkadang seseorang diminta untuk menengahi pada sebuah konflik mengenai orang lain.
Seorang penengah adalah pihak ketiga yang tidak terlibat ke dalam konflik dan bertindak
sebagai pemandu yang netral dan tidak memihak, mengatur sebuah interaksi yang
memungkinkan pihak-pihak yang konflik untuk menemukan solusi mengenai masalah mereka
yang dapat diterima secara timbal balik. Para penengah dapat memainkan peran dalam
menyelesaikan konflik jika mereka memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini.
o Pastikan bahwa orang-orang yang terlibat konflik setuju bekerja sama
o Bantu orang-orang untuk mengidentifikasi konflik yang sebenarnya
o Pelihara netralitas
o Jaga supaya pembicaraan terfokus pada masalah-masalah dan bukan pada pribadi-
pribadi
o Mengusahakan untuk menjamin waktu bicara yang sama
o Pusatkan pembicaraan dalam menolong kedua belah pihak mencari penyelesaian
o Gunakan persepsi untuk mengecek dan membuat uraian dengan kata-kata
sendiri untuk memastikan kedua belah pihak benar-benar memahami dan
mendukung penyelesaian yang telah disetujui
o Buatlah rencana kegiatan dan prosedur tindak lanjutnya
 Penutup
 Pengelolaan Komunikasi antar pribadi dibutuhkan untuk mengatur kembali tatanan
komunikasi antar pribadi sehingga menjadi lebih baik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas komunikasi antar pribadi. Sebagian besar orang memiliki
kesalahpahaman persepsi mengenai konflik. Mereka berpikir bahwa konflik itu buruk
dan harus dihindari. Mereka memandang konflik secara negatif. Terkadang orang juga
berpikir bahwa konflik hanya menimbulkan frustasi dan tidak menyehatkan. Padahal
koflik juga membawa efek positif dalam suatu hubungan jika dapat melakukan
menajemen konflik dengan baik.
 Kita perlu memahami strategi yang biasa kita gunakan dalam menghadapi dan
memecahkan konflik dalam hubungan kita dengan orang lain. Dengan memahami
strategi yang biasa kita pakai, kita berharap akhirnya dapat membiasakan diri
menggunakan strategi yang paling efektif ditinjau dari sudut tercapainya tujuan-tujuan
pribadi kita maupun terpeliharanya hubungan baik dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai