Anda di halaman 1dari 15

JURNAL READING

KELENJAR BARTHOLIN DENGAN NODUL DAN KISTA YANG


MENGANDUNG MUCUS

OLEH : HENI PURWANTI (16710372)

PEMBIMBING :
DR. SONIA RAHAYU, SP.OG
DR. GAZALI RUSDI, SP.OG
DR. JAKA NUGRAHA, SP.OG
DR. YUDI RIZAL

KEPANITERAAN KLINIK DOKTER MUDA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SMF ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD NGANJUK
2017
PENDAHULUAN
 Kelenjar Bartholin terletak di posterior labium
majus, berukuran 8-10 mm dan tidak memiliki
kapsul. Fungsinya adalah untuk memproduksi
mukus sebagai pelumas selama berhubungan
seksual. Mukus bermuara pada duktus Bartholin
yang berukuran kira-kira 2,5 cm dan terbuka di
vestibulum vulva bagian posterior, di bagian distal
dari kurunkula himenalis.
 Penyebab paling umum diakibatkan oleh obstruksi
dan dilatasi saluran kelenjar bartholin.
 Terapi yang biasa dilakukan adalah marsupialisasi
atau fistulisasi (mis., Dengan kateter), menghasilkan
persimpangan baru antara saluran (ductus) dan
vestibulum.
CASE HISTORY
 Pasien pertama, berusia 25 tahun datang ke dokter
kandungan karena labium majus yang membengkak di
kedua sisinya. Dia mengalami rasa sakit selama dan setelah
berhubungan seksual. Bengkak labia majora bersifat difus
dan lunak, seperti pada edema non-pitting, dan tidak ada
nodus yang teraba. Kaki dan panggulnya kurus.
 Hasil MRI menunjukkan struktur multikistik dengan diameter hampir 3
cm di kedua sisi lateral di daerah perineum. Selain itu, struktur kistik
dengan panjang lebih dari 6 cm tampak di kanan labium majus langsung
di bawah kulit [Gambar. 1 dan 2]. Ahli Ginekolog tersebut memutuskan
untuk melakukan eksplorasi bedah. Langsung pada sayatan vestibulum,
sejumlah besar lendir bening mengalir. Tidak ada dinding kistik yang
bisa diidentifikasi. Sebuah nodul teraba pada sisi medial ramus inferior
os pubis, dan kemudian dipotong.
 Ahli patologi mendiagnosis hiperplasia glandular dengan mukus di luar
kelenjar.
 Enam minggu kemudian, pasien mengeluhkan pembengkakan dan nyeri
di sisi kanan vulva saat hubungan seksual. Setelah diperiksa, labium
menunjukkan kontur yang menonjol dengan konsistensi lunak dan
menyebar di bawahnya, yang tampak sebagai hasil dari mukus
subkutan.

 Setelah palpasi dalam (VT), didapatkan nodul dengan diameter 2 cm .


Dalam prosedur pengulangan, dengan sayatan melalui lipatan labio-
crural, mucus dikeringkan dan nodul dipotong [Gambar. 4]. Pemeriksaan
Histologi kembali menunjukkan hiperplasia nodular.
 Pasien kedua, seorang wanita berusia 28 tahun dengan
bengkak pada labium majus sejak tiga bulan. Pemberian
antibiotik hanya memberikan penanganan sementara. Pada
pemeriksaan klinis, kontur labia normal. Ginekolog
menemukan pembengkakan bulat halus yang 'agak dalam'
dengan diameter 1,5 cm di sisi kiri. Tujuan dari intervensi
bedah adalah marsupialisasi. Namun, tidak ada kista seperti
yang diharapkan; tetapi ada pembengkakan dengan
konsistensi padat kenyal pada sisi medial ramus inferior
tulang kemaluan.
 Bengkak sebagian dieksisi.

 Ahli patologi menggambarkan adanya jaringan kelenjar dan


perubahan myxoid pada stroma yang sesuai dengan
akumulasi mucus. Pasien memiliki permasalahan pasca
operasi yang berlarut-larut dengan perdarahan, nyeri dan
pembengkakan labium majus kiri. Antibiotik tidak
mengubah kondisi klinisnya. pasien berangsur-angsur pulih.
 Empat bulan setelah operasi, pasien
mengeluhkan pembengkakan berukuran sebesar
telur di labium majus saat berhubungan seksual.
Setelah pemeriksaan klinis, labium majus kiri
sedikit lebih besar dari yang normal, dan
kulitnya hyperalgesia.
 Bila labium ditekan akan menghasilkan mukus
yang jernih di vestibulum. Kemudian di
perineum, pembengkakan berdiameter 1-1,5 cm
teraba. Tiga puluh bulan setelah operasi, dia
tidak mengalami pembengkakan vulva lagi saat
berhubungan seksual, namun ada banyak aliran
lendir selama dan setelah berhubungan seksual.
 Pasien ketiga, seorang wanita berusia 23 tahun datang
ke ginekolog karena sakit vulva saat berhubungan
seksual sejak satu setengah tahun terakhir. Pasien
menunjukkan pembengkakan kelenjar Bartholin
dengan diameter 1,5 cm, yang terasa sakit saat
ditekan. direncanakan marsupialisasi bilateral.
Setelah melakukan eksisi kecil melingkar pada bagian
epitel vestibular, pembengkakan terbukti solid.
 Biopsi dilakukan untuk tujuan diagnostik, dan operasi
selesai. Ahli patologi mengamati struktur kelenjar
normal yang tidak menentu tanpa tanda-tanda
hiperplasia nodular.
 Dalam operasi pengulangan melalui sayatan
vestibular, kelenjar nodular seluler dan nodus
Bartholin yang terletak sangat dalam, berukuran
2-3 cm, dipotong. Kehilangan darah sebesar 150
ml.
 Ahli patologi memberikan diagnosis hiperplasia
nodular.
DISKUSI

 Ketiga wanita ini memiliki hiperplasia nodular kelenjar


Bartholin. Pada hiperplasia nodular, ada peningkatan
jumlah acini sekretori namun terdapat hubungan gambaran
normal dari asini dan saluran pengeringan. Kontur bagian
luar kelenjar lobulated atau tidak beraturan (ireguler). Pada
laporan yang telah lalu, istilah 'adenoma' dan 'hamartoma'
telah digunakan untuk lesi yang sekarang ditunjuk sebagai
'nodular hyperplasia' .
 Laporan secara perspektif histopatologis tentang hiperplasia
nodular jarang terjadi, kami menghitung dua seri yang lebih
besar dengan 17 dan 10 pasien masing-masing dan lima
laporan kasus dengan total 12 pasien. Kelenjar yang
dipotong, seperti yang ditawarkan kepada ahli histopatologi,
memiliki diameter maksimum rata-rata 2,3 cm (kisaran 1,2-4
cm) dalam laporan pada 17 pasien dan 2,4 cm (kisaran 1,3-
4,5 cm) dalam laporan pada 10 pasien. Bilateral dilaporkan
pada 1 dari 27 pasien dalam rangkaian kasus yang lebih
besar dan pada 5 dari 12 pasien dalam laporan kasus.
 Secara mikroskopis, mucin dan selaput bening
yang diinspeksi dengan mukus dan mukus bebas
lendir di stroma telah diamati pada sebagian
besar lesi. Gangguan kelenjar dan duktus terjadi
bersamaan. Kista duktus Bartholin dilaporkan
dalam 3 dari 10 pasien dalam satu laporan dan 2
dari 5 pasien di lain.
 Dalam literatur bahasa Inggris dengan
perspektif ginekologi klinis, ditemukan 8 laporan
kasus dari 7 pasien; Satu pasien menjadi subjek
dua laporan. Gejala yang menyertainya adalah
nyeri dan pembengkakan saat berhubungan
seksual, pembengkakan tanpa rasa sakit pada
berhubungan seksual pada satu pasien,
dispareunia pada satu pasien, nyeri dan
pembengkakan, dan tidak ada gejala tapi
terdapat massa pada tiga wanita. Massa
bilateral pada tiga pasien dan unilateral pada
empat pasien.
 Rasa sakit pada kasus penyumbatan saluran
kelenjar Bartholin merupakan gejala yang
umum. Pada hiperplasia nodular, volume atau
konsistensi lendir menyebabkan gangguan
pengeringan. dapat di asumsikan bahwa wanita
yang mengalami nyeri saat hubungan seksual
juga akan mengalami dispareunia.
 Pada beberapa pasien, pembengkakan lokal
diamati di daerah labium majus yang lebih
rendah. Pasien dengan labium majus yang
membesar dengan konsistensi halus. Lendir
tersebar di stroma, suatu kondisi yang disebut
'diseksi mucin'.
 Pembesaran nodular kelenjar Bartholin sangat
diharapkan, meskipun hiperplasia nodular dapat
terjadi tanpa diseksi mukosa (dalam 4 dari 17
pasien).
 Hiperplasia nodular dapat terjadi pada kedua
sisi tetapi hanya simtomatik pada satu sisi
(seperti pada pasien nomor 2).
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat
    Surat
    Dokumen4 halaman
    Surat
    Anonymous XsERfJPwt
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen25 halaman
    Daftar Isi
    Anonymous XsERfJPwt
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen56 halaman
    Hipertensi
    Anonymous XsERfJPwt
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertensi
    Referat Hipertensi
    Dokumen31 halaman
    Referat Hipertensi
    Anonymous XsERfJPwt
    Belum ada peringkat