Anda di halaman 1dari 79

Hj. Ida Sa’adah, SH., M.Si.

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945,adalah suatu negara yang
berkedaulatan rakyat,terletak diantara Samudera India dan Samudera Pasifik,serta diapit oleh dua benua yakni benua Asia dan benua Australia.

Penduduknya tidak kurang dari 200 juta jiwa yang menyebar pemukimannya di seluruh wilayah Nusantara,yang memiliki berbagai macam
perbedaan,baik bersifat vertikal maupun yang bersifat horisontal sehingga bangsa atau warga negara Indonesia lebih dikenal dengan masyarakat
majemuk.

Menyadari kondisi yang melekat pada diri bangsa Indonesia yang majemuk ini,mendorong semangat untuk membina rasa persatuan dan
kesatuan bangsa,berfikir dan bertindak secara konfrehensif integral,berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Bangsa Indonesia dalam pertumbuhan dan perkembangan sebagai proses pencapaian cita – cita dan tujuan nasionalnya seperti tersebut dalam
Pembukaan UUD 1945,senantiasa memperoleh berbagai macam bentuk ancaman,tantangan,hambatan,dan gangguan dari berbagai pihak yang
ingin menggagalkan usaha dan perjuangan bangsa Indonesia,baik usaha dari dalam maupun dari luar negeri.Untuk mengantisipasi berbagai macam
bentuk ATHG tersebut,bangsa Indonesia khususnya para mahasiswa perlu dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi agar memiliki
kemampuan dalam wujud ketahanan nasional,antara lain melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan dimaksud untuk memberikan pengetahuan yang
bersifat pendalaman kesadaran para mahasiswa Indonesia dalam posisinya sebagai
warga negara terhadap negaranya terutama berkaitan dengan hak dan
kewajibannya,serta pendidikan pendahuluan bela negara,sebagai bekal agar kelak
menjadi warga negara yang dapat diandalkan .
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan,mahasiswa Indonesia didambakan agar
menjadi manusia warga negara Indonesia terlebih dahulu,kemudian menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni,sehigga kelak menjadi manusia dan warga negara
Indonesia yang unggul dalam penguasaan Iptek dan seni,namun tidak kehilangan jati
dirinya atau tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia dan keimanannya
A. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

Kompetensi diartikan sebagai perangkat tindakan cerdas,penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang agar ia mampu melaksanakan
tugas – tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi lulusan Pendidikan Kewarganegaraan adalah “ Seperangkat tindakan cerdas,penuh rasa tanggung
jawab dari seorang warga dalam berhubungan dengan negara,dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara dengan
menerapkan konsepsi falsafah bangsa,Wawasan Nusantara,dan Ketahanan Nasional “. Sifat cerdas dimaksud tersebut tampak dari kemahiran,ketepatan,dan
keberhasilan bertindak,sedangkan sifat tanggung jawab tampak pada kebenaran tindakan,ditilik dari nilai ilmu pengtahuan dan teknologi,etika maupun
kepatutan ajaran agama dan budaya.

Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan membuahkan sikap mental para mahasiswa yang tangguh,dan penuh rasa tanggung jawab terhadap
bangsa dan negara dengan beberapa wujud perilaku antara lain sebagai berikut :

- Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai – nilai falsafah pancasila.

- Berbudi pekerti luhur,disiplin dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

- Bersikap rasional,dinamis serta sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

- Bersikap profesioal yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

- Aktif memanfaatkan Iptek dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.
B. Landasan dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi :

- Pancasila sebagai landasan Idil.

- UUD 1945 sebagai landasan konstitusi, dan

- UU No. 20 Tahun 2003 sebagai landasan operasional

Adapun Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan,adalah agar mahasiswa dapat :

1. Memahami dan mampu melaksnakan hak dan kewajiban secara santun,jujur dan demokratis.

2. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara yang hendak diatasi berdasarkan Pancasila,Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan penuh
rasa tanggung jawab.

3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai perjuangan bangsa yakni nasionalisme dan
patriotisme.
C. Negara dan Warganegara Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno – Hatta atas
nama bangsa Indonesia,pada hakekatnya adalah milik seluruh WNI ( Bangsa Indonesia ). Sebagai pemilik NKRI maka seluruh WNI merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam NKRI yang terwujud dalam Undang – Undang.Karena seluruh WNI menjadi pemilik NKRI,maka ia
berkewajiban untuk menjaga,mengamankan,membela,dan mempertahankan hak miliknya itu.

NKRI yang merupakan hasil perjuangan segenap bangsa Indonesia ini,bukan tujuan akhir perjuangan bangsa,melainkan merupakan alat
perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita – cita dan tujuan Nasional sebagaimana diatur dalam pembukaan UUD 1945.

Demikian pula halnya menyangkut bentuk kedaulatan Negara dengan tegas dinyatakan dalam UUD 1945, BAB I :

1. Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.

2. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD.

3. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum.

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai alat perjuangan bangsa dapat dilihat pada pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, yang menyatakan :
 NEGARA, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Negara Kesatuan

 Negara melindungi dan meliputi segenap bangsa

 Negara mengatasi segala faham golongan.

 NEGARA, hendak mewujudkan keadilan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia.

 NEGARA, berkedaulatan rakyat berdasarkan kerakyatan dan pemusyawaratan / perwakilan.

 NEGARA, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keempat pokok pikiran tersebut merupakan pancaran dari falsafah Pancasila sebagai dasar Negara sekaligus menjadi

pandangan / pedoman hidup bangsa Indonesia dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara menuju pencapaian cita – cita

dan tujuan nasional Indonesia.


1. Siapa Warganegara Indonesia.

Sesuai dengan UUD 1945 pada pasal 26 dinyatakan,bahwa :

1) Yang menjadi warganegara adalah orang – orang bangsa Indonesia asli dan orang – orang bangsa lain yang

disyahkan dengan undang – undang sebagai warganegara.

2) Syarat – syarat yang mengenai warganegara ditetapkan dengan undang – undang

Dari pernyataan pasal 26 UUD 1945 tersebut menegaskan bahwa yang menjadi warganegara Indonesia

adalah orang – orang bangsa Indonesia asli dan orang – orang bangsa lain misalnya peranakan Belanda,peranakan

Tionghoa,peranakan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada

Negara Kesatuan Republik Indonesia,yang disyahkan dengan undang – undang sebagai warganegara Indonesia.

Sedangkan mengenai Syarat – syarat menjadi warganegara juga harus ditetapkan dengan Undang - undang
2 Hak dan Kewajiban Warganegara untuk Membela NKRI.

Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut azas bahwa setiap warganegara mempunyai kebudykan yang sama dihadapan
hukum dan pemerintahan. Hal ini merupakan akibat dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan yang diatur pada
pasal 27 UUD 1945 sebagai berikut :

1) Segala warganegara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahandan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak kecualinya.

2) Tiap – tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3) Setiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Penegasan pasal 27 UUD 1945 diatas menunjukan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan tidak ada diskriminasi
diantara warganegara,baik mengenai hak maupun mengenai kewajiban.Selanjutnya menyangkut hak mempertahankan dan
mengamankan NKRI,ditegaskan dalam pasal 30 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan “ tiap – tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara “. Hal – hal menunjukan bahwa hak dan kewajiban untuk
membela,mengamankan, dan mempertahankan NKRI dari berbagai macam ancaman,tantangan,hambatan,dan gangguan dari
semua pihak yang bertujuan untuk merubah dan menghilangkan NKRI,menjadi tanggung jawab seluruh WNI sebagai pemilik
NKRI.
D. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.

Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha
untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar,berkenaan dengan kedudukan antara dirinya sebagai warganegara
dengan NKRI.Melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara ( PPBN),mahasiswa diharapkan menjadi warganegara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dalam membela dan mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bela negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945,dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Bela Negara karenanya tidak dipahami sebagai militerisme melainkan merupakan kegiatan WNI disemua aspek kehidupan nasional sesuai
dengan profesinya masing – masing.

Implementasi Bela Negara terdiri dari :

a. Spektrum lunak,yakni sikap batin yang abstrak dalam melindungi dan mempertahankan seluruh kepentingan nasional atas dasar cinta bangsa
dan negara.

b. Spektrum keras,yakni sikap nyata dalam menghadapi dan mengatasi segala ATHG demi mempertahankan eksistensi dan NKRI yang
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945
E. Demokrasi Indonesia.

Demokrasi dalam arti yang umum adalah Pemerintahan dari,oleh dan untuk rakyat.Negara Kesatuan R.I. dalam
pertumbuhandan perkembangannya sejak tahun 1945 sampai sekarang telah pernah mempergunakan tiga jenis / bentuk sistem
demokrasi,yaitu :
a. Demokrasi Liberal,dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1959.
b. Demokrasi terpimpin,dari tahun 1959 smpai tahun 1965.
c. Demokrasi Pancasila,sejak tahun 1966 sampai dengan sekarang.

Sistem Demokrasi Liberal,dimana titik berat pandangannya terletak kepada individu atau kelompok tertentu,sedang
demokrasi terpimpin yang menitik beratkan tinjauannya kepada mayoritas rakyat ( sistem partai ), ternyata tidak mampu
mengantarkan bangsa Indonesia menuju pencapaian cita – cita dan tujuan nasional seperti tersebut dalam Pembukaan UUD
1945,malah sebaliknya yang terjadi adalah pertentangan antara kelompok,keterbelakangan,kesulitan pemerintahan kebutuhan
bangsa serta keamanan dan kemerdekaan politiknya juga tidak terlindungi yang berakibat timbulnya berbagai macam masalah
nasional yang kadang kala mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang diproklamirkan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Sejak tahun 1966,bangsa Indonesia menggunakan sistem demokrasi sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia,yaitu Demokrasi Pancasila dengan ciri- ciri sebagai berikut :
a. Berazaskan kekeluargaan
b. Tidak menganut sistem minoritas dan mayoritas
c. Kebebasan Individu tidak bersifat mutlak.
Semangat kekeluargaan yang dianut dalam Demokrasi Pancasila senantiasa bernafaskan
semangat kesatuan dan persatuan meskipun dari unsur yang berbeda,Azas kekeluargaan ini tercemin
dalam kedudukan setiap WNI yang sama baik dibidang pemerintahan maupun hukum.
Demokrasi Pancasila yang tidak menganut sistem mayoritas dan minoritas,menunjukkan
ditolaknya sistem yang mengarah perlakuan diskriminasi kepada kelompok atau golongan tertentu
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Siapa saja diantara WNI yang berbuat baik untuk NKRI
pasti disanjung dan demikian sebaliknya pasti dihukum.
Kebebasan individu dalam Demokrasi Pancasila tidak bersifat mutlak,artinya kebebasan individu
itu harus dibatasi oleh kepentingan orang lain ( UU ) .
F. Hak – Hak Asasi Manusia.
Didalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang telah disetujui dan diumumkan oleh Resolusi Majelis Umum
Perserikatan Bangsa – Bangsa,No. 217 A ( III ) tanggal 10 Desember 1948,didalam Mukaddamiah mengemukakan tidak kurang dari 7
pertimbangan sebagai landasan akan pentingnya semua pihak untuk menghormati dan mematuhi pelaksanaan hak – hak azasi manusia
tersebut,demi ketenangan,kedamaian dan persahabatan antar manusia menjadi harmonis sepanjang masa.

Ketujuh pertimbangan yang merupakan landasan pelaksanaan HAM tersebut secara umum mengandung makna :

1. Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak – hak yang sama tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan.

2. Bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada HAM mengakibatkan perbuatan bengis,menimbulkan rasa kemarahan umat manusia.

3. Bahwa hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum.

4. Bahwa persahabatan antar negara perlu dianjurkan.

5. Bahwa bangsa – bangsa dari anggota PBB dalam piagam ini telah dinyatakan sekali lagi kepercayaan mereka akan hak – hak dasar manusia

6. Bahwa negara – negara anggota terlah berjanji akan mencapai perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak – hak asasi manusia.

7. Bahwa kepentingan umum terhadap hak – hak dan kebebasan ini penting untuk pelaksanaan yang benar dari janji ini.
Dengan pedoman kepada ketujuh pertimbangan diatas,maka dalam deklarasi HAM – PBB
tersebut diatas maka dijabarkan kedalam 30 pasal antara lain :
Pasal 1 :
Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak – hak yang sama,mereka
dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dengan persaudaraan.
Pasal 2 :
Setiap orang berhak atas penghidupan,kemerdekaan dan keselamatan orang.
Pasal 5 :
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan,perhambaan dan perdagangan budak
dalam bentuk apapun harus dilarang.
Demikian selanjutnya sampai pasal 30,yang pada umumnya merupakan perlindungan
HAM yang bersumber dari tiga unsur hak asasi yaitu : Hak milik , Hak hidup , dan Hak merdeka
yang secara alamiah dimiliki oleh setiap orang manusia beradap
Dari Deklarasi Universal tentang Hak – hak Asasi Manusia tersebut dapat dilihat bahwa manusia secara individu dan semua
orang yang beragama akan sependapat,namun manakala manusia telah memproklamirkan menjadi suatu kaum atau bangsa dalam
suatu negara ,maka status manusia individual akan menjadi status warganegara.Pemberian hak sebagai warganegara ini diatur
dalam mekanisme kenegaraan.Sebagai warganegara bukan hanya memperoleh hak namun memperoleh pula kewajiban.

Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia tentang HAM :

1. HAM bersumber dari ajaran agama,nila moral universal,dan nilai luhur bangsa Indonesia.

2. Bangsa Indonesia menghormati Deklarasi Universal HAM dan berbagai instrumen HAM lainnya.

3. HAM : hak dasar yang melekat secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

4. Manusia mempunyai hak dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya.

5. Perumusan HAM dilandasi oleh pemahaman terhadap citra,harkat dan martabat diri manusia sendiri.

6. Manusia hidup tidak terlepas dari Tuhan,sesama manusia dan lingkungan

7. Hak asasi dan kewajiban manusia terpadu dan melekat pada diri manusia
Berdasarkan hal – hal yang dikemukakan menyangkut Hak – Hak Azasi Manusia diatas,maka baik HAM
yang ditetapkan oeh PBB dengan melalui resolusi No . 217 A ( III ) tertanggal 10 Desember 1945,maupun HAM
yang diatur dalam UUD 1945,keduanya mengandung persamaan dan perbedaan.
Persamaanya adalah : kedua unsur HAM tersebut sama – sama bertujuan untuk
mengangkat,melindungi,serta mengamankan hak dan martabat serta harga diri umat manusia dipermukaan bumi ini
tanpa diskriminasi dari berbagai macam perbedaan bangsa,warna kulit,agama,dan sebagainya.
Adapun perbedaannya,lebih menekankan dari sudut kewajiban antar manusia itu sendiri.Jika HAM produk
PBB lebih menekankan kepada hak – hak individu untuk dilindungi,maka rumusan HAM yang diatur dalam UUD
1945,lebih menekankan kepada kewajiban antar manusia menuju perlindungan hak – hak individu.Artinya manusia
sebagai makhluk sosial,harus saling melindungi dan saling bekerjasama secara harmonis,dibawah lindungan Tuhan
YME.
Bahwa tujuan nasional secara tegas dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-Empat.Untuk
mencapai tujuan tersebut memerlukan waktu yang panjang,bahkan selama bangsa / negara Republik Indonesia
tetap tegak berdiri.Dengan demikian yang penting dalam hal ini adalah kelangsungan hidup bangsa / negara harus
dipertahankan dalam upaya merealisasi tujuan nasional tersebut
Untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa / negara Republik Indonesia tersebut harus dipandang secara
keseluruhan untuk meyeluruh sesuai dengan semangat pancasila,dengan perkataan lain bahwa Indonesia secara
nasional mempunyai cara pandangan yang meyeluruh untuk meyelenggarakan dan menjamin kelangsungan hidup
bangsa / negara Republik Indonesia.Cara pandangan yang demikian adalah cara pandangan nasional Indonesia yaitu
Wawasan Nusantara yang merupakan cerminan Pancasila.
Wawasan Nusantara adalah suatu gagasan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang mutlak sebagai pedoman
dan landasan perjuangan dalam upaya pencapaian tujuan nasional.
A. Beberapa Landasan pemikiran
Dari sekian banyak dasar pemikiran sebagai latar belakang Wawasan Nusantara,dapat
dikemukakan dua dasar peninjauan yaitu :
1. Dari Sudut geografis,geostrategis dan geopolitik
a. Geografis Indonesia.
Keadaaan geografis dan demografis Indonesia sebagai pulau negara terbesar diantara
negara – negara ASEAN merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.502 pulau terbesar
dan terkecil.Dari jumlah tersebut hanya 6.044 pulau yang di kenal namany,sedang yang
didiami bangsa Indonesia diperkirakan sejumlah 3.000 buah pulau.
- Adapun luas daratan ( Pulau – Pulau ) = 1.849.731 Km.persegi
- Luas wilayah Indonesia seluruhnya = 2.027.087 km.persegi
b. Geostrategis Indonesia.

Kedudukan wilayah Indonesia yang dipiat oleh dua samudera yakni samudera India dan

samudera Pasifik serta dua benua yakni benua Asia dan benua Australia lazim disebut posisi
silang dunia.Posisi silang Indonesia itu tentu saja membawa pengaruh – pengaruh terhadap
kehidupan bangsa Indonesia,baik pengaruh buruk maupun pengaruh baik. Sehingga bangsa dan
negara Republik Indonesia harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengaruh atau faktor
yang menguntungkan dalam menyusun suatu strategi pengembangan kelangsungan hidup bangsa
dan negara.

Posisi silang Indonesia,terutama jika dikaitkan dengan sumber – sumber kekayaan


alamnya serta kondisi lingkungan wilayahnya maka bahaya dan ancaman dari luar harus lebih
diperhitungkan.
c. Geopolitik Indonesia

Istilah geopolitik berasal dari geographical politic yang dicetuskan oleh pakar ilmu politik Swedia bernama Rudolf Kjellen ( 1864 – 1922
) pada tahun 1990. Istilah geopolitik semula dipakai sebagai sninonim dari ilmu bumi politik yang dikembangkan oleh Frederich Ratzel ( 1844 –
1904 ). Tetapi kemudian istilah geopolitik berubah artinya setelah dipopulerkan oleh seorang Jerman bernama Karl Haushorfer ( 1869 – 1946 )
yang menjurus kepada ekspansionisme dan rasialisme.

Geopolitik menurut pandangan bangsa Indonesia hanya merupakan suatu pembenaran dari kepentingan nasional dan perjuangan
mencapai tujuan nasional.

2 Historis dan Yuridis Formal

Wawasan Nusantara sebagai wawasan wilayah,berdasarkan pada :

a. Azas Archivelago, yaitu menurut hukum internasional berarti lautan prinsip, negara kepulauan, dikaitkan dengan cita – cita proklamasi,
falsafah negara dan kepentingan nasional Indonesia. Dengan azas Archivelago berarti wilayah Indonesia adalah “ wilayah perairan yang
didalam perairan itu terdapat gugusan pulau – pulau yang merupakan satu kesatuan yang utuh menyeluruh”.

b.Deklarasi Djuanda, yaitu pengumuman pemerintah RI pada tanggal 13 Desember 1957,yang memuat hal – hal antara lain sebagai berikut :
1) Bahwa bentuk geografis Indonesia sebagai suatu negara kepulauan mempunyai sifat dan
corak tersendiri.
2) Bahwa menurut sejarah sejak dahulu kala keupaluan Indonesia merupakan satu kesatuan.
3) Bahwa batas laut teritorial dalam “territoriale ordinantoie 1939 “ (buatan penjajah
Belanda)memecah keutuhan teritorial Indonesia,karena membagi wilayah daratan dalam
bagian – bagian terpisah dengan teritorial sendiri.
Deklarasi Djuanda tersebut kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1960yang menyatakan antara lain : Bahwa laut wilayah
Indonesia adalah selebar 12 mil diukur dari garis pangkal lurus,dan semua kepulauan dan laut
yang terletak diantaranya harus dianggap sebagai kesatuan yang bulat.
c. Landasan Kontinen Negara Republik Indonesia
Sesuai dengan Pengumuman Pemerintah RI tanggal 17 Februari 1969, telah
ditetapkan landasan kontinen negara republik indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Segala sumber kekayaan alam yang terletak dalam landasan kontinen Indonesia, adalah
milik ekslusif negara Republik Indonesia.
2. Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen dengan
negara – negara tetangga melalui perundingan.
3. Jika tidak ada perjanjian garis batas dengan negara tetangga maka batas landas kontinen
Indonesia adalah suatu garis yang ditarik ditengah – tengah antara pulau terluar Indonesia
dengan titik terluar wilayah negara tetangga.
4. Klaim diatas tidak memengaruhi sifat serta status dari perairan landas kontinen
Indonesia,maupun ruang udara diataasnya.
d. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
Untuk kepentingan keamanan dan kesejahteraan khususnya dalam pelaksanaan pembangunan
nasional,maka pemerintah Indonesia telah mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusif ( ZEE )
Indonesia seluas 200 mil,diukur dari garis pangkal wilayah laut. Hal tersebut diumumkan pada
tanggal 21 Maret 1980,yang kemudian dikukuhkan dengan UU No. 5 Tahun 1983.
Beberapa ketentuan yang diatur dalam ZEE Indonesia tersebut antara lain adalah :
1) Segala sumber daya hayati maupun sumber daya alam lainnya yang ada di permukaan
laut,dibawah permukaan laut,didasar laut dan dibawah laut menjadi hak eksklusif negara Republik
Indonesia.
2) Segala kegiatan eksplorasi,eksplorasi dan kegaiatan penelitian di wilayah ZEE Indonesia harus
mendapatkan izin terlebih dahulu dari Pemerintah Indonesia.
1) Lalu Lintas laut maupun udara dan pemasangan kabel telepon yang
melintas ZEE tersebut tetap diperkenankan sepanjang tidak bertentangan
dengan hukum laut Internasional.
Akhirnya konsep wilayah yang menyeluruh sesuai dengan Wawasan
Nusantara dilengkapi dengan ditetapkannya ruang udara Indonesia pada
orbit geostasioner sejauh 36.000 km. Sesuai penjelasan pasal 30 UU No.20
Tahun 1982 tentang ketentuan – ketentuan pokok keamanan negara RI.
B. Pengertian Wawasan Nusantara.

Bangsa Indonesia dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan


nasionalnya,selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk
itu pembinaan dan penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas
dasar hubungan timbal balik antara falsafah,cita – cita dan tujuan nasional,serta kondisi sosial
budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan
kebhinekaannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.
Upaya untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan tersebut merupakan
cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya, yang dikenal dengan istilah
Wawasan Kebangsaan atau Wawassan Nasional Indonesia dan diberi nama Wawasan Nusantara
disingkat “Wasantara”.
Dari pengertian – pengertian seperti diatas,pengertian yang
digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara ialah
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia,yaitu cara pandangan
dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
1. Arah Pandang Bangsa Indonesia

Berdasarkan pengertian Wasantara tersebut, maka dengan latar belakang budaya, sejarah, kondisi,

konstelasi geografi, dan perkembangan lingkungan strategis, arah pandang Wawasan Nusantara

meliputi dua arah yaitu :

a. Arah ke Dalam

Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin terwujudnya persatuan dan kesatuan segenap

aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Arah pandang ke dalam

mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan berusaha untuk mencegah dan

mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus

mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan.
b. Arah ke Luar
Arah pandang ke luar ditujukan demi terjaminnya kepentingan nasional dalam
dunia yang serba berubah maupun kehidupan dalam negeri serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, serta kerjasama dan sikap saling hormat menghormati. Arah pandang
ke luar mengandung arti bahwa dalam kehidupan internasionalnya, bangsa Indonesia
harus berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam semua aspek
kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan
demi tercapainya tujuan nasional sesuai dengan yang tertera pada Pembukaan UUD
1945.
C. Kedudukan, Fungsi Dan Tujuan
1. Kedudukan

a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan

ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi

penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-

cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi

landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.


a. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya sebagai berikut :

1) Pancasila sebagai falsafah, idiologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan

idiil.

2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan sebagai

landasan konstitusional.

3) Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan visional.

4) Ketahanan nasional sebagai konsep nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.

5) GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar nasional,

berkedudukan sebagai landasan operasional.


2. Fungsi

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala

kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara ditingkat pusat dan daerah maupun bagi

seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Tujuan

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang

lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah.

Hal tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok, suku bangsa atau daerah.

Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan

nasional atau kepentingan masyarakat banyak. Nasionalisme yang tinggi di segala bidang kehidupan demi tercapainya tujuan

nasional tersebut merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa

Indonesia sebagai hail pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara.


D. Unsur Dasar Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur dasar, sebagai berikut :

1. Wadah

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki
kekayaan alam dan penduduk dengan aneka ragam budaya. Setelah menegara dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan
dalam wujud suprastuktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai lembaga
dalam wujud infrastruktur politik.

2. Isi

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat serta cita-cita dan tujuan nasional yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional
seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia haru mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam
kehidupan nasional.
Isi yang menyangkut dua hal yang esensial, yaitu :

a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.

b. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.

3. Tata laku
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari tata laku batiniah dan
lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia,
sedangkan tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta kepada bangsa dan tanah air sehingga
menumbuhkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.
E. Asas Wawasan Nusantara

Asas Wawasan Nusantara adalah kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas
kerjasama dan kesetiaan terhadap ikrar atau kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan.

Adapun rincian dari asas tersebut berupa :

1. Kepentingan yang sama. Ketika menegakkan dan merebut kemerdekaan, kepentingan bersama bangsa Indonesia adalah
menghadapi penjajahan secara fisik dari bangsa lain. Sekarang bangsa Indonesia harus menghadapi jenis “penjajahan”
yang berbeda dari negara asing. Misalnya, kehidupan dalam negeri bangsa Indonesia mendapat tekanan dan paksaan baik
secara halus maupun kasar dengan cara adu domba dan pecah belah bangsa dengan menggunakan dalih HAM, demokrasi,
dan lingkungan hidup. Sementara itu, tujuan yang sama adalah tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik
daripada sebelumnya.
2. keadilan, yang berarti kesesuaian pembagian hasil dengan adil, jerih payah

usaha, dan kegiatan baik orang perorangan, golongan, kelompok, maupun

daerah.

3. kejujuran, yang berarti keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai

realita serta ketentuan yang benar biarpun realita atau ketentuan ini pahit

dan kurang enak didengarnya. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa dan

negara, hal ini harus dilakukan.


4. solidaritas, yang berarti diperlukannya rasa setia kawan, mau memberi dan berkorban bagi orang lain tanpa

meninggalkan ciri dan karakter budaya masing-masing.

5. Kerjasama berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan atas kesetaraan sehingga kerja kelompok,

baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang lebih besar, dapat tercapai demi tercapainya sinergi yang lebih

baik.

6. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan Negara Indonesia, yang dimulai,

dicetuskan, dan dirintis oleh Boedi Oetomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, dan Proklamasi

Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. kesetiaan terhadap kesepakatan bersama ini sangatlah penting dan

menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan. Jika kesetiaan terhadap

kesepakatan bersama ini goyah apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa persatuan dan kesatuan dalam

kebhinekaan bangsa Indonesia akan hancur berantakan pula. Ini berarti hilangnya Negara Kesatuan Indonesia.
F. Penerapan Dan Hakekat Wawasan Nusantara

Penerapan Wawasan Nusantara dalam membina kehidupan bangsa dan Negara Republik
Indonesia , khususnya dalam melaksanakan pembangunan menuju pencapaian tujuan nasional,
didasarkan kepada :
- Pendekatan kesejahteraan/kemakmuran (prosperity approach)
- Pendekatan keamanan (security approach)
Penyelenggaraan/ pembinaan hidup berbangsa dan bernegara dalam Republik Indonesia adalah
kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, akhirnya dapat dikemukakan bahwa : Wawasan
Nusantara pada hakekatnya adalah Wawasan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari unsur yang berbeda.
Dari wujud persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tersebut, dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai :

 Satu kesatuan idiologi, yakni Ideologi Pancasila.

 Satu kesatuan politik, yakni Demokrasi Pancasila.

 Satu kesatuan ekonomi, yakni Ekonomi Pancasila (Kerakyatan).

 Satu kesatuan sosial budaya, dari unsur yang berbeda.

 Satu kesatuan pertahanan dan keamanan, yakni Sistem Pertahanan dan Keamanan
Rakyat Semesta.
A. Latar Belakang

Berdasarkan pengalaman bangsa Indonesia sejak proklamasi dan kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, sampai saat ini telah beberapa kali mendapat rongrongan dan gangguan yang bertujuan untuk meruntuhkan
bangunan negara serta memecah persatuan dan kesatuan bangsa dengan jalan pengacauan, pemberontakan, dan lain sebagainya baik
yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, antara lain:

- Aksi militer Belanda ke-satu dan ke-dua.

- Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.

- Pemberontakan DI/TII.

- Pemberontakan PRRI/Permesta.

- Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

- Pemberontakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

- Pemberontakan G.30.S/PKI di tahun 1965.


Atas berkat Rahmat Tuhan YME semua usaha pengacauan dan
pemberontakan tersebut, baik dari dalam maupun dari luar negeri berhasil
dilumpuhkan oleh bangsa Indonesia, sehingga kenyataan hingga saat ini
bangsa Indonesia dan negara proklamasi 17 Agustus 1945 tetap berdiri dan
dapat dipertahankan kelangsungan hidupnya.
Hal tersebut disebabkan karena perjuangan bangsa Indonesia yang
diridhoi Tuhan YME berdasarkan Pancasila, memiliki keuletan dan
ketangguhan yang bersifat menyeluruh (nasional) yang kemudian dikenal
dengan istilah “Ketahanan Nasional”.
A. Pengertian Tannas Dan Metode Astagatra

1. Pengertian
Berdasarkan pengalaman serta kondisi alamiah dan sosial budaya Indonesia, maka batasan
pengertian ketahanan nasional adalah “kondisi dinamis bangsa Indonesia, berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik
Indonesia, serta perjuangan mengejar tujuan nasional.”
2. Metode Astagatra

Bahwa manusia hidup bermasyarakat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kesejahteraan,

keselamatan/ keamanan, oleh karena itu ketahanan nasional pada hakekatnya merupakan suatu konsepsi di dalam

pengaturan dan penyelenggara kesejahteraan serta keamanan di dalam kehidupan naional.

a. Kehidupan Nasional, dapat dibagi dua aspek, yaitu :

1. Aspek Alamiah terdiri dari :

- Posisi dan geografis negara

- Keadaan dan kekayaan alam

- Keadaan dan kemampuan penduduk

Karena aspek alamiah ini berjumlah tiga unsur maka lazim dinamakan trigatra.
2. Aspek Sosial, terdiri dari :

- Idiologi

- Politik

- Ekonomi

- Sosial budaya

- Pertahanan keamanan (Hankam)

Karena aspek sosial ini berjumlah lima unsur, maka dinamakan Panca Gatra.

Penggabungan antara Trigatra dan Pancagatra menjadi delapan Gatra, disebut ASTAGATRA
B. Usaha Perwujudan Tannas Indonesia Dalam Astagatra

Usaha untuk mewujudkan ketahanan nasional yang kuat, dapat dilakukan di berbagai bidang, seperti di bawah ini :

1. Tannas Dalam Trigatra

a. Posisi dan Lokasi Geografis Indonesia

- Posisi negara Republik Indonesia berada diantara dua samudera, yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia, dan diantara dua

benua yaitu benua Asia dan Australia. Posisi ini menempatkan negara Republik Indonesia dalam posisi silang dunia.

- Lokasi Geografis Republik Indonesia, berdasarkan pada azas Archivelago, yaitu suatu wilayah perairan (laut) yang di dalam

perairan tersebut terdapat gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang telah menyatu utuh menyeluruh dalam wujud Nusantara.

Berdasarkan posisi dan letak geografis negara Republik Indonesia tersebut di atas, maka ia mengandung dua arti yaitu :

- Arti kedalam : merupakan suatu kesatuan wilayah laut berikut pulau-pulau didalamnya.

- Arti keluar : merupakan keserba terhubungan dengan lingkungannya, seperti halnya posisi tiap subyek terhadap

lingkungannya.
Karena pemanfaatan tanah, air dan ruang yang diintegritaskan dengan unsur-unsur sosial secara simultan dalam tatanan

yang serasi, seimbang dan dinamis dapat menunjang penyelenggaraan dan peningkatan ketahanan nasional.

Hal ini berarti bahwa kondisi/ posisi geografis Indonesia harus di pandang sebagai sesuatu yang dapat menunjang

penyelenggaraan ketahanan nasional Indonesia.

b. Keadaan dan Kekayaan Alam

Kekayaan alam suatu negara adalah segala sumber dan potensi alam yang terdapatdi bumi. Laut dan di udara dalam

wilayah kekuasaan negara tersebut. Demikian pula halnya dengan kekayaan alam bangsa dan negara Republik Indonesia.

Kekayaan itu terbagi ke dalam tiga golongan, yaitu : hewani (founa), nabati (flora) dan mineral. Ketiga golongan

kekayaan alam ini terdapat di tiga lingkungan, yaitu :

- Atmosfir : sinar matahari, oksigen, karbon dioksida dan sebagainya.

- Permukaan bumi : tanah (tempat berpijak, berusaha), perairan laut/darah, makhluk hewan, mineral, fauna, flora, dsb.

- Di dalam bumi : mineral minyak bumi, uranium, biji besi, batu bara dsb.
Di dalam kandungan alam Indonesia, diakui memiliki
banyak sekali sumber-sumber dan potensi yang sangat
penting untuk kehidupan manusia. Namun kekayaan ini
masih dalam keadaan terpendam, dan jika tidak diolah oleh
tangan bangsa Indonesia sendiri, maka kekayaan alam
tersebut tidak berarti sama sekali bahkan bisa menjadi
bumerang bagi bangsa Indonesia.
Karenanya melalui kegiatan pembangunan, potensi
kekayaan alam tersebut harus digali dan dikembangkan
demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c. Keadaan dan kemampuan penduduk

Negara Republik Indonesia dikenal mempunyai jumlah penduduk yang terbesar diantara Negara- Negara ASEAN,

bahkan menempati urutan ke – empat dari negara berpenduduk besar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Namun

disayangkan bahwa jumlah penduduk yang besarini, masih diselimuti berbagai masalah, antara lain : kemampuan

skill/keterampilan yang masih rendah dan tidak merata, penyebaran penduduk diseluruh wilayah Nusantara tidak/belum

merata, serta jumlah kelahiran bayi setiap tahun terus meningkat, namun tidak dibarengi dengan penyiapan lapangan kerja

pada usia kerja bagi pemuda WNI untuk masa depannya.

Untuk mengatasi masalah penduduk Indonesia tersebut pemerintah telah mengambil beberapa kebijaksanaan, antara lain

a. Meningkatkan kegiatan dan mutu pendidikan/keterampilan

b. Menyiapkan lapangan kerja bagi usia kerja

c. Melancarkan pelaksanaan transmigrasi


2. Tannas dalam Pancagatra

a. Idiologi

Kemampuan Pancasila sebagai idiologi negara dan bangsa Indonesia telah diakui secara menyeluruh di

kalangan seluruh rakyat Indonesia. Namun dengan pengakuan saja belum tentu menjamin ketahanan

nasional Indonesia di bidang Idiologi. Untuk itu diperlukan penghayatan dan pengamalan Pancasila secara

sunggung-sungguh dan benar sehingga Pancasila benar-benar menjadi unsur kekuatan nasional yang

tangguh serta mampu mengatasi pengaruh faham idiologi lain bagi seluruh WNI.

b. Politik

Sistem politik yang dipergunakan pada saat sekarang ini, ialah dengan sistem Demokrasi Pancasila,

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.


adapun ciri-ciri Demokrasi Pancasila yang membedakannya dari

Demokrasi Liberal dan Terpimpin (sistem partai) antara lain:

 Berazaskan kekeluargaan.

 Tidak menganut sistem mayoritas maupun minoritas.

 Kebebasan individu, tidak bersifat mutlak.


Azas kekeluargaan disini merupakan wujud sistem Demokrasi yang dianut, serta penjabaran UUD
1945 yang menyatakan bahwa seluruh WNI mempunyai kedudukan yang sama baik dibidang Hukum
maupun Pemerintahan.

Demikian pula halnya masalah mayoritas dan minoritas penduduk NKRI yang menolak dengan tegas
sistem diskriminasi penduduk yang meskipun kenyataannya memang ada unsur-unsur tersebut. Siapa saja
yang berbuat baik untuk bangsa dan NKRI wajib disanjung dan siapapun yang berbuat khianat (berbuat
jahat) atas kepentingan bangsa dan tanah air Indonesia wajib dihukum.

Adapun kebebasan individu dalam NKRI melalui sistem Demokrasi Pancasila yang tidak mutlak,
berarti kebebasan itu tidak dilarang, namun kebebasan itu tidak boleh merugikan kepentingan orang lain,
bangsa dan NKRI. Hal ini lazim disebut kebebasan yang bertanggung jawab kepada kepentingan nasional.
c. Ekonomi

Ketahanan bidang ekonomi merupakan potensi Tannas Indonesia yang sangat penting, baik potensi maupun sasarannya

yang menyangkut kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945 yang

menegaskan bahwa :

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara.

3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

4) Perekonomian nasional deselenggarakan berdasar atas Demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang – undang.
Sistem ekonomi berdasarkan UUD 1945 tersebut, dikenal dengan ekonomi Pancasila atau ekonomi

yang berbasis kepada kepentingan seluruh rakyat Indonesia atau ekonomi kerakyatan.

Sistem ekonomi Pancasila tersebuut diatas mengandung tiga azas terkandung didalamnya, yaitu :

a. Azas kekeluargaan.

b. Azas pemerataan pemenuhan kebutuhan.

c. Azas kesejahteraan bersama seluruh rakyat Indonesia.

Upaya mendudukkan sistem ekonomi Pancasila untuk menjadi unsur kekuatan nasional yang tangguh

dalam Tannas Indonesia menjadi kewajiban seluruh bangsa, khususnya kepada para pemimpin bangsa untuk

memahami makna dan pengambilan kebijakan ekonomi yang berpihak kepada kemakmuran serta kesejahteraan

rakyat Indonesia, sehingga mampu terhindari dari pengaruh sistem ekonomi yang bertentangan dengan Pancasila

dan UUD 1945.


Untuk hal tersebut maka yang perlu dihindari dalam membangun sistem ekonomi terutama dalam
penyelenggaraannya, ialah :
a. Sistem free fight liberalisme ( persaingan bebas ) yang menimbulkan eksploitasi oleh manusia atau
bangsa yang lain. Sistem ini pulalah menjadi faktor penyebab kelemahan posisi Indonesia pada ekonomi
dunia, terutama dalam era globalisasi ini.

b. Sistem etatisme, suatu sitem ekonomi dimana seluruh kebijakan berada di tangan negara (pemerintah),
bersifat dominan dan monopoli atas seluruh sektor kebutuhan hidup orang banyak, berakibat terdesaknya
bahkan dapat mematikan potensi-potensi unit ekonomi rakyat atau swasta yang berada diluar sektor
negara.
c. Sistem monopoli, dimana pusat kekuatan ekonomi berada disatu sektor atau kelompok
kekuasaan/kekuatan yang mampu mengendalikan perekonomian dengan sasaran utama memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya.
d. Sosial Budaya

Telah diketahui bahwa berbagai hal yang menyangkut bidang sosial budaya Indonesia dengan ciri “Bhinekanya” terus

berkembang secara bersama menuju perpaduan (Ika) dan penyatuan menjadi sosial budaya nasional.

Secara umum diketahui bahwa struktur masyarakat Indonesia dewasa ini terdiri dari struktur vertikal dan horizontal.

 Secara vertikal, terdapatnya golongan pelapisan sosial yang terdiri dari masyarakat golongan rendah, menengah dan golongan

tinggi, masyarakat buruh dan majikan, masyarakat desa dan kota, golongan miskin dan kaya dan lain sebagainya.

 Secara horizontal, terdapat perbedaan suku bangsa, agama, warna kulit, adat istiadat, bahasa daerah dan lain sebainya.

Pembagian golongan dan pelapisan sosial serta perbedaan golongan di kalangan bangsa Indonesia menunjukkan betapa

kompleksnya masalah sosial budaya bangsa Indonesia. Untuk dapat mendorong pembangunan diperlukan struktur masyarakat yang

sesuai dan serasi. Masalah yang harus diperhatikan terutama ditinjau dari keberhasilan pembangunan ialah faktor mental dari pada

bangsa Indonesia, untuk mewujudkan sikap toleransi dan adaptasi dari berbagai unsur masyarakat Indonesia yang berbeda

itu.
e. Pertahanan dan Keamanan
Mengingat bahwa ruang lingkup Hankam meliputi seluruh bidang kehidupan negara dan rakyat

Indonesia, serta mengingat pula bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan tanggung jawab serta

kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan Nasional (Hankamnas), maka

sejarnya jika rakyat Indonesia dan seluruh potensi nasional harus dikerahkan dalam usaha ini.

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 1982, ditegaskan bahwa : komponen

Perlawanan rakyat untuk menghadapi musuh, terdiri dari beberapa unsur, yaitu :

 Rakyat terlatih (Ratih) sebagai komponen dasar.

 Tentara Nasional Indonesia dan Polri, sebagai komponen utama.

 Perlindungan Masyarakat (Linmas) sebagai komponen khusus.

 Sumber daya alam, sumber daya buatan dan prasarana nasional sebagai komponen pendukung.
Sedang komponen perlawanan rakyat yang diatur dalam UUD 1945 adalah :

 TNI/POLRI, sebagai unsur kekuatan utama, sedangkan,

 Seluruh rakyat Indonesia, sebagai kekuatan pendukung.

Dengan keterlibatan seluruh potensi WNI dalam membela, mengamankan

dan mempertahankan kedaulatan/keberadaan bangsa dan negara Indonesia dari

berbagai macam ATHG, merupakan wujud Sishankamrata.


C.Azas – Azas Tannas Indonesia
1. Azas kesejahteraan dan keamanan

Kesejahteraan dan keamanan merupakan azas dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa kesejahteraan dan

keamanan, sistem kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung. Kesejahteraan dan kemaanan merupakan nilai

instrinsik yang ada pada sistem kehidupan nasional itu sendiri. Kesejahteraan dan keamanan harus selalu berdampingan

dalam kondisi apapun.

Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang dicapai merupakan tolak ukur

Ketahanan Nasional.

2. Azas komprehensif integral

Dalam kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan

perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras pada seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu.
3. Azas mawas ke dalam dan mawas ke luar

Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek

kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Dalam sistem kehidupan

nasional akan berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya. Dalam

proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak, baik yang

bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke

dalam maupun ke luar.


Kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia internasional,
kehidupan nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional untuk memberikan
dampak ke luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak lain
diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
4. Azas kekeluargaan
Azas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong
royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Azas ini mengakui adanya perbedaan. Perbedaan tersebut harus
dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembang menjadi
konflik yang bersifat saling menghancurkan.
E. Sifat-sifat Tannas Indonesia

Ketahanan Nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang terkandung dalam landasan dan asas-asasnya, yaitu :

1. Mandiri

Pertahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada keuletan dan ketangguhan, yang

mengandung prinsip tidak mudah menyerah, dengan tumpuan pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa.

Kemandirian (independency) ini merupakan prasarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam

perkembangan global (interdependent).

2. Dinamis

Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun, tergantung pada situasi dan kondisi bangsa,

negara, serta lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan

perubahan itu senantiasa berubah pula. Karena itu, upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan ke

masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia secara berlanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi
tingkat Ketahanan Nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya
tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan kekuatan fisik semata, tetapi lebih
mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
F. Tannas Indonesia Dalam GBHN

Dalam GBHN – 1993 ditegaskan bahwa hakekatnya, Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan

ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.

Perwujudan ketahanan nasional meliputi hal-hal berikut :

a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandasan keyakinan akan kebenaran

ideologi pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan memelihara persatuan dan

kesatuan nasional serta kemampuan untuk menangkal penetrasi ideologi asing dan nilai-nilai yang tidak

sesuai dengan kepribadian bangsa.

b. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa yang berlandaskan demokrasi politik

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang

sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.
c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang berlandaskan demokrasi

ekonomi berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi

yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan

daya asing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata.

d. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian

nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan

kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan YME, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang

serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak

sesuai dengan kebudayaan nasional.


e. Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya
tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara
seluruh rakyat yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang
dinamis, mengamankan pembangunanhasil-hasilnya, serta
kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan
menangkal segala bentuk ancaman.
G. SISHANKAMRATA DALAM UUD 1945

Dalam UUD ‘45 yang telah diempurnakan, menegaskan kembali bahwa komponen
perlawanan rakyat yang tergabung dalam Sishankamrata adalah sebagai berikut :

1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.

2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan pertama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
2. Susunan dan Kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
Ketahanan Naional Indonesia pada hakekatnya adalah kemampuan bangsa Indonesia dalam

mempertahankan dan mengamankan kemerdekaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah

diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, dari berbagai macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan

dari berbagai pihak yang menghilangkan NKRI tersebut, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri.

Untuk mengantisipasi segala ATHG tersebut, maka unsur-unsur kekuatan nasional (asta gatera) harus

dibangun dan dikembangkan untuk menjadi kekuatan nasional yang nyata dan ampuh secara konfrehensif integral.

Sesuai ketentuan konstitusi, seluruh warga negara Indonesia sebagai pemilik NKRI, wajib memiliki jiwa ulet

dan tangguh dalam membela, mempertahankan dan mengamankan NKRI dalam Sistem Pertahanan dan

Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) menuju pencapaian cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut

didalam Pembukaan UUD 1945.


Dalam upaya mempertahankan kedaulatan NKRI, martabat Bangsa

Indonesia dalam pencaturan politik dunia, Bung Karno telah

menganjurkan untuk melaksanakan sifat, yakni :

1. Bebas dalam kegiatan politik.

2. Berdikari dibidang ekonomi, serta

3. Berkepribadian dalam kebudayaan.


A. Pengertian Politik, Strategi dan Polstranas

1. Pengetian Politik

Kata politik secara etimologi dari bahasa Yunani “Politea”, yang akar katanya “polis”, berarti kesatuan

masyarakat yang berdiri sendiri yaitu negara, dan “teal” yang berarti urusan.

Politik dalam bahasa Inggris ditulis dengan kata “Politics” dan “Policy”. Politics adalah suatu rangkaian asas

(prinsip), keadaan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Sedangkan

“Policy” diartikan kebijaksanaan, yakni penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang dianggap dapat lebih

menjamin terlaksananya suatu usaha cita-cita, atau keinginan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Pengambil kebijaksanaan biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin dalam usaha memilih cara-cara untuk

mencapai tujuan.
Politik secara umum menyangkut proses pencapaian tujuan dari negara
dan bagaimana melaksanakan tujuan itu diperlukan kebijakan-kebijakan umum
(public policies) yang menyangkut pengaturan, pembagian atau alokasi sumber-
sumber yang ada.
d. Kebijakan umum

Kebijakan (policy) merupakan suatu keputusan yang diambil berdasarkan


pertimbangn-pertimbangan tertentu untuk menjamin terlaksananya suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, demi kepentingan
masyarakat secara umum. Karena itu kebijakan yang diambil bersifat
mengikat dan dirumuskan dengan pasti oleh pihak yang berwenang.
e. Distribusi

Yang dimaksud distribusi ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Nilai adalah suatu yang

diinginkan atau yang penting, dengan demikian nilai harus dibagi secara adil. Jadi politik itu membicarakan bagaimana

pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara mengikat.

Dari berbagai sudut pandang tentang pemahaman politik, maka pengertian-pengertian diatas dapat saling melengkapi,

sehingga dapat menambah wacana kita tentang politik.

Dengan demikian maka kata politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan : negara, kekuasaan, pengambilan

keputusan, kebijakan (policy), dan distribusi atau alokasi sumber daya, sebagai berikut :

a. Negara

Negara merupakan suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya.

Negara merupakan organ masyarakat yang paling utama dan merupakan organisasi politik paling utama dalam suatu wilayah

yang berdaulat. Karena negara mempunyai alat paksa (UU) yang haru dipatuhi.
b. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginannya. Dalam politik yang

perlu diperhatikan adalah bagaimana kekuasaan itu diperoleh, dipertahankan, dan bagaimana

melaksanakan kekuasaan itu.

c. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan sebagai aspek utama dari politik, maka pengambilan keputusan

perlu diperhatikan siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa keputusan itu dibuat. Jadi

politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum. Keputuan yang diambil

menyangkut sektor publik dari suatu negara.


2. Pengertian strategi
Kata strategi berasal dari kata strategia diambil dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai “the art of the

general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl Von Clausewatz (1780-

1831) berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan

peperangan. Sedangkan perang itu sendiri kelanjutan dari politik.

Dalam abad modern sekarang ini penggunaan strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang

panglima alam peperangan saja. Akan tetapi sudah digunakan secara luas termasuk dalam ilmu ekonomi maupun

dibidang olah raga. Arti strategi dalam pengertian umum adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau

tercapainya suatu tujuan termasuk politik.


Dengan demikian kata strategi tidak hanya menjadi milik
para jenderal atau bidang militer saja, tetapi telah
kesegala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya
merupakan “seni dan ilmu menggunakan dan
mengembangkan kekuatan-kekuatan (ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
3. Pengertian politik dan strategi nasional

Untuk memahami makna politik dan strategi nasional, maka harus diuraikan satu persatu, apa itu politik
nasional dan apa itu strategi nasional ?

Setelah mempelajari berbagai pengertian politik, maka pengertian politik nasional dalam tulisan ini lebih
menitik beratkan pada pengertian politik dalam arti kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai
cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian definitif Politik nasional adalah “asas, haluan, usaha serta
kebijaksanaan negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian), serta
penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional”. Dalam melaksanakan politik nasional disusunlah
strategi nasional, misalnya strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Jadi strategi nasional
adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran-sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh
politik nasional.
Telah diuraikan diatas bahwa politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Bagi bangsa Indonesia tujuan politiknya telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,

yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan perdamaian dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan politik bangsa Indonesia harus

dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia, untuk itu perlu dilaksanakan pembangunan disegala bidang.

Dengan demikian politik pembangunan nasional harus berpedoman pada Pembukaan UUD 1945 alinea

ke-4 sebagaimana tersebut diatas.


Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional
memerlukan adanya keterpaduan tata nilai, struktur dan proses yang merupakan
himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna dan hasil guna sebesar
mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional guna mewujudkan
tujuan nasional. Untuk itu diperlukan sistem manajemen nasional. Sistem
manajemen nasional adalah suatu sistem yang berfungsi memadukan
penyelenggaraan siklus kegiatan berupa perumusan kebijaksanaan, pelaksanaan
kebijaksanaan, dan pengendalian pelaksanaannya. Dalam sistem manajemen
nasional berfungsi memadukan keseluruhan upaya manajerial yang berintikan
tatanan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban nasional,
ketertiban politik dan ketertiban administrasi.
Pembangunan nasional merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia, dan masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu kepada kepribadian banga dan nilai luhur
yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,
maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah
sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia, dan dalam
pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintahan saja, tetapi juga merupakan
tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya bahwa setiap warga negara Indonesia harus ikut
serta dalam kegiatan pembangunan sesuai profesi dan kemampuan masing-masing.
Keikutsertaan setiap warga negara dalam pembangunan nasional dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengikuti program wajib belajar,
membayar pajak, melestarikan lingkungan hidup, mentaati segala peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku, menjaga ketertiban dan keamanan,
dan sebagainya.
Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun
batiniah yang selaras, serasi dan seimbang. Itulah sebabnya pembangunan
nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia
yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan batin.

Anda mungkin juga menyukai